Share

28. Hadiah

Author: Jana Indria
last update Last Updated: 2021-06-10 19:57:54

Ratna terdiam, wajahnya menunduk memandangi piringnya yang sudah bersih. Dia bukannya tak tahu kalau semua mata fokus ke arahnya.

"Na?"

Ratna tak menjawab. Namun, dia mengangkat wajahnya saat mendengar suara  bunda memanggil.

"Diandra adalah anak baik, mungkin agak terlihat judes. Namun, sebenarnya tidak, kalau kau mengenalnya lebih jauh, dia perempuan yang menyenangkan kok." Bunda menjelaskan dengan tangan kanan mengelus bahu Ratna.

"Iya, Bun." Ratna menjawab, dengan menjauhkan sudut bibirnya.

"Kamu masih khawatir?" tanya Delon, pada Ratna.

"Tidak, hanya saja aku takut dia beranggapan aku merebut posisinya."

"Tidak ada kata merebut dan direbut, seperti yang kamu bilang. Semua karena kemauan dan ijin Tuhan." Delon berkata sambil berjongkok sedikit untuk mendorong kursi agar dirinya bisa leluasa berdiri.

"Sekarang minum obatmu, dan reh

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Tanpa Tapi   29. Sarapan

    "Pagi, Bun."Bunda yang tengah bersiap di dalam kamar, terkejut saat melihat Ratna masuk ke dalam kamarnya yang pintunya ya memang sengaja di buka."Kamu mau kemana?""Aku mau mulai kerja, Bun. Lagian aku sudah sehat kok Bun."Mendengar jawaban anak perempuannya, membuat Bunda memandangi Ratna dari ujung kaki hingga kepala."Makasih cincinnya ya Bun, ini aku pakai." Dengan senyum di bibirnya, Ratna sekalian memamerkan jari, tempat dua cincin ia sematkan semalam."Yang ini, cincin kawin milik bunda, jadi harus hati hati kamu menjaganya, ya." Bunda yang sudah tampak cantik, menunjuk cincin polos yang ada di ibu jari Ratna."Kenapa bunda berikan kepadaku?" tanya Ratna yang merasa tak enak, setelah mendengar jawaban bunda."Karena kamu anak bunda, sedangkan yang punya ayah ada di Delon." Bunda menjawab sambil berdiri dari duduknya, tangan kanannya mengambil tas kerja berwarna hitam yang ada di atas ranjang."Ooo

    Last Updated : 2021-06-11
  • Cinta Tanpa Tapi   30. Bertemu

    "Mbak, saya mau manicure dan pedicure."Ratna yang menunduk karena baru saja meletakkan ponsel barunya ke kembali ke dalam tas, langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar permintaan seorang customer yang baru datang."Atas nama siapa?""Monalisa." Perempuan berwajah jutek itu menjawab sambil melirik tak simpati pada Ratna.Ratna yang paham kalau customer nya kali ini sedikit tak biasa, langsung mempersilahkan masuk ke dalam, karena memang tersisa tempat untuk satu orang."Mbak, kamu sudah punya anak belum?"Ratna mendengar suara yang sama dengan customer tak biasa tadi, kini sedang bercakap entah dengan siapa."Kalau kamu?"Terdengar lagi, entah kenapa perasan Ratna semakin tidak enak."Kalian tahu nggak kalau karyawan di sini ada yang mandul?""Kasihan kan, yaaa."Ratna mulai mendengar suara yang menjawab. Namun, tidak jelas."Makanya kalau jadi perempuan mandul tuh ya harusnya

    Last Updated : 2021-06-12
  • Cinta Tanpa Tapi   31. Ayah

    "Ayolah, kita pergi sebentar." Ajak Diandra. Lagi!"Pergilah, lagi pula jam kerjamu memang sudah habis bukan?" titah pak Aldo pada Ratna yang saat itu langsung menatap meminta persetujuan melalui kontak mata."Iya, Pak." Ratna mengangguk."Nay, maaf ya," seru Ratna pada Nay yang berdiri di samping pak Aldo, yang juga mengangguk sambil tersenyum ke arahnya.Sempat ada janji makan siang bersama tadi antara Nay dan Ratna. Namun, batal karena kehadiran Diandra.Nay kembali mengangguk hormat pada pak Aldo, sambil tersenyum. Tangannya meraih tas dan mulai melangkah sambil mengenakan jaket untuk menutupi seragamnya."Diandra, jaga wanitaku, jangan kau kasari dia." Pak Aldo tampaknya mulai menyerang. Hingga membuat bola mata Ratna membesar karena kaget, walau dia paham pak Aldo hanya sekedar menggoda."Hei, cantik, jangan hanya jago di mulut saja, nikah kalau berani." Diandra membalas serangan pak Aldo dengan mengedipk

    Last Updated : 2021-06-12
  • Cinta Tanpa Tapi   32. Kenyataan pahit

    "Dari mana saja kamu, Mon? Aku sudah hampir lumutan yang nungguin di sini," tanya Rizal yang langsung berdiri, saat melihat Mona yang baru saja turun dari motornya."Dari salonlah, emangnya kamu mau kalau lihat aku berpenampilan kusut macam mantan istrimu, hah?!" sungut Mona yang langsung bergegas masuk ke dalam setelah membuka pintu dengan kunci yang ia bawa.Marah akibat di permalukan saat di salon tampak jelas saat ini di wajah Mona. Hingga tanpa sadar menjadikan Rizal sebagai tumpuan kekesalan nya."Lagian ada apa kamu ke sini, bukannya masih jam kerja?" tanyanya lagi tanpa menoleh ke arah lelaki yang menunggunya."Aku nggak enak badan, buatkan aku kopi dan cepatlah masak, aku lapar, tadi pagi lupa sarapan," pinta Rizal yang langsung tidur di sofa panjang."Mana uangnya? Aku nggak mau masak, mending beli aja, nggak baik orang hamil kalau terlalu capek." Mona datang dengan tangan menengadah."Uang? Bukannya aku sudah mem

    Last Updated : 2021-06-13
  • Cinta Tanpa Tapi   33. Delon dan Rizal.

    "Zal, tadi pak Deni kesini, dia memintamu untuk segera menghadap pak Delon. Sepertinya kau akan menghadapi masalah besar."Rizal langsung mendengus kasar saat mendengar apa yang supervisornya katakan. Dengan tangan kanan meletakkan tas kerjanya kasar di atas meja."Rupanya ada kemajuan pesat dirimu, Zal! Sepagi ini sudah harus berurusan dengan CEO kita, sebutlah namaku kawan," seru Bahtiar, lelaki gempal yang duduk pas di depannya, hanya di batasi oleh dua meja saja.Rizal terdiam tak menjawab matanya berputar jengah karena merasa di goda. Menghempaskan pantatnya ke kursi yang hilang kenyamanan nya saat ini.Selang beberapa saat akhirnya dia berdiri dan melangkah gontai ke tempat pak CEO, lantai paling atas. Mau menghindar pun, sudah tak ada alasan lagi."Masuk!"Jantung Rizal seperti sedang berhenti berdetak, saat suara keras dari dalam ruangan yang pintunya tadi ia ketuk dengan perasaan ragu, terdengar.

    Last Updated : 2021-06-17
  • Cinta Tanpa Tapi   34. Usul Ratna

    "Jadi, apakah kau masih mau terus kerja di salon, Rat?" tanya Mila siang itu, saat mereka berempat, berkumpul di rumah Nay, sambil menikmati bakso yang tadi sempat di beli Ratna saat dalam perjalanan."Entah, aku pun masih tidak tahu," jawab Ratna dengan tangan meletakkan piringnya yang sudah kosong ke atas meja. Ternyata dia sudah menghabiskan bakso bagiannya."Ratna .... Aku, Mila dan Rafi mau mengucapkan terimakasih, atas hadiah yang di berikan Bundamu." Nay mewakili Mila dan Rafi, berkata dengan aura yang berbeda. Dan di sambut oleh picingan mata Ratna."Hadiah apa?""Itu!" Dengan isyarat mata, Nay menunjuk ke meja.Sontak Ratna menoleh ke arah meja, tampak di sana terlihat empat ponsel bercasing beda. Namun ber type sama.Dari awal datang dirinya memang tidak memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi di diri tiga sahabatnya itu."Hei, kenapa ponsel kita bisa sama?" Ratna langsung terbeliak kaget, tangannya merengkuh semua po

    Last Updated : 2021-06-18
  • Cinta Tanpa Tapi   35. Aku ingin bahagia

    "Ratna, bangun." Suara itu kini terdengar lebih jelas dari awalnya yang hanya sekedar sayup sayup. Bahkan kini badannya sedikit bergoyang karena goncangan tangan yang ada di bahunya."Mas ...." Ratna mengerjakan mata berulang kali saat melihat wajah mas Delon yang sudah berada di sampingnya."Kamu masih ingin mengambil barangmu di rumah itu, tidak?" tanya Delon yang masih berdiri menatap wajah sang adik yang tampak masih sangat mengantuk."Masih, Mas. Banyak naskah yang tersimpan di dalam ponselku yang lama." Ratna menjawab setelah sebelumnya menutup mulutnya yang menguap."Kalau begitu, ayo!" ajak Delon dengan tangan kanan mengacak lembut rambut Ratna, yang kemudian melangkah sedikit menjauh dan duduk di kursi kosong di samping Nay yang masih tersenyum melihat keakraban Ratna dan Delon."Mas kapan datang, terus yang lain pada ke mana, Nay? Kok sepi?" tanya Ratna yang mulai duduk dari rebahan. Matanya juga mulai menyapu setiap sudut rumah.&nb

    Last Updated : 2021-06-19
  • Cinta Tanpa Tapi   36. Menggoda

    "Mas Delon mau jadi mak comblangnya?" tanya Ratna yang memberi isyarat pada Delon dengan ujung matanya yang melirik ke arah Nay, yang tampak jengah, dan membuang muka ke arah luar rumah."Memangnya kamu mau?" tanya Delon yang menyipitkan matanya, tampak kalau Delon belum juga paham dengan kode yang Ratna berikan."Apa kata nasib deh, Mas. Tapi kalau untuk saat ini, aku nggak aja." Akhirnya Ratna memilih jawaban menggantung. Dia mulai berdiri, bersiap untuk pergi."Nay mau ikut nggak ke rumah mantan suaminya Ratna?" tanya mas Delon pada Nay yang masih memilih menatap ke luar rumah.Tampak Delon yang ikut berdiri saat melihat Ratna bangun dari duduknya."Nggak, Mas. Aku lagi ada yang harus di selesaikan malam ini." Dengan tersenyum yang di paksakan, Nay menolak halus ajakan Delon."Ya udah, kalau gitu" ujar Delon, kedua bahunya naik sesaat."Yuks! Kita berangkat sekarang ke rumahmu, mumpung belum terlalu sore," ajak De

    Last Updated : 2021-06-20

Latest chapter

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

DMCA.com Protection Status