"Mas, tolong, biarkan aku melihat kondisi mama Lina. Kasihan dia, Mas. Dia harus mendengar kenyataan saat kondisi tubuhnya tidak baik!"Maya mencoba berbicara. Melihat Bram panik dari jendela mobil Reno dan berteriak meminta tolong sudah menyayat hatinya.Gadis itu teringat dengan kondisi ibunya yang masih di rumah sakit. Maya pasti tidak bisa membayangkan apa yang akan dirasakannya kalau hal buruk terjadi dengan ibunya Bram."Memangnya aku peduli. Ini hukuman untukmu. Kau seenaknya melanggar apa yang sudah kita sepakati," kali ini Reno menjadi keras kepala."Ya ampun, Mas. Kan aku sudah bilang kalau ini bukan salahku. Aku memang tidak sengaja bertemu dengan mama Lina. Aku juga sudah memberikan kamu kabar lewat pesan. Tarinya aku mau ke klub bersama dengan yang lainnya. Aku dan yang lain ingin merayakan grand opening besok," jelas Maya lagi.Maya kesal karena hari ini Reno begitu keras kepala untuk dibujuk. Gadis itu hanya meminta pengertian saja."Markus, turunkan perintah untuk satu
Maya masih berada dalam dekapan Rama. Beberapa saat barusan mereka sudah mengeluarkan rasa rindunya. Rama dan Maya masih mengatur napas mereka."Kau kembali?" Maya berkata lirih dalam dekapan Rama."Tidak, aku hanya mengunjungimu. Aku ingin melihat pembukaan tokonya. Apa berjalan lancar?" Rama berkata lembut sambil mengusap rambutnya."Bukannya kau sudah melihat dan sampai membuatku kelelahan seperti ini?" keluh Maya, tapi tetap tidak menolak berjauhan dari dekapan Rama."Hehehe, maaf. Aku kangen. Kalau video call, masih tetap saja kurang. Aku akan kembali setelah ini. Rahasiakan ini dari kakakku. Aku akan sering mengunjungimu, sayang." Mungkin yang terdengar di telinga Maya adalah hal gila. Tapi, entah kenapa gadis itu malah mengangguk setuju."Kau datang hanya untuk itu saja? Hah?"Mendengar ucapan Maya, Rama terkekeh pelan."Sedikit, selebihnya karena aku benar-benar merindukanmu," tegas Rama."Bohong. Lalu kenapa kau pergi begitu saja? Kau tidak menjelaskan apapun," decak Maya sed
Saat Reno membuka pintu ruangan kerja istrinya, Reno menatap sesaat, istrinya yang sedang sibuk dimeja kerja dengan beberapa berkas yang berserakan diatas meja."Tok, tok, tok! Apa aku boleh masuk?" sesaat Maya menghentikan pekerjaannya dan melihat seseorang yang berdiri diambang pintu dengan senyuman.Satu karangan bunga dan satu paper bag kecil menyambutnya dengan bentangan tangan seperti pesawat terbang."Mas, kamu datang!"Maya beranjak dari duduk dan meninggalkan pekerjaannya, berlari kepelukan Reno."Selamat atas pembukaan tokonya sayang. Sepertinya berhasil, pengunjungnya ramai sekali!" ucap Reno mendekap tubuh istrinya. Sesaat hidung Reno mencium aroma lain yang melekat ditubuh istrinya.Ada rasa sesak dan sakit, tapi tidak berlangsung lama dan tak terlihat oleh istrinya."Iya, Mas, terima kasih banyak. Kamu juga datang, aku pikir kamu sibuk banget!" ucap Maya berusaha mengontrol emosi dan perasaannya.Menekan kembali agar dia bisa berpikir jernih dan normal."Tentu saja aku a
"Kita makan siang diluar saja!" Reno berbicara setelah dirinya merapikan diri dari adegan panasnya disofa bersama dengan istri kontraknya beberapa saat lalu."Hah, ma-makan siang? Lagi, Mas? Nggak. Nggak mau. Cukup, Mas. Kalau kamu masih mau ajakin aku lagi makan siang diluar yang ada aku nggak bakal balik ke toko. Tolong, Mas, ayolah, ini kan hari pertama pembukaan toko aku!"Maya menolak mentah-mentah ajakan suami kontraknya. Dia masih kelelahan dengan adegan panas barusan. Reno menyipitkan mata dan melipat kedua tangannya."Apa maksudmu? Kau benar-benar tidak mau makan siang? Hah!" delik Reno. Maya menautkan kedua alisnya. Gadis itu mulai terkecoh dengan kata makan."Hah, jangan bercanda Mas Reno. Kau sedang mempermainkanku?" dengus maya. Kesal."Hahahaha, siapa yang mempermainkanmu? Aku kan hanya ingin mengajakmu makan siang diluar!" tegas Reno."Memangnya apa yang sedang kau pikirkan, sayang? Kau benar-benar memikirkan hal lain? Atau kamu ketagihan?"Blush! Seketika wajah Maya me
"Jangan memancing kemarahanku, Nadia. Kau pasti tahu, aku paling tidak suka dengan serangan licik seperti ini," bisik Reno, tapi sikapnya pada Nadia mengundang banyak tanya pada tatapan mata teman-teman Maya.Nadia sedikit tercekat. Lehernya seperti tercekik sesaat dan udara yang dia hirup seakan sirna."Aduh, sayang, kamu jahat banget deh sama aku. Aku kan hanya ingin makan siang denganmu. Kita sudah lama nggak ketemu, sayang!" rancu Nadia makin tidak jelas.Sesaat tangan Maya terhenti, ada desiran aneh dihatinya, namun segera ditepisnya.Sudahlah Maya, biarkan saja. Toh, kamu nggak punya hak untuk bertanya atau marah padanya. Lupakan dan biarkan. Jalani saja kewajiban kamu selama satu tahun ini. Maya berdiskusi dengan hatinya. Ia tahu tidak boleh sembarangan berbicara, tapi ini dihadapkan dengan para teman-temannya. Kalau Maya tidak bereaksi dan diam saja, Maya pasti akan bingung menjelaskannya."Key, kamu dan yang lain bisa bantu rapikan ini dulu. Aku dan suamiku akan makan siang
Nadia cukup terkejut dengan jawaban Maya. Apalagi, ekspresi wajahnya yang tak bisa ditebak.Sialan. Aku yang ingin menjebak dan memanasinya. Kok malah aku yang kesal sendiri dengan ucapannya. Nadia berdecak kesal dengan hatinya. Ia sedikit kecut saat mendengar jawaban Maya.Hahaha, luar biasa. Inikah reaksi cemburunya? Aku ingin melihat sampai sejauh mana dia cemburu padaku dan Nadia. Tapi, awas saja kalau si Nadia kelewatan. Aku tidak akan memaafkannya. Aku yang akan maju buat perhitungan dengannya. Ancam Reno dihatinya dengan santai melirik tanpa diketahui oleh Maya dan Nadia."Katakan padaku, apa saja yang kalian lakukan di malam pertama? Apa kau sejago dan selihai diriku? Apa kau tahu cara memanjakan Reno hingga dia puas? Ayo katakan padaku!"Nadia berkata tanpa peduli akan perasaan Maya saat ini. Baginya membuat pertengkaran antara Reno dan Maya adalah keinginan terbesarnya.Apa maksudnya? Dia ingin membahas malam pertamaku dengan mas Reno? Dia berkata seolah ingin memamerkan d
"Sudah itu aja, aku tidak mau yang lain lagi, Mas!" ucap Maya mengakhiri tambahan pesanannya."Baik, saya akan siapkan," jawab pelayan dan pergi."Aku mau ke toilet sebentar, Mas!" ucap Maya, segera bangkit dari kursinya sebelum mendapatkan jawaban dari Reno.Maya rasanya sudah panas sejak tadi Nadia terus menempel pada Reno. Ia ingin segera kembali."Aku harus cari cara agar segera kembali atau aku nggak usah balik lagi ke ruangan itu ya?" gunanya saat ia akan masuk ke kamar mandi.Maya hanya membasuh wajahnya. Hari ini penuh kejutan. Dari kedatangan Rama, Reno dan Nadia.Meskipun Reno tidak masuk dalam hitungan, tetap saja, caranya tadi cukup mengejutkan. Maya harus melayani dua orang sekaligus secara tidak langsung."Ya ampun! Bikin kaget saja!" Maya terkejut karena tahu-tahu sudah melihat Nadia seperti hantu. Sudah ada dibelakangnya.Ia baru saja membasuh wajahnya."Kenapa? Kau takut? Dan lari kesini? Kau takut bersaing denganku?" celetuk Nadia menatap Maya. Mengintimidasi dirinya
Beberapa jam sebelumyaRama baru saja sampai di bandara. Pikiran terus kepada Maya. Rama tidak mengira harus benar-benar melepaskan wanita yang sangat dicintainya.Rama tahu semua yang dilakukannya salah dan sangat tidak benar, tetapi hati dan tubuhnya serasa akan mati jika sehari saja tidak bertemu dengannya.Mungkin benar semua yang dikatakan Maya, ini seharusnya tidak boleh terjadi. Hubungan terlarang mereka dari awal seharusnya tidak pernah dimulai."Hah, sayang bagaimana cara aku melupakan dirimu. Aku benci perasaan ini. Kenapa kita tidak lebih dulu bertemu," ucap Rama meremas wajahnya dengan kasar.Rama sedang menunggu keberangkatan kembali ke negara dimana ia akan berjauhan dengan Maya."Aku harus bagaimana, sayang? Aku benar-benar tidak bisa jauh darimu dan bagaimana nanti kecewanya kakakku nanti, aku belum siap membayangkan.""Saat tahu kau dan kakakku hanya menjalani pernikahan kontrak saja sudah membuat aku marah. Tapi, sekarang saat aku tahu kau hanya kontrak dengannya, ak
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi