Teriakan Rama cukup membuat gempar pelayan yang menunggu di ujung dapur. Kalau tidak dipegang, mungkin mangkuk tadi sudah berpindah ke wajah Maya."Hah, apa kubilang, kau tidak akan menyukainya. Aku suka apapun yang pedas, sangat pedas dan extra pedas. Aku membuat ini karena diluar sudah mulai hujan. Ini sangat cocok dinikmati saat cuaca dingin seperti ini."Sergah Maya sambil berkacak pinggang."Gila. Apa yang seperti itu kau masih bisa bilang makanan? Itu racun. Bisa mati orang memakannya. Jangan sembang memakan yang seperti ini," delik Rama.Lidahnya masih dia kibas dengan tangan dan air dalam satu gelas langsung di teguk habis olehnya."Jangan komplen. Mau aku makan apapun, selama aku suka, aku akan memakannya. Sini, sayang dibuang biar aku yang habiskan. Jangan hukuman tujuh mangkuk, satu saja kau tidak sanggup!"Maya mencibir dengan satu sudut bibirnya kecut."Hah, kau meremehkan aku? Aku akan habiskan. Minggir!"Rama seperti bom molotov yang akan langsung meleduk saat tersentuh
"Tuan, hujannya sudah berhenti. Apa kita tidak masuk saja?" Markus berkata dari kaca spion. Saat menelepon Rama sebenarnya Reno sudah berada tak jauh dari gerbang rumah, tapi dia tidak masuk. Reno malah menelpon Rama. "Kau bisa istirahat dulu, Markus. Dua jam lagi, kita akan kembali!" Reno memberikan perintah, sambil tangannya meremas satu lembar surat hasil pemeriksaan rumah sakit. Aku harap kau tidak mengecewakanku, Rama. Aku sangat berharap besar padamu, Rama Sore tadi setelah Reno selesai dengan pekerjaan, Reno segera memerintah Markus untuk berputar ke rumah sakit sebelum pulang ke rumah. Reno memang sudah membuat janji untuk mengambil hasil lab-nya. Tapi, setelah dia mengetahui hasil lab, wajahnya begitu kecewa. Seolah semua yang sedang dia bayangkan lenyap seketika. Reno memiliki banyak impian dan rencana yang akan digapainya, tapi semua seolah sirna setelah dia melihat hasil lab tentang dirinya. *** Rama mengecup kening Maya yang sudah tertidur pulas. Wajahnya ter
“Ma—maaf, Mas, aku, aku sungguh tidak sengaja. Aku benar—benar tidak sengaja, Mas,” saking gugupnya gadis itu tanpa sadar menyentuh sudut bibir Reno yang lecet akibat gigitan kecilnya tadi.“Kau, mau main kasar denganku, hah?” sergah Reno.Tubuh gadis itu spontan di tubruk hingga terhempas kembali ke ranjang.“Bu—bukan seperti itu, Mas, aku, aku ….”Bleng! Otak gadis itu mendadak kosong. Dia tak bisa berkata dan bingung dengan apa yang akan dia katakan. Baginya tadi perasaan berbeda dan tak mungkin gadis itu menjelaskan secara gamblang dihadapan Reno."Lalu, apa maksudnya kau mengigitku tadi?"Tatapan Reno sedang mengintimidasinya lagi."Bu-bukan apa-apa, Mas. Sungguh, aku tidak sengaja!"Bibirnya berkata, namun wajahnya malah berpaling. Maya takut dirinya tercyduk oleh sang suami kontraknya bahwa dia memikirkan hal lain."Hah, baiklah, aku maafkan. Tapi, bagaimana dengan olahraga pagi kita? Aku sedang ingin sekali ...."Seraya menggoda Maya, Reno terus menggosokkan hidungnya diwajah
"Kamu mengerti kan, sayang?" Reno kembali menyentuh tangan istrinya. Gadis itu tiba-tiba terdiam. Otaknya membeku.Dasar orang gila. Dia benar-benar pergi? Tanpa bilang apapun padaku? Dia pergi begitu saja. Apalagi semalam dia sudah menyentuhku lagi. Enak sekali, dia pikir aku barang. Seenaknya dibuang setelah dipakai. Maya frustasi dengan pikirannya. Napasnya seolah tidak beraturan. Secara tiba-tiba, Rama menguasi pikiran."Sayang?" Reno mengulangi panggilannya."Ah, iya, maaf, Mas. Aku sedang memikirkan untuk barang toko yang akan aku dan teman-teman jual. Yang tidak terlalu mahal, tetapi kualitas kami tetap terbaik!"Setidaknya gadis itu harus memiliki jawaban yang masuk akal dan tentu saja dia tidak gugup saat ditanya oleh suaminya.Sesaat Reno tertegun. Seakan memindai wajah istrinya yang tak terlihat lagi reaksi kaget saat tersedak tadi. Maya terlihat sudah bisa mengontrol emosinya."Apa perlu aku mendampingimu? Tapi, kalau aku ada disisimu hari ini sebagai penasehat, kamu haru
"Mas, sudah ya. Aku lelah. Kamu kebiasaan banget. Nggak cukup sekali!" Maya berkata, bajunya sedang dibantu dirapikan oleh Reno."Ada apa? Itu bukan masalah besar. Kamu kan istriku. Ingat, ini juga sudah kewajiban istri. Melayani suami sampai puas!" Reno gak ingin mengalah untuk urusan satu ini. Maya kehabisan kata kalau membahas masalah olahraga panasnya."Huh, menyebalkan!" Maya berkomentar dan memilih memalingkan wajahnya."Apa kau tahu," tubuh gadis itu ditarik kepelukannya lagi dan bibir Reno sudah menempel di telinganya, "Sekarang saja, aku sudah menginginkannya lagi! Kamu tahu, aku sudah kecanduan tubuhmu!" kemudian satu kecupan mendarat di leher Maya.Gadis itu segera mendorong jauh tubuh mesum suaminya."Jangan lagi Mas, ini kita sebenarnya lagi sampai parkiran ruko ku!" Maya mewanti-wanti, bukan tidak menginginkannya, tubuhnya pun terasa seperti tersengat aliran listrik ribuan volt ketika suaminya melakukan sentuhan."Hahaha, bercanda sayang. Wajahmu yang serius itu, ah ...
Pintu kamar hotel dibuka, seorang gadis dibalik pintu berwajah sembab."Kau, tunggu saja di mobil, Markus. Mungkin akan membutuhkan waktu lama atau kau bisa kembali lebih dulu ke kantor. Tolong atur dan urus beberapa meetingku. Wakilkan saja olehmu, lalu berikan laporannya padaku!" Lirikan dan kode keras dari Reno. Saat melihat wajah kusam Nadia, Reno tahu pembicaraannya akan lebih sulit."Baik, Tuan, saya akan urus dan laporkan semua!" Markus pergi. Pintu dibuka dan Reno memasuki kamar yang tak diinginkannya.Pintu langsung di kunci Nadia dan tidak perlu sungkan Nadia memeluk tubuh Reno dari belakang."Kamu datang, sayang. Lama sekali. Kenapa susah sekali sih mengubungi kamu. Aku benar-benar merindukan dan kangen kamu, Reno!" Reno tidak sepenuhnya buta. Selama ini dia tahu dan menyadari kalau Nadia menyukainya."Lepaskan tanganmu, Nadia!" Suara Reno penuh penekanan dan memerintah. Nadia cukup terkejut dan melepaskan perlahan pelukannya.Dibandingkan dulu, sikap Reno jika tidak suka d
"Markus, kau ada dimana?" Reno menghubungi tepat saat dia melirik jam akan makan siang.“Saya baru selesai dengan salah satu meeting, tuan. Ada yang bisa saya bantu?”Markus tahu saat tuannya menelpon pasti ada satu hal yang urgent.“Pesankan beberapa makanan ke tempat istriku. Aku akan makan siang dengannya. Aku sedang dalam perjalanan kesana sekarang.”“Baik, tuan.”Reno menutup telepon dan membayangkan makan siang bahagia dengan istrinya. Tapi, saat berbelok Reno melihat istrinya sedang serius berbicara dengan seorang pria yang tidak kenalnya.Sedang apa dia? Lalu, siapa pria yang sedang bersamanya. Baru hari pertama kerja, dia sudah mulai main mata rupanya.Reno menghentikan mobil dan bergegas turun menghampirinya. Perlahan samar terdengar pembicaraan istrinya.“Kita sudah bicarakan ini, Mas. Aku memang yang ingin putus dengan kamu. Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas Bram.”Owh, rupanya dia mantan pacar yang menolak putus. Aku mau melihat wajahnya. Lebih tampan siapa? Aku atau dia
Aku benar-benar bisa gila dan ingin sekali menciumnya sekarang juga. Aku nggak perduli kalau saat ini dia hanya sedang membuat mantannya cemburu. Yang pasti, aku pemenangnya. Akulah yang pertama baginya dan dia hanya menyerahkan yang pertama untuk suaminya. Mungkin jika saat ini tidak sedang dihadapkan dengan istri kontak dan mantan pacar kontraknya, Reno akan melompat dan berjoget kegirangan karena mendengar ucapan Maya barusan."Kamu berbohong kan sayang? Aku tahu, kamu nggak mungkin secepat itu mencari pengganti. Aku yakin, dia hanya pacar sewaan yang kamu bayar!"Bram masih bersikeras dengan hubungannya. Dia masih yakin gadis itu berbohong dan cinta mati dengannya."Hah! Terserah kamu, Mas. Aku sudah berkata yang sebenarnya. Maaf, aku tinggal dulu. Aku mau makan siang."Maya mengabaikan Bram, tapi laki-laki keras kepala itu tetap nggak membiarkan gadis itu pergi.Bram seperti anak kecil yang akan kehilangan mainan, dia membentangkan kedua tangannya. Seperti pesawat, menghalangi l
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi