"Jangan pernah bermimpi dan berharap seperti itu, Rama. Lo, nggak akan mungkin bisa dapatkan dia. Dia itu cuma milik gue. Cuma gue yang bisa jadi suaminya, kalau gue nggak bisa menjadi suaminya, gue akan tarik dia ke neraka yang sama dengan gue!" ancam Reno terdengar tidak sedang main-main.Demi apapun, Reno tidak akan melepaskan Maya. Hanya gadis itu yang dicintainya."Hah, lo masih aja gila, Reno. Sadar diri sedikit. Belum tentu juga dia cinta sama lo!" dengus Rama tak mau kalah.Dia pun tidak gentar lagi memperjuangkan cintanya pada Maya."Hahaha, jadi lo berpikir? Dia, akan mencintai lo ketimbang gue. Ingat, Rama, dia pertama kali bertemu dengan gue. Jika, dia ada rasa tertarik dengan lo, itu nggak lebih karena dia menganggap lo sama seperti gue.""Lo lupa? Wajah lo sama gue itu kan sama. Mungkin aja, dia salah paham sama lo. Perasaannya sama lo, ya, jika itu memang benar-benar ada, gue yakin, hanya pelampiasan saja!"Reno terus membombardir perasaan Rama. Membuat adiknya kalah te
"Dimana wanita brengsek itu, Markus?"Reno meradang saat ia sampai di villa."Ada di ruang bawah tanah, Tuan!" jawab Markus."Akan kuhajar dia!" dengus Reno dengan langkah kesal menuju ruang bawah tanah.Beberapa jam sebelumyaSaat baru saja tiba di villa yang digadang-gadang Reno akan memberikan kepuasan untuk Nadia, ternyata itu semua tidaklah benar.Reno sengaja membuat Nadia tidak kabur dengan balasan yang akan Reno layangkan padanya."Markus, lepaskan aku. Kau tahu, tubuhku ini tidak bisa sembarangan kau sentuh. Tubuhku hanya boleh disentuh oleh Renoku!"Nadia berteriak lantang dan keras. Mendelik dan mencoba mendorong jauh tubuh Markus yang menyeretnya paksa."Tolong jangan banyak bicara lagi, Nona Nadia. Aku hanya menjalankan perintah dari, Tuan!" ucap Markus berkata datar dan dingin.Markus memang tidak akan bersikap lembut pada wanita manapun. Apalagi Markus tahu bagaimana sifat Asli Nadia. Wanita penggoda yang menginginkan kedudukan dan kekuasaan.Meski Nadia selalu mengagun
Kilatan mata tajam tertuju pada Nadia. Reno bersuara serak sambil meremas bokong Nadia.Meski dalam samar Nadia masih dapat merasakan napas Reno yang sedikit memburu. Apalagi tubuhnya sudah sangat menempel di tubuh Reno."Umm, shh, iya, sayang. Dimanapun, asalkan aku bisa bercinta denganmu sampai puas. Aku akan lakukan, asalkan aku bisa memuaskan dan kau menikmati tubuhku seperti biasa!"Nadia berkata dengan sangat menggoda, kini kedua tangannya sudah melingkar dileher Reno. Menatap Reno dengan penuh hasratnya yang membara."Baiklah, aku izinkan, kali ini, kita akan bermain sampai puas. Kau bersiaplah, mungkin saja tubuhmu akan hancur olehku!" dengus Reno. Berbisik ke telinga Nadia, untuk Nadia memberikan sensasi yang tak bisa ditolaknya.Nadia merasa Reno mulai bergairah kembali padanya. Seperti Reno yang pernah dia miliki selama ini."Umm, shh, sayang remas terus disana umm!" Nadia mengarahkan tangan Reno, satu meremas bokong dan satu lagi diarahkan pada satu aset Nadia yang sudah d
"Kau sudah bangun?"Reno mengecup lembut kening istrinya. Maya baru saja membuka matanya, kepalanya sedang bersandar di dada bidang Reno."Mas Reno!" wajah Maya merona, dia jelas melihat tubuhnya dan sang suami berada dibalik selimut tanpa sehelai benang pun."Kenapa? Apa ada yang sakit dan tidak nyaman?" ucap Reno lembut sambil mengusap rambut dan mendekap tubuh istrinya.Reno meraih wajah istrinya dan mengecup keningnya."Jam berapa, Mas? Berapa lama aku tertidur? Aw!"Maya masih menyerinyit saat merasakan pipi dan lehernya yang terasa sakit."Sepertinya ini sudah mau jam makan malam. Kamu nakal dan benar-benar kuat. Aku sampai kewalahan dengan permainanmu. Itu sangat luar biasa. Kau benar-benar hebat sayang, aku mencintaimu!"Bisik Reno, kontan makin membuatnya semakin salah tingkah."Bohong, aku tidak mungkin seperti itu!" jawab Maya. Malu mendengar pengakuan suaminya."Kau tidak percaya? Apa perlu bukti? Lihatlah?" Reno meregangkan pelukannya dan memperlihatkan seluruh tanda beka
Maya membuka matanya karena terasa silau, seseorang membuka jendela kamar itu. Ternyata ini sudah pagi."Selamat pagi, sayang," suara lembut itu menyapanya kembali."Se-selamat pagi, Mas Reno!"Maya mencoba bangkit, melihat suaminya sudah duduk di pinggir ranjang."Kita mandi, sarapan dan ke rumah sakit," ucap Reno mengingatkan kembali soal ibunya yang sedang kritis."Ah, ibu, Mas, tolong bantu aku sepertinya aku..."Reno tersenyum, "Minum dulu ya!" Reno meraih gelas diujung ranjangnya.Sesaat Maya menatap gelasnya, ia merasa ingat semalam saat setelah minum air tubuhnya bereaksi di luar kendali."Tidak akan lagi sayang, aku tidak mungkin melakukannya lagi," ucap Reno seolah menyakinkan kejadian semalam."Ah, itu, bukan seperti itu...""Minumlah, aku akan mengantarkanmu ke kamar mandi dan aku akan menyiapkan sarapan!" ucap Reno lagi.Maya masih terdiam dan ragu mengambil airnya."Bukannya kamu juga mau bertemu dengan ibu?" Lagi Reno mengingatkan hal yang paling penting sekali.Menjeng
Maya terbangun saat dirinya terbaring dalam salah satu kamar rawat. Saat ia sadar, Maya segera menyibak selimutnya."Hati-hati dengan gerakan kamu, sayang. Tubuhmu masih lemah, " ucap Reno membantu memapah tubuh Maya.Saat turun ranjang, ia hampir terhuyung ke lantai. Kakinya seperti sulit untuk berpijak."Mas, Ibu, Ibu, Mas Reno, ibu, Mas..."Raungan Maya yang tak bisa dihindarinya lagi."Iya sayang, maafkan aku, aku gagal menjaga ibumu. Aku sudah menguruskan untuk prosesi pemakamannya," ucap Reno membuat raungan tangis Maya makin besar.Maya begitu kehilangan ibunya."Aku mau ikut ibu aja. Aku tidak mau disini. Aku tidak mau!" ragunan Maya membuatnya tersentak.Reno tidak mengira kalau Maya akan mengatakan hal buruk seperti itu. Berkata seperti itu sama saja Reno kehilangan Maya."Tidak sayang, jangan berbicara seperti itu. Disini ada aku yang akan menjagamu!"Reno segera meraihnya dalam pelukan. Menenangkan hati Maya sekarang adalah hal utamanya."Huhuhu, aku rela seperti ini hanya
Maya berlari pada satu lorong gelap dan panjang. Tembok kiri dan kanannya terasa sangat dingin ketika gadis itu berhenti dan tanpa terasa kulit tubuhnya menyentuh tembok itu.Lorong itu terasa sangat panjang. Hingga ia terseok dan tertatih memegangi tembok itu.Saat ia akan mengeluarkan suara dan berteriak, entah mengapa itu terasa berbeda. Suaranya tidak dapat keluar untuk berteriak dan meminta pertolongan.Ada apa ini? Bisiknya direlung hati. Gadis itu belum memahami apa yang sebenarnya terjadi. Semua seakan gelap dan tertutup."Hah hah!" suara Maya terdengar gelisah.Suhu tubuhnya terasa benar-benar panas dan dengan napasnya yang menderita.Peluh disekujurnya berkeringat, samar dalam ingat yang sedikit terlupakan ia seolah mendengar seseorang berteriak meminta pertolongan."Tolong aku!" suara teriak orang itu membuatnya tersentak.Maya membuka matanya, ia benar-benar terkejut dan tidak dapat mengenal suara orang itu.Maya merasa suara orang dalam mimpinya terasa familiar, namun dia
"Hey, cepat lihat, dia tak sadarkan diri. Apa terjadi sesuatu dengannya?Periksalah!" ucap salah seorang yang terdengar sangat khawatir saat melihat kondisi tubuh seseorang tergelapar di lantai.Salah seorang meletakan nampan makan yang dibawanya dan seorang lagi mencoba mendekat dan membangunkan untuk memeriksa kondisi."Ingat pesan dari tuan, tidak boleh ada hal buruk yang menimpa dengannya. Kita hanya disuruh menjaga dan mengurung saja!" ucap satu orang yang membawa nampan makan tadi, dia kini berjalan menghampiri rekannya yang akan membalikkan tubuh orang itu."Gila. Panas sekali tubuhnya. Sepertinya dia demam. Apa semalaman dia tertidur di lantai. Kita bisa mati kalau ketahuan tuan. Ayo, bantu papah!"Tubuh itu dipapah oleh keduanya. Benar-benar seperti terbakar hawa panas yang keluar dari tubuhnya. Ia pun seperti mengigil dan tubuhnya terus menerus mengeluarkan keringat."Hubungi tuan dulu. Apa yang harus kita lakukan padanya!"Setelah keduanya berhasil memapah kembali tubuh itu
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi