"Kakek, sudah tiga tahun. Aku tidak bisa memperjuangkan pernikahanku dengan Eldrion lagi." Ravenna saat ini bicara dengan Theodore, kakek Eldrion. Mereka sedang berada di taman kediaman Theodore.
Theodore menatap wajah lembut Ravenna. Ia menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak berharap bahwa hari ini akan tiba.
Cucunya benar-benar bodoh. Bagaimana mungkin dia tidak bisa jatuh cinta pada wanita sebaik dan setulus Ravenna.
"Apakah kau yakin dengan keputusanmu, Ravenna?" Theodore tahu kepribadian Ravenna, jika Ravenna sudah datang ke sini maka artinya Ravenna telah membuat keputusan yang sudah ia pikirkan dengan matang.
"Ya, Kakek."
"Apakah kau sudah bicara dengan Eldrion?"
"Aku sudah bicara dengannya, Kakek. Eldrion setuju untuk bercerai."
Theodore sangat kasihan pada Ravenna. Ini semua adalah salahnya, andai saja ia tidak menikahkan Ravenna dengan Eldrion, maka Ravenna tidak akan membuang tiga tahunnya dengan sia-sia.
"Kau tidak mencintai Eldrion lagi?"
"Aku masih mencintainya, Kakek. Namun, apa gunanya itu? Dia tidak mencintaiku." Ravenna sudah menyimpan perasaannya dalam diam, ia baik-baik saja hanya mengagumi Eldrion dari jauh di masa lalu. Namun, Theodore mengambil inisiatif untuk menikahkannya dengan Eldrion.
Ia sebenarnya tidak ingin menjebak Eldrion dalam pernikahan yang tidak pria itu inginkan. Ia tahu bahwa Eldrion tidak pernah menyukainya. Hanya saja, ia memiliki utang pada Theodore, ia tidak bisa menolak keinginan pria itu.
Tiga tahun cintanya bertepuk sebelah tangan, itu sudah sangat menyakiti Ravenna. Memang benar, itu bukan salah Eldrion karena tidak membalas perasaannya, Eldrion tidak harus bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain. Akan tetapi, tetap saja itu membuatnya kecewa pada Eldrion. Tidak bisakah Eldrion belajar untuk membalas perasaannya?
Terus berharap hanya akan menyakitinya, dan Ravenna tahu kapan waktunya harus berhenti.
"Eldrion benar-benar bodoh. Wanita seperti apa sebenarnya yang dia inginkan?" Theodore berpikir bahwa Ravenna adalah yang terbaik untuk Eldrion.
"Yang pasti wanita itu bukan aku, Kakek." Ravenna tersenyum kecil meski hatinya sakit. "Kakek, tolong setujui perceraianku dengan Eldrion."
"Baiklah, Kakek tidak akan menghalangimu." Theodore sangat enggan melepaskan Ravenna, tapi ia juga tidak bisa egois. Ravenna tidak bahagia begitu juga dengan cucunya. "Ravenna, setelah bercerai dengan Eldrion, jangan putuskan hubungan dengan Kakek. Kau tahu Kakek sangat menyayangimu."
"Baik, Kakek," jawab Ravenna. Ravenna akan terus berhubungan dengan Theodore, tapi mungkin ia tidak akan sering bertemu dengan pria tua itu.
Saat ia memutuskan untuk bercerai, ia telah memutuskan untuk pergi ke Paris. Ia ingin memulai kembali hidupnya.
Ia memiliki cita-cita untuk menjadi perancang busana terkenal. Paris adalah pusat fashion, jadi ia telah memutuskan untuk pergi ke sana.
Selama tiga tahun menikah dengan Eldrion, ia hanya memusatkan perhatiannya pada Eldrion. Ia menjadi wanita yang hanya diam di rumah tanpa pergi keluar untuk bekerja.
"Ayo pergi ke ruang kerja kakek."
Ravenna mengangguk, ia kemudian melangkah bersama dengan Theodore menuju ke ruang kerja pria itu.
Theodore mengambil sebuah kartu bank. Ia menyerahkannya pada Ravenna. "Ada sejumlah uang di sana, gunakanlah itu untuk melanjutkan hidupmu."
Ravenna berasal dari desa, ia adalah seorang yatim piatu yang kemudian dibawa oleh Theodore ke yayasan milik mendiang istrinya.
Tidak ada lagi keluarga yang bisa menampung Ravenna, oleh karena itu Theodore memberikan sejumlah uang agar Ravenna bisa hidup di luar kediaman Eldrion.
Ravenna sudah banyak berutang pada Theodore, jadi mana mungkin ia bisa menerima uang dari pria itu lagi. "Kakek, maafkan aku. Aku tidak bisa menerima uang ini."
"Anggap saja sebagai kompensasi karena telah membuatmu menyia-nyiakan waktumu selama tiga tahun ini untuk pria kayu seperti Eldrion."
"Kakek, tiga tahun ini aku harus berterima kasih padamu. Setidaknya aku sudah hidup selama tiga tahu dengan pria yang aku cintai. Kakek, aku benar-benar tidak bisa menerima uang darimu lagi. Aku telah berutang sangat banyak."
Theodore melihat tekad di mata Ravenna. Cucu menantunya ini tidak akan menerima kartu banknya sampai akhir. Ia tahu benar bahwa Ravenna jelas bukanlah seorang wanita mata duitan.
"Baik, kau bisa menolak uang dariku. Namun, jangan menolak jika Eldrion memberikanmu uang untuk perceraian kalian. Kau memang berhak mendapatkan itu."
"Ya, Kakek."
Setelah bicara dengan Theodore, Ravenna pergi ke perusahaan Eldrion. Ia telah membawa surat cerai bersamanya.
Semakin cepat perceraian terjadi, maka semakin bagus itu. Ravenna bukannya tidak sabar untuk bercerai, tapi ia hanya ingin menyelesaikan segalanya dengan cepat untuk bisa memulai kembali hidupnya.
"Saya ingin bertemu dengan Eldrion." Ravenna bicara pada resepsionis.
Resepsionis itu menatap Ravenna sopan. "Apakah Nona telah membuat janji dengan Pak Eldrion sebelumnya?"
"Tidak, aku belum membuat janji."
"Maafkan saya, Nona. Anda perlu membuat janji temu terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan Pak Eldrion. Bagaimana jika saya buatkan janji temu dengan Pak Eldrion? Tapi, Anda tidak bisa bertemu dengannya sekarang." Wanita itu bicara dengan sangat sopan. Ia tidak menatap Ravenna sebagai wanita aneh yang ingin bertemu dengan bosnya tanpa membuat janji sebelumnya.
Sejujurnya ada begitu banyak wanita yang seperti Ravenna, datang ingin bertemu dengan Eldrion tanpa membuat janji terlebih dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah wanita yang tertarik pada Eldrion dan ingin mencoba keberuntungan.
Ravenna mengeluarkan ponselnya. Itu adalah ponsel edisi terbatas yang diberikan oleh Theodore saat ulang tahun Ravenna tahun lalu.
"Aku perlu bicara denganmu. Aku berada di bawah sekarang." Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun Ravenna mengunjungi kantor Eldrion, itulah sebabnya tidak ada yang mengenalinya sebagai istri Eldrion.
Selain itu pernikahannya dengan Eldrion juga dirahasiakan. Pernikahan mereka hanya disaksikan oleh keluarga inti Eldrion saja.
"Aku akan mengirim Yael ke bawah."
"Ya."
Ravenna kemudian memutuskan panggilan telepon itu.
"Saya akan menunggu di sini, apakah itu baik-baik saja?"
"Nona silahkan menunggu di sana." Resepsionis itu menunjuk ke tempat menunggu, ada tempat duduk di sana.
"Baik, terima kasih." Ravenna segera pergi menuju ke tempat duduk.
Tidak sampai lima menit, seorang pria datang. Dia adalah Yael, sekertaris Eldrion.
"Nyonya, silahkan ikut saya." Yael berkata dengan segan.
"Ya."
Ravenna kemudian mengikuti Yael. Ia melewati mea resepsionis tadi lalu masuk ke dalam lift khusus untuk CEO.
Pegawai wanita yang berada di meja resepsionis tertegun sejenak. Ia sedikit penasaran tentang identitas Ravenna yang dijemput secara pribadi oleh Yael.
Apakah mungkin yang tadi ditelepon oleh wanita itu adalah CEO nya? Wanita itu menebak-nebak. Jika ia, maka hubungan mereka pasti sangat dekat.
Di atas, Ravenna sampai di lantai tempat ruangan Eldrion berada.
"Nyonya, apa yang ingin Anda minum?" tanya Yael.
"Tidak perlu repot. Aku hanya sebentar," balas Yael.
Yael kemudian membukakan pintu untuk Ravenna, mempersilahkan istri atasannya untuk masuk.
Ravenna melihat sekilas ruangan Eldrion. Ia sudah menduga bahwa ruang kerja Eldrion akan didominasi oleh hitam, cokelat dan putih. Ruangan itu rapi dan bersih.
"Aku sudah bicara dengan Kakek. Dia mengizinkan kita bercerai," seru Ravenna.
Eldrion masih fokus pada pekerjaannya. Pria itu menandatangani beberapa berkas.
"Ini adalah surat cerai, aku sudah menandatanganinya." Ravenna menyodorkan surat cerai yang sudah ia bawa.
Eldrion akhirnya berhenti bekerja. Ia melihat ke selembar kertas di meja, mengambilnya lalu membacanya dengan seksama. Memang ada tanda tangan Ravenna di sana.
Jadi, wanita itu menyiapkannya dengan begitu cepat. Rencana bercerai ini tampaknya sudah dipikirkannya dengan matang.
Eldrion meraih pulpen, pria itu kemudian menandatangani surat cerai yang tadi sudah ia baca.
"Yael akan memberikan kompensasi perceraian padamu."
"Baik." Ravenna tidak menuntut apapun dari Eldrion. Bahkan jika ia tidak diberikan uang perceraian, ia juga tidak akan mengeluh. "Aku akan mengemas barang-barangku hari ini."
Eldrion merasa tidak nyaman dengan tekad Ravenna yang begitu besar untuk berpisah dengannya. Ia yakin bahwa Ravenna yang sangat menginginkan pernikahan mereka, tapi kenapa pada akhirnya Ravenna juga yang memutuskan untuk bercerai.
Apakah mungkin Ravenna telah menemukan pria lain yang jauh lebih kaya?
Tidak mungkin. Ravenna selalu berada di rumah, wanita itu jarang keluar untuk bergaul. Selain itu, di mana ada pria yang jauh lebih kaya darinya di lingkungan sosial ini?
"Lakukan apapun yang kau inginkan," balas Eldrion acuh tak acuh.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Ravenna kemudian undur diri. Ia pergi dengan sangat tenang tanpa berbalik sedikitpun, dan ini menimbulkan ketidak nyamanan lain untuk Eldrion.
Tidak mungkin Ravenna sedang bermain trik dengannya, bukan? Ravenna sudah memiliki segalanya, untuk apa lagi dia bermain trik.
Sudahlah, Eldrion tidak ingin memikirkannya terlalu banyak. Bukan ia yang menceraikan Ravenna, wanita itu sendiri yang ingin pergi darinya, jadi ia tidak akan menahannya sedikit pun.
Eldrion kembali bekerja menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan.
tbc
Di tangan Ravenna ada sebuah kartu bank dan juga beberapa surat berharga, di antaranya adalah surat kepemilikan sebuah villa dan mobil mewah.Ravenna tidak menyangka bahwa Eldrion akan semurah hati ini. Ia mendapatkan begitu banyak harta dari perceraian mereka.Ia sudah berjanji pada Theodore untuk menerima hadiah perceraian itu, jadi ia menerimanya.Setelah menerima semua itu, Ravenna kembali ke kediamannya dengan Eldrion.Hatinya terasa begitu berat, ia ingat pertama kali ia datang ke tempat ini dengan status sebagai istri Eldrion. Ia berharap bahwa ia akan selamanya tinggal di tempat mewah ini, tapi hari ini ia harus meninggalkannya.Tidak ada gunanya jika tempat ini mewah, tapi tidak ada kehangatan di dalamnya. Ravenna mengerti betul, bahwa yang ia cari jelas bukan kemewahan, tapi kehangatan dan kenyamanan. Di mana dua hal itu tidak ia dapatkan dari tempat ini ataupun pemiliknya.Ravenna melangkah menuju ke kamar utama yang terletak di lantai dua. Ia mulai mengambil koper dan men
Larut malam, Eldrion kembali ke kediamannya. Pria ini langsung menuju ke kamarnya. Ia menemukan hal yang berbeda di sana.Tidak ada Ravenna yang berbaring di atas ranjang. Eldrion lupa bahwa hari ini Ravenna sudah memutuskan untuk pergi dari kediaman ini.Eldrion hanya melewati ranjang, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Usai mandi ia pergi ke ruang pakaian. Ia melihat pakaian Ravenna masih ada di sana, tapi ada beberapa yang kosong.Ia melangkah menuju ke tempat perhiasan, tidak ada perhiasan yang dibawa oleh Ravenna.Kening Eldrion berkerut. Apakah Ravenna sengaja meninggalkan semua barang-barang berharga ini? Tapi, kenapa? Apakah ia ingin menunjukan bahwa ia tidak rakus terhadap uang?Bukankah hal seperti ini seharusnya tidak perlu dilakukan oleh Ravenna? Mereka sudah bercerai, Ravenna harusnya membawa apapun yang bisa ia bawa.Sudahlah, Eldrion tidak ingin memikirkannya. Ia mengambil pakaian tidur dan pergi ke tempat tidur.Saat ia membaringkan dirinya di ranjan
Sudah tiga bulan sejak perceraian antara Eldrion dan Ravenna. Eldrion pikir ia akan terbiasa dengan ketidakhadiran Ravenna di sisinya, tapi ternyata ia malah merasakan hal yang sebaliknya. Ia mulai menyadari yang ia rasakan saat ini adalah perasaan kehilangan.Ia pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata ia salah. Jadwal makannya mulai berantakan karena selera makannya yang buruk. Ia juga terlalu sibuk bekerja, sampai akhirnya ia hanya tidur tiga sampai empat jam dalam sehari.Setiap kali ia kembali ke kamarnya, ia hanya melihat kesunyian. Ia memiliki harapan akan ada barang-barang Revinna lagi di kamarnya.Sudah tiga bulan, Eldrion pikir Ravenna akan kembali ke sisinya. Ia tidak mengerti kenapa Ravenna ingin bercerai, tapi ia pikir Ravenna mungkin ingin bermain-main dengannya.Ravenna telah tinggal di bawah sayapnya selama tiga tahun, wanita itu juga hidup dalam segala kemewahan di mana semuanya telah tersedia untuknya. Jadi, ia pikir Ravenna tidak akan tahan tinggal di luar
Setelah lima tahun tidak menginjakan kakinya di benua Amerika, hari ini Ravenna kembali ke tempat ini lagi. Kemarin ia menghubungi Theodore dan ia mengetahui bahwa Theodore sakit.Awalnya Theodore hanya mengatakan bahwa ia sakit biasa saja, tapi kemudian pelayan utama Theodore mengatakan bahwa penyakit lama Theodore kambuh. Dan selama beberapa tahun belakangan ini kondisi kesehatan Theodore memang terus menurun.Ravenna merasa sangat khawatir dengan Theodore. Sampai detik ini ia masih tidak lupa bahwa ia memiliki begitu banyak utang pada pria tua itu.Lima tahun ini ia tidak pernah mengjungi Theodore, jadi ia memutuskan untuk kembali sementara waktu agar bisa merawat Theodore.Selain itu ia juga ingin mempertemukan Theodore dengan cicitnya. Ia tidak ingin datang terlambat dan tidak bisa memberitahu Theodore bahwa pria itu memiliki cicit.Saat ini Ravenna sedang berada di dalam taksi bersama dengan seorang anak laki-laki berusia empat tahun lebih dan juga Seraphim."Bu, apakah kita aka
Pagi ini Ravenna kembali mengunjungi Theodore, tidak seperti kemarin. Ia bersama Theodore lebih lama, ia menggunakan waktunya untuk merawat Theodore.Sesekali ia akan menjawab panggilan dari asistennya, lalu kemudian ia melihat ponselnya. Memeriksa kotak masuk di surelnya.Theodore tidak pernah melihat Ravenna dalam ekspresi serius seperti ini. Mantan cucu menantunya terlihat sangat berbeda ketika ia sedang serius bekerja.Sekali lagi Theodore menyadari bahwa perpisahan antara Ravenna dengan Eldrion memang yang terbaik untuk mereka. Ya, setidaknya terbaik untuk Ravenna.Lihatlah bagaimana kepompong kecilnya berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Terbang dengan bebas, memamerkan daya pikatnya.Ravenna selesai, ia menyimpan kembali ponselnya. Ia tersenyum pada Theodore. "Kakek, apakah kau ingin minum?""Tidak, kakek belum haus.""Baiklah, apakah ada yang ingin Kakek makan?""Kakek merindukan masakanmu. Hanya saja saat ini kita sedang di rumah sakit.""Kalau begitu cepatlah sehat, aku aka
Waktu berlalu, Ravenna memutuskan untuk kembali. Ia akan mengunjungi Theodore lagi besok. Ia juga akan membawa Quillon bersamanya.Sekali lagi, ia bertemu dengan Eldrion. Kali ini di koridor rumah sakit.Ravenna sudah bersiap untuk bersikap seolah tidak melihat Eldrion, tapi yang tidak ia sangka adalah Eldrion malah menghentikannya."Apakah kau sudah selesai mengunjungi Kakek?""Ya.""Ke mana kau akan pergi sekarang?""Hotel.""Biar aku antar."Ravenna merasa ini tidak nyata. Sejak kapan Eldrion
Ravenna, Quillon, Theodore dan Eldrion berdiri saling berhadapan. Saat ini mereka sedang berada di parkiran rumah sakit.Eldrion memandangi Quillon yang tampak seperti dirinya dalam bentuk yang lebih kecil.“Quillon, sapa Kakek dan Ayahmu.” Ravenna bicara pada putra kesayangannya.Eldrion menatap Ravenna seksama. Ia jelas tidak salah dengar tadi. Ayahmu? Jadi, anak kecil yang mirip dengannya adalah anaknya. Jadi, selama ini Ravenna dan dirinya memiliki anak.“Kakek buyut, aku Quillon Lysander. Senang bertemu dengan Kakek buyut.” Quillon mengangkat sedikit wajahnya menatap Theodore dengan tatapan cerah dan senyuman di bibirnya.Air mata Theodore lagi-lagi jatuh. Pria itu segera menarik Quillon ke dalam dekapannya. “Cicit Kakek yang berharga.”“Kakek, jangan menangis. Kakek akan sakit lagi jika banyak menangis.” Quillon bersuara pelan.“Kakek tidak menangis, Kakek hanya terlalu
Villa untuk tempat tinggal Ravenna telah dibersihkan. Hari ini wanita itu pindah ke sana. Saat ia masuk ke dalam kamar utama, semua barangnya lima tahun lalu telah tertata rapi di ruang pakaian.Ia ingat setelah ia dan Edrion bercerai, pria itu memang mengatakan akan mengirim barang-barangnya ke villa.Karena semuanya sudah ada, Ravenna tidak akan membuang uangnya dengan membeli barang-barang baru, ia mungkin hanya akan menyingkirkan pakaian-pakaian lamanya.Dulu ia selalu berpakaian sederhana karena ia tidak ingin disebut sebagai penghambur uang, tapi sekarang ia sudah hidup sendirian jadi ia tidak akan memakai pakaian yang sederhana itu lagi. Ia akan memakai pakaian yang telah ia rancang sendiri untuk dirinya.Saat Ravenna melihat ke kotak perhiasan yang terbuat dari kaca, ia melihat ada cincin pernikahannya dengan Eldrion di sana. Saat meninggalkan kediaman Eldrion, ia telah melepaskan cincin yang sudah ia kenakan selama tiga tahun itu.Sekarang
"Ibuku tidak akan melakukan hal seperti itu jika kau tidak memulai duluan!" Quillon menyela dari belakang Theodore.Miranda mengalihkan pandangannya. Ia melihat Quillon yang tampak seperti Eldrion."Siapa kau?""Aku Quillon Lysander, putra Eldrion Lysander dan Ravenna Artanis.""Tidak mungkin!" Miranda menolak mempercayainya."Apa yang tidak mungkin?" tanya Theodore."Kakek, dia pasti bukan anak Eldrion. Ravenna dan Eldrion sudah bercerai, itu mungkin anak pria acak yang diakui oleh Ravenna sebagai putra Eldrion."Kemudian sebuah tamparan mendarat di wajah Miranda, kali ini bukan Ravenna yang menampar Miranda melainkan Theodore."Berani sekali kau menyebut cicitku seperti itu!" marah Theodore.Miranda yang mendapatkan dua tamparan merasa semakin tidak bahagia. Namun, ia tidak akan membuat Theodore semakin marah."Maafkan aku, Kakek." Miranda segera meminta maaf.Theodore sudah merasa tidak senang. "Apa yang
Villa untuk tempat tinggal Ravenna telah dibersihkan. Hari ini wanita itu pindah ke sana. Saat ia masuk ke dalam kamar utama, semua barangnya lima tahun lalu telah tertata rapi di ruang pakaian.Ia ingat setelah ia dan Edrion bercerai, pria itu memang mengatakan akan mengirim barang-barangnya ke villa.Karena semuanya sudah ada, Ravenna tidak akan membuang uangnya dengan membeli barang-barang baru, ia mungkin hanya akan menyingkirkan pakaian-pakaian lamanya.Dulu ia selalu berpakaian sederhana karena ia tidak ingin disebut sebagai penghambur uang, tapi sekarang ia sudah hidup sendirian jadi ia tidak akan memakai pakaian yang sederhana itu lagi. Ia akan memakai pakaian yang telah ia rancang sendiri untuk dirinya.Saat Ravenna melihat ke kotak perhiasan yang terbuat dari kaca, ia melihat ada cincin pernikahannya dengan Eldrion di sana. Saat meninggalkan kediaman Eldrion, ia telah melepaskan cincin yang sudah ia kenakan selama tiga tahun itu.Sekarang
Ravenna, Quillon, Theodore dan Eldrion berdiri saling berhadapan. Saat ini mereka sedang berada di parkiran rumah sakit.Eldrion memandangi Quillon yang tampak seperti dirinya dalam bentuk yang lebih kecil.“Quillon, sapa Kakek dan Ayahmu.” Ravenna bicara pada putra kesayangannya.Eldrion menatap Ravenna seksama. Ia jelas tidak salah dengar tadi. Ayahmu? Jadi, anak kecil yang mirip dengannya adalah anaknya. Jadi, selama ini Ravenna dan dirinya memiliki anak.“Kakek buyut, aku Quillon Lysander. Senang bertemu dengan Kakek buyut.” Quillon mengangkat sedikit wajahnya menatap Theodore dengan tatapan cerah dan senyuman di bibirnya.Air mata Theodore lagi-lagi jatuh. Pria itu segera menarik Quillon ke dalam dekapannya. “Cicit Kakek yang berharga.”“Kakek, jangan menangis. Kakek akan sakit lagi jika banyak menangis.” Quillon bersuara pelan.“Kakek tidak menangis, Kakek hanya terlalu
Waktu berlalu, Ravenna memutuskan untuk kembali. Ia akan mengunjungi Theodore lagi besok. Ia juga akan membawa Quillon bersamanya.Sekali lagi, ia bertemu dengan Eldrion. Kali ini di koridor rumah sakit.Ravenna sudah bersiap untuk bersikap seolah tidak melihat Eldrion, tapi yang tidak ia sangka adalah Eldrion malah menghentikannya."Apakah kau sudah selesai mengunjungi Kakek?""Ya.""Ke mana kau akan pergi sekarang?""Hotel.""Biar aku antar."Ravenna merasa ini tidak nyata. Sejak kapan Eldrion
Pagi ini Ravenna kembali mengunjungi Theodore, tidak seperti kemarin. Ia bersama Theodore lebih lama, ia menggunakan waktunya untuk merawat Theodore.Sesekali ia akan menjawab panggilan dari asistennya, lalu kemudian ia melihat ponselnya. Memeriksa kotak masuk di surelnya.Theodore tidak pernah melihat Ravenna dalam ekspresi serius seperti ini. Mantan cucu menantunya terlihat sangat berbeda ketika ia sedang serius bekerja.Sekali lagi Theodore menyadari bahwa perpisahan antara Ravenna dengan Eldrion memang yang terbaik untuk mereka. Ya, setidaknya terbaik untuk Ravenna.Lihatlah bagaimana kepompong kecilnya berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Terbang dengan bebas, memamerkan daya pikatnya.Ravenna selesai, ia menyimpan kembali ponselnya. Ia tersenyum pada Theodore. "Kakek, apakah kau ingin minum?""Tidak, kakek belum haus.""Baiklah, apakah ada yang ingin Kakek makan?""Kakek merindukan masakanmu. Hanya saja saat ini kita sedang di rumah sakit.""Kalau begitu cepatlah sehat, aku aka
Setelah lima tahun tidak menginjakan kakinya di benua Amerika, hari ini Ravenna kembali ke tempat ini lagi. Kemarin ia menghubungi Theodore dan ia mengetahui bahwa Theodore sakit.Awalnya Theodore hanya mengatakan bahwa ia sakit biasa saja, tapi kemudian pelayan utama Theodore mengatakan bahwa penyakit lama Theodore kambuh. Dan selama beberapa tahun belakangan ini kondisi kesehatan Theodore memang terus menurun.Ravenna merasa sangat khawatir dengan Theodore. Sampai detik ini ia masih tidak lupa bahwa ia memiliki begitu banyak utang pada pria tua itu.Lima tahun ini ia tidak pernah mengjungi Theodore, jadi ia memutuskan untuk kembali sementara waktu agar bisa merawat Theodore.Selain itu ia juga ingin mempertemukan Theodore dengan cicitnya. Ia tidak ingin datang terlambat dan tidak bisa memberitahu Theodore bahwa pria itu memiliki cicit.Saat ini Ravenna sedang berada di dalam taksi bersama dengan seorang anak laki-laki berusia empat tahun lebih dan juga Seraphim."Bu, apakah kita aka
Sudah tiga bulan sejak perceraian antara Eldrion dan Ravenna. Eldrion pikir ia akan terbiasa dengan ketidakhadiran Ravenna di sisinya, tapi ternyata ia malah merasakan hal yang sebaliknya. Ia mulai menyadari yang ia rasakan saat ini adalah perasaan kehilangan.Ia pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata ia salah. Jadwal makannya mulai berantakan karena selera makannya yang buruk. Ia juga terlalu sibuk bekerja, sampai akhirnya ia hanya tidur tiga sampai empat jam dalam sehari.Setiap kali ia kembali ke kamarnya, ia hanya melihat kesunyian. Ia memiliki harapan akan ada barang-barang Revinna lagi di kamarnya.Sudah tiga bulan, Eldrion pikir Ravenna akan kembali ke sisinya. Ia tidak mengerti kenapa Ravenna ingin bercerai, tapi ia pikir Ravenna mungkin ingin bermain-main dengannya.Ravenna telah tinggal di bawah sayapnya selama tiga tahun, wanita itu juga hidup dalam segala kemewahan di mana semuanya telah tersedia untuknya. Jadi, ia pikir Ravenna tidak akan tahan tinggal di luar
Larut malam, Eldrion kembali ke kediamannya. Pria ini langsung menuju ke kamarnya. Ia menemukan hal yang berbeda di sana.Tidak ada Ravenna yang berbaring di atas ranjang. Eldrion lupa bahwa hari ini Ravenna sudah memutuskan untuk pergi dari kediaman ini.Eldrion hanya melewati ranjang, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Usai mandi ia pergi ke ruang pakaian. Ia melihat pakaian Ravenna masih ada di sana, tapi ada beberapa yang kosong.Ia melangkah menuju ke tempat perhiasan, tidak ada perhiasan yang dibawa oleh Ravenna.Kening Eldrion berkerut. Apakah Ravenna sengaja meninggalkan semua barang-barang berharga ini? Tapi, kenapa? Apakah ia ingin menunjukan bahwa ia tidak rakus terhadap uang?Bukankah hal seperti ini seharusnya tidak perlu dilakukan oleh Ravenna? Mereka sudah bercerai, Ravenna harusnya membawa apapun yang bisa ia bawa.Sudahlah, Eldrion tidak ingin memikirkannya. Ia mengambil pakaian tidur dan pergi ke tempat tidur.Saat ia membaringkan dirinya di ranjan
Di tangan Ravenna ada sebuah kartu bank dan juga beberapa surat berharga, di antaranya adalah surat kepemilikan sebuah villa dan mobil mewah.Ravenna tidak menyangka bahwa Eldrion akan semurah hati ini. Ia mendapatkan begitu banyak harta dari perceraian mereka.Ia sudah berjanji pada Theodore untuk menerima hadiah perceraian itu, jadi ia menerimanya.Setelah menerima semua itu, Ravenna kembali ke kediamannya dengan Eldrion.Hatinya terasa begitu berat, ia ingat pertama kali ia datang ke tempat ini dengan status sebagai istri Eldrion. Ia berharap bahwa ia akan selamanya tinggal di tempat mewah ini, tapi hari ini ia harus meninggalkannya.Tidak ada gunanya jika tempat ini mewah, tapi tidak ada kehangatan di dalamnya. Ravenna mengerti betul, bahwa yang ia cari jelas bukan kemewahan, tapi kehangatan dan kenyamanan. Di mana dua hal itu tidak ia dapatkan dari tempat ini ataupun pemiliknya.Ravenna melangkah menuju ke kamar utama yang terletak di lantai dua. Ia mulai mengambil koper dan men