"Markus, kau ada dimana?" Reno menghubungi tepat saat dia melirik jam akan makan siang.“Saya baru selesai dengan salah satu meeting, tuan. Ada yang bisa saya bantu?”Markus tahu saat tuannya menelpon pasti ada satu hal yang urgent.“Pesankan beberapa makanan ke tempat istriku. Aku akan makan siang dengannya. Aku sedang dalam perjalanan kesana sekarang.”“Baik, tuan.”Reno menutup telepon dan membayangkan makan siang bahagia dengan istrinya. Tapi, saat berbelok Reno melihat istrinya sedang serius berbicara dengan seorang pria yang tidak kenalnya.Sedang apa dia? Lalu, siapa pria yang sedang bersamanya. Baru hari pertama kerja, dia sudah mulai main mata rupanya.Reno menghentikan mobil dan bergegas turun menghampirinya. Perlahan samar terdengar pembicaraan istrinya.“Kita sudah bicarakan ini, Mas. Aku memang yang ingin putus dengan kamu. Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas Bram.”Owh, rupanya dia mantan pacar yang menolak putus. Aku mau melihat wajahnya. Lebih tampan siapa? Aku atau dia
Aku benar-benar bisa gila dan ingin sekali menciumnya sekarang juga. Aku nggak perduli kalau saat ini dia hanya sedang membuat mantannya cemburu. Yang pasti, aku pemenangnya. Akulah yang pertama baginya dan dia hanya menyerahkan yang pertama untuk suaminya. Mungkin jika saat ini tidak sedang dihadapkan dengan istri kontak dan mantan pacar kontraknya, Reno akan melompat dan berjoget kegirangan karena mendengar ucapan Maya barusan."Kamu berbohong kan sayang? Aku tahu, kamu nggak mungkin secepat itu mencari pengganti. Aku yakin, dia hanya pacar sewaan yang kamu bayar!"Bram masih bersikeras dengan hubungannya. Dia masih yakin gadis itu berbohong dan cinta mati dengannya."Hah! Terserah kamu, Mas. Aku sudah berkata yang sebenarnya. Maaf, aku tinggal dulu. Aku mau makan siang."Maya mengabaikan Bram, tapi laki-laki keras kepala itu tetap nggak membiarkan gadis itu pergi.Bram seperti anak kecil yang akan kehilangan mainan, dia membentangkan kedua tangannya. Seperti pesawat, menghalangi l
Cring! Cring!"Selamat data-," suara serempak dari keempat teman Maya terdengar.Namun, sedetik kemudian suara serempak itu terpotong.Maya lebih dulu melirik Markus yang berada disamping pintu. Kalau dia bukan Maya, pasti orang itu akan melonjak karena terkejut."Astaga, Markus. Bikin kaget saja, kau bukan patung kan? Kenapa kau berdiri kaku seperti itu!"Maya mendengus kesal, tapi tidak lama karena lirikan matanya tertuju pada para teman yang membuat gadis itu menghela napas.Dari tatapan mereka, sudah dapat dipastikan mereka penasaran."Kalian sudah makan siang?"Mau tidak mau Maya merubah suasana canggung itu dengan pembicaraan yang sebenarnya tidak masuk akal."Sudah. Kami sudah makan semua, tapi ...."Si rambut bob, Kesya menjawabnya lebih dulu. Maya mengikuti kata Kesya, tapi yang dikeluarkan temannya itu mengarah pada meja yang berantakan dengan bekas makan siang mereka.Disana terlihat beberapa kantong makanan baru tersedia, lalu Reno menoleh pada Markus."Saya sudah menyuruh
Reno ternyata masih mengingat semua yang dikatakan Maya dihadapan Bram. Meski tahu perkataan tadi hanya untuk membuat Bram mundur, tapi hatinya tetap menginginkan apa yang dikatakan Maya terjadi."Ih, jangan aneh-aneh, Mas. Sudah aku bilang, itu hanya untuk mengusir mantanku!""Aku tidak peduli. Apa yang sudah kamu katakan, harus ditepati!" Reno sedikit kecut mendengar sahutan istri kontraknya.Reno tahu, dia hanya menggoda Maya, tapi perasaan itu, kini malah membuat Reno terjebak didalamnya."Lebih baik kamu kembali ke kantor deh, Mas. Aku mau lanjut kerja sama yang lain," Maya berkata sambil mengeser duduknya."Apa maksudnya? Kau menjauhiku? Hah!" dengus dan delikan dari Reno tepat mengujam jantung gadis itu."Bukan menjauh, Mas, ish, kamu salah faham terus deh!""Lalu ini apa kalau bukan namanya sedang menjauhiku?" Reno menggeser duduknya dan mendekati lagi Maya."Aku mau makan, Mas. Aku kelaparan sejak tadi!" Maya berkata lagi, gadis itu menggeser duduknya."Kau!" delik Reno geram
Maya mengunci pintunya dan berjalan ke sudut meja kerjanya."Ra-Rama?""Umm, iya, sayang shh ahh bisakah kita video call sekarang?" Gadis itu terperanjat tak percaya. Hatinya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Maya juga masih marah terhadap Rama."Untuk apa? Kau pergi seenaknya, tanpa pamit padaku. Aku benci!" Tiba-tiba saja Maya berkata seperti itu lalu dia segera membekap mulutnya tanpa ragu.Maya malu karena dia merasa seperti seorang pacar yang sedang ngambek padahal dia sudah bersuami."Hehehe, kau merindukanku, sayang? Umm shh aku juga, aku ingin melihat wajahmu, sayang!" pinta Rama. Dari ujung suaranya terdengar ambigu bagi Maya."Kau? Sedang apa?""Umm shh, aku sedang merindukanmu, sayang. Cepat letaknya telepon, aku ingin sekali melihat wajahmu. Kau tidak merindukanku?" Sesaat Maya terdiam. Dia tahu, jika dilanjutkan akan ada hal diluar hatinya yang akan membuncah."Aku butuh penjelasan!" Maya tetap menginginkan penjelasan yang belum sempat dia tanyakan."Bersabarlah, aku aka
"Sepertinya aku tidak akan sanggup menunggu sampai satu tahun, sayang. Hemmm, tapi apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin membuat kakakku Reno kecewa dan sedih.""Aku, bagaimana bisa benar-benar menyukai dan mencintai kamu, kakak ipar? Kenapaa kamu yang harus lebih dulu bertemu dengan kakakku?""Kenapa, sayang? Aku juga mencintai kamu. Aku tidak bisa mengontrol diriku sejak kita pertama kali bertemu. Sikap polos dan penolakanmu saat itu membuatku penasaran lalu rasa penasaranku malah menjebakku sendiri.""Aku tidak bisa menghilangkan semua pikiranku. Aku marah saat kau mengeluarkan suara indahmu saat bersama dengan kakakku, sayang. Aku disini hanya berusaha menekan perasaanku, tapi ini malah membuatku makin tersiksa!"Berkali-kali Rama menghela napasnya. Setelah pergumalan onlinenya barusan dengan kakak iparnya, membuat Rama tidak bisa menahan rasa rindu menggebu.Rama ingin segera bertemu dan memeluk tubuh kakak iparnya dengan erat."Apa yang harus aku lakukan sayang? Seandain
Maya membeku sesaat melihat pasangan suami istri itu. Mama Lina dan Papa Akbar adalah orangtua Bramantyo Zide, ibu dan ayahnya Bram."Iya sayang, Mama disini karena kangen sama kamu," ucap Lina seraya melampiaskan rasa rindunya dengan langsung memeluk tubuh Maya.Keysa hanya terdiam menyaksikan apa yang ada didepan matanya, tapi dengan melihat gerak gerik tidak nyaman dari temannya, dia tahu, Maya tidak mengharapkan kedua orang itu tiba-tiba muncul dihadapnya."Kamu, bagaimana kabarnya, sayang. Mama kesulitan bertemu kamu, Bram bilang kamu sedang sibuk mengurus ibu kamu yang sedang sakit," lanjut Lina, Keysa menakutkan alisnya saat tahu kondisi ibu Maya sedang sakit tetapi Maya tetap bersama mereka menyiapkan opening toko."I-iya, Ma, ibuku memang sedang sakit, tapi kondisinya sudah bisa ditangani dan dalam perawatan juga pengawasan dokter!"Mau tidak mau Maya menceritakan semua."Ya ampun, si Bram itu, gak bilang apa-apa. Kalau Mama tidak disini, Mama tidak tahu kondisi calon ibu mer
"Bu-bukan seperti itu, Mas, uhm, maksudnya aku sekarang sedang di luar. Mas baca pesanku tadi kan?"Maya segera melarikan diri dari pertanyaan suami kontraknya.Namun, gadis itu masih tetap belum mengatakan dimana keberadaannya sekarang.“Aku tidak baca dan tidak punya keharusan untuk membacanya. Katakan padaku, dimana kau sekarang?”Suara Reno sudah terdengar naik pitam dari ujung telepon. Lelaki itu memang tidak pernah memiliki kesabaran.“Aku sedang diluar, Mas. Sebentar lagi aku pulang, aku mohon, tunggu saja di rumah, ya.”Maya mencoba bernegosiasi. Dia tahu tidak akan semulus itu.“Aku benci mengulangi perkataanku, Maya Sari Bakti. Katakan dimana kau sekarang. Aku akan menjemputmu atau akan kusuruh semua anak buahku mencarimu. Aku pastikan dalam waktu yang tidak pernah kau duga, aku akan menemukanmu. Tapi, ingat hukuman yang aku berikan sampai tahu kau berbohong ….”Seluruh buluk kuduk Maya bergidik ngeri. Baru mendengar ancamannya saja sudah membuat jantung gadis itu meledak.“
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi