Beranda / Romansa / Cinta Sepesukuan / Bab 7. Tiba Di Jakarta

Share

Bab 7. Tiba Di Jakarta

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-13 10:24:54

Hampir jam 3 sore hujan di kota itu benar-benar reda, Ridwan kembali berpamitan pada orang tua angkatnya untuk menuju pasar raya tempat selama ini ia bekerja mengais rezeki sehari-hari. Seperti biasanya Ridwan berangkat kesana dengan naik angkot yang berlalu-lalang di jalan raya yang ada di depan gang jalan masuk menuju kediamannya itu.

Kurang lebih 15 menit Ridwan pun tiba dipasar raya Padang, tampa menunggu waktu lama lagi Ridwan mendatangi satu-persatu pemilik toko dan pedagang di sana yang selama ini pernah ia bantu dan memberi upah kepadanya untuk berpamitan.

Ridwan memang tidak menceritakan alasan pergi merantau ke Jakarta disebabkan pertunangannya gagal di kampung, karena di samping pihak keluarga Kintani dan keluarganya minta dirahasiakan, Ridwan juga tentunya secara pribadi tak ingin membuka hal itu pada teman-temannya di pasar raya. Akan tetapi meskipun keseluruhan para pemilik toko dan pedagang yang pernah ia bantu itu tak mengetahui alasan Ridwan merantau, mereka semuany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sepesukuan   Bab 8. Di Rumah Paman Ramli

    Kini Paman Ramli terbilang sukses sebagai perantau karena telah memiliki toko dan rumah sendiri serta kendaraan pribadi, ia juga telah berkeluarga dengan wanita yang bukan dari keturunan Minang bernama Ayu. Paman Ramli juga telah dikarunia seorang putra yang saat ini masih duduk di kelas 2 SMA, karena jarang pulang ke kampung istri dan putranya tidak terlalu mengenal akan saudara-saudaranya di Tanah Minang.Lebih 1 jam mobil yang kemudikan Paman Ramli tiba di depan rumah bertingkat 2 di kawasan salah satu komplek, tampa mau dibantu wanita yang di duga sebagai pembantu rumah itu Ridwan membawa sendiri barang-barangnya ke dalam rumah.“Nah inilah rumah Paman, Ridwan.”“Besar sekali Paman, bertingkat lagi,” puji Ridwan.“Rumah Paman ini belum apa-apanya dibandingkan rumah-rumah mewah di komplek ini,” Paman Ramli merendah.“Tante Ayu dan Gilang kemana, Paman? Kok dari tadi nggak kelihatan?”“Tantemu jam segini masih di toko, sementara Gilang belum pulang dari sekolah,” jawab Paman Ramli.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • Cinta Sepesukuan   Bab 9. Libur Semester Usai

    Sementara di kenegarian P tepatnya di sebuah bangunan rumah yang besar serta tergolong mewah di desa itu, Pak Wisnu dan Bu Anggini yang merupakan kedua orang tua Kintani hidup dalam kemewahan.Orang tua Kintani memiliki banyak bidang kelapa sawit pribadi di kawasan desa itu, belum lagi tanah yang mereka beli di desa lain dan sekarang juga telah dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tak heran jika setiap bulannya atau setiap kali panen, Pak Wisnu dan Bu Anggini mendapatkan uang ratusan juta rupiah, karena harga kelapa sawit pada saat itu telah mencapai Rp. 2.500,- per kilogramnya.Setiap panen Pak Wisnu selalu mentransfer uang ke rekening Kintani, meskipun terkadang Kintani sendiri tidak tahu apalagi meminta. Pak Wisnu sengaja melakukan itu karena tak ingin putrinya yang kini tengah kuliah di Fakultas Kedokteran, merasa panik jika sewaktu-waktu ada keperluan mendadak, baik menyangkut keperluan di kampus maupun untuk keperluan sehari-harinya.Sore itu pula di depan rumah mewah milik kedua

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Cinta Sepesukuan   Bab 10. Kos-kosan Kintani

    Kedatangan Kintani di kos-kosan disambut ceria oleh kedua teman dekatnya bernama Dila dan Eva, masing-masing mereka menempati ruangan kos di sisi kanan dan kiri dari ruangan kos yang ditempati Kintani. Setelah sholat magrib kedua sahabatnya itu tak sabar lagi ingin bercakap-cakap karena kurang lebih 4 minggu yang lalu mereka libur semester, mereka berdua langsung masuk ke ruangan kos Kintani. “Waduh! Kalian ngagetin aja. Nggak ngetuk pintu dulu main terobos aja,” seru Kintani terkejut yang saat itu tengah melipat mukena yang dipakainya barusan untuk sholat magrib. “He..he..he, maaf kami kangen,” ujar Dila diiring tawanya. “Aku juga kangen sama kalian, Yuk kita makan malam bareng. Kebetulan nih Ibuku buat rendang yang pastinya super lezat,” ajak Kintani kemeja makan sembari menunjukan rendang yang ia bawa dari kampung pada Dila dan Eva. “Hemmm, padahal aku udah makan tadi sore. Tapi aroma rendang buatan Ibumu ini buat aku laper lagi,” ujar Eva. “Ya udah kalau gitu yuk kita makan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Cinta Sepesukuan   Bab 11. Sahabat Dekat Kintani

    “Bagaimana tanggapan orang tuamu mengenai Bang Ridwan?” “Maksudmu?” Kintani balik bertanya. “Ya, apakah kedua orang tuamu merestui hubungan kalian? Maaf sebelumnya karena kamu sendiri bilang jika Bang Ridwan hanya tamatan SMK dan bekerja serabutan di pasar raya.” “Oh, kedua orang tuaku nggak mempermasalahkan semua itu. Ayah dan Ibuku sejak dulu tak pernah melarang dan mengekangku berteman dengan siapa saja, termasuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Asal pria itu jika nggak kuliah lagi, minimal dia memiliki pekerjaan bukan seorang pengangguran,” tutur Kintani. “Pandangan dan cara berfikir kedua orang tuamu sangat bijaksana, mereka sama sekali tak mempersoalkan perbedaan status sosial seseorang. Inilah yang membuat aku dan Irfan ragu untuk saling mengenal dengan kedua orang tua kami, secara Irfan tergolong lebih segalanya dibandingkan aku,” ujar Dila. “Harta kekayaan merupakan salah satu titipan Allah SWT yang setiap saat bisa saja diambil-Nya kembali, saat ini mungkin kita l

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • Cinta Sepesukuan   Bab 12. Perpustakaan Kampus

    Kintani merupakan mahasiswi yang berprestasi di kampus itu, di setiap semester dia selalu mendapatkan IPK tertinggi, hal itu bukan tampa alasan karena sejak dari SMP dulu dia sosok siswi yang rajin membaca dan pandai memanfaatkan waktu luang di luar jam sekolah atau kuliahnya di perpustakaan ketimbang bermain ataupula menghabiskan waktu itu di kantin. Seperti siang itu dia dan Eva berada di dalam perpustakaan kampus di waktu jam jeda kuliah, Eva akhir-akhir ini saja mau bergabung dengan Kintani ke perpustakaan itu setelah menyadari beberapa semester sebelumnya IPK yang ia peroleh sangat rendah. “Di perpustakaan ini buku-bukunya lengkap, kamu bisa mencari mana buku yang berkaitan dengan mata kuliah yang kamu anggap dua semester lalu nilainya paling rendah,” tutur Kintani. “Ya Kintani, selama ini aku pikir cukup dengan mencari materi-materi itu melalui internet, ternyata banyak hal-hal yang nggak aku temui di sana berkaitan dengan mata kuliah dari dosen.” “Searching di internet juga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • Cinta Sepesukuan   Bab 13. Kantin Kampus

    “Nggak tahu juga, soalnya aku nggak pernah bilang hal itu padanya. Aku juga ngerasa hal yang sama, kalau Fita nggak pernah juga mencintaiku sampai detik ini,” jawab Hengki lalu menyeruput jus yang tadi ia pesan di kantin itu. “Saranku mending kalian bicarakan itu secara baik-baik, jika memang rasanya nggak memungkinkan lebih baik diakhiri aja, daripada dipaksakan untuk terus lanjut yang ada nanti di antara kalian akan bermusuhan jika salah seorang dari kalian merasa sakit hati dengan hubungan yang sedang kalian jalani itu,” Irfan menasehati Hengki. “Iya Fan, ntar aku cari waktu yang tepat untuk bicarakan itu sama Fita.” “Nah, kalau semuanya udah clear dan hubungan kalian berdua nggak mungkin lanjut, baru kamu coba dekatin cewek lain,” ujar Dila. “Sip, tenang aja Dila. Secepatnya akan aku selesaikan, ya udah aku duluan, ya?” “Loh, kamu mau ke mana?” tanya Irfan saat Hengki hendak pamit pergi dari kantin itu. “Ada perlu sama teman, tadi aku udah janji sama dia,” jawab Hengki. “Oh

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-29
  • Cinta Sepesukuan   Bab 14. Tak Disukai Tante Ayu

    “Kamu harus ngerti dong, kan aku udah bilang jika Ridwan sebelum datang ke sini tengah mengalami masalah besar di kampung. Pertunangannya sengaja dibatalkan karena tradisi serta adat-istiadat di sana menentang, wajar jika Ridwan belum bisa melupakan itu dan tak bisa konsen bekerja,” tutur Paman Ramli. “Harus sampai kapan dia begitu, Bang. Hidup di Jakarta ini keras dan harus selalu siap untuk bersaing, urusan pribadi nggak boleh dibawa ke pekerjaan. Mending gaji orang lain aja jika keponakan Abang nggak akan bisa bekerja seperti yang kita harapkan,” Tante Ayu begitu ketusnya berbicara. “Hus, kamu kalau bicara jangan keras-keras nanti kedengaran sama Ridwan.” “Ya baguslah kalau ia dengar biar dia sadar jika di sini bukanlah di kampungnya, mau digaji tapi kerja nggak becus!” kembali Tante Ayu bicara ketus. “Ayu..! Untuk kamu ketahui saja, Ridwan itu keponakan kandungku bukan orang lain. Di dalam adat-istiadat kami posisi Ridwan tak jauh beda dengan putra kita sendiri, kalau bicara j

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Cinta Sepesukuan   Bab 15. Ridwan Dan Randi Curhat

    “Sama seperti Pamanmu, Kak Gita juga punya toko hanya saja bukan di kawasan pasar tanah abang blok A melainkan di jalan jati bunder, yang buka 24 jam,” jawab Randi yang mengetahui jika toko Pamannya Ridwan berada di kawasan Blok A pasar tanah abang. “Oh, jadi pasar tanah abang itu banyak ya, Bang?” “Ada 3 lokasi, pasar tanah abang di jalan jati bunder, lalu Blok A dan Blok F,” Randi menjelaskan karena Ridwan memang belum tahu banyak akan kawasan pasar tanah abang itu. “Kalau sekiranya aku ikut Abang Randi aja, gimana? Nanti aku bantu deh Bang Randi kerja di toko Kak Gita itu,” Randi terkejut mendengar permintaan dari Ridwan. “Loh, emangnya kamu nggak kerasan tinggal dan kerja bareng Pamanmu?” “Paman Ramli sih baik dan sangat ngertiin aku, akan tetapi Tante Ayu agaknya nggak suka dengan kehadiranku di rumahnya. Tadi malam aku sempat dengar pertengkaran Paman dan Tante menyangkut keberadaanku di rumah mereka, aku jadi nggak enak Bang.” “Kenapa Tantemu begitu? Setahuku kamu sosok y

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31

Bab terbaru

  • Cinta Sepesukuan   Bab 148. Pernikahan Kintani Dan Ridwan

    “Aku nggak menyangka sekeras itu keinginanmu Kintani hingga kamu berani menentang adat-istiadat kita yang telah diwarisi turun-temurun dari para leluhur, Aku juga tak mengerti mengapa kalian sebagai orang tuanya mendukung hal yang dapat membuat keluarga besar kita ini akan dipandang buruk di dalam kaum suku caniago,” tutur Pak Gindo. “Kami juga sama sekali tak menginginkan ini terjadi Uda Gindo, akan tetapi kami pun tak bisa melawan takdir dari Allah SWT. Kintani dan Ridwan nampaknya takan bisa dipisahkan lagi, jika Uda menyalahkan kami dalam hal ini kami akan terima asal Kintani bahagia dengan pria pilihannya,” ujar Bu Anggini pasrah. “Ya, semua ini adalah kesalahan kita termasuk Uda Gindo selaku Paman kandung Kintani yang sejak awal tak pernah memberi penjelasan tentang pemahaman adat-istiadat kita secara detil. Terjalinnya hubungan kasih antara Kintani dan Ridwan sedari semula merupakan titik awal semua ini terjadi, jika harus menanggung malu karena adat-istiadat kita semua tentun

  • Cinta Sepesukuan   Bab 147. Ketenggangan Di Rumah Kintani

    Kabar kepulangan Kintani ke rumah orang tuanya pagi itu diketahui oleh Pak Gindo melalui sambungan telpon yang disampaikan oleh Bu Anggini, tentu saja Paman kandung dokter muda cantik itu segera datang bersama keluarganya. Pak Gindo berfikir Kintani pulang karena menyadari kesalahan telah menentang keinginan mereka untuk menjodohkannya dengan Romi, makanya Pak Gindo begitu semangat pagi itu membawa putra dan istrinya menemui Kintani. “Assalamualaikum,” ucap Pak Gindo saat tiba di depan pintu rumah Pak Wisnu. “Waalaikum salam,” sahut Pak Wisnu sekeluarga yang pagi itu duduk di ruangan depan. Pak Wisnu dan Bu Anggini menghampiri mereka lalu mempersilahkan duduk di ruangan depan itu, sementara Kintani ke belakang membuatkan minum. “Alhamdulillah jika Kintani udah kembali Wisnu, kami turut cemas karena lebih dari 3 bulan nggak ada kabarnya,” ucap Pak Gindo. “Ya, Alhamdulillah Uda. Akhirnya Kintani dapat ditemukan dan kami bawa pulang ke rumah ini,” ucap Pak Wisnu pula. “Ditemukan d

  • Cinta Sepesukuan   Bab 146. Rencana Pernikahan

    Jam 9 malam mobil yang dikemudikan Pak Wisnu dengan Ridwan duduk di sebelahnya sementara Kintani bersama Ibunya di belakang, tiba di kenagarian MK tepatnya di rumah kedua orang tua Ridwan. Pak Rustam dan Bu Suci serta Fitria terkejut melihat mobil Pak Wisnu datang kembali berkunjung, mereka lebih terkejut lagi ketika melihat Ridwan juga turun dari mobil itu. “Assalamualaikum,” ucap Pak Wisnu, Ridwan, Kintani dan Bu Anggini begitu tiba di teras rumah di hadapan Pak Rustam sekeluarga. “Waalaikum salam, ada apa ini kenapa Ridwan juga ada bersama kalian?!” sahut Pak Rustam diiringi rasa kaget dan penasarannya. “Hemmm, sabar Ayah. Sebaiknya kita persilahkan Pak Wisnu dan keluarga masuk dulu,” ujar Ridwan. “Oh iya, silahkan masuk Wisnu dan yang lainnya,” ajak Pak Rustam. Mereka pun duduk bersama di ruangan depan, sementara Fitria Adik kandung Ridwan ke belakang membuatkan minum. “Sangat menganggetkan dan mengherankan kenapa kamu bisa bersama Pak Wisnu dan keluarga, Ridwan?” tanya Pak

  • Cinta Sepesukuan   Bab 145. Direstui Orang Tua Kintani

    Bu Anggini langsung menoleh ke arah Pak Wisnu, ia berfikir suaminya itu akan marah mendengar penuturan Kintani yang menegaskan jika masalah dia tak ingin pulang bukan hanya karena perjodohannya dengan Romi saja melainkan juga karena tak ingin dipisahkan lagi dengan Ridwan. “Kintani, ini nggak akan mudah terlaksana meskipun kami berdua akan merestui kalian. Sanksi adat kita sangat berat bukan saja kalian akan terbuang dari adat tapi juga harta pusaka keluarga tidak akan bisa diwariskan terutama pada kamu Kintani,” jelas Pak Wisnu sambil menarik napas dalam-dalam. “Ayah, apapun itu sanksinya aku siap menerimanya termasuk tak mendapatkan harta warisan keluarga. Bagiku harta bukanlah segalanya karena bisa dicari asalkan mau berusaha,” Kintani kembali menegaskan. “Tapi dalam berumah tangga tak cukup hanya atas dasar cinta dan kasih sayang saja,” ujar Pak Wisnu. “Nggak apa-apa Ayah, meskipun nanti kami hidup apa adanya yang terpenting kami bahagia,” ulas Kintani. “Kamu dengar Ridwan be

  • Cinta Sepesukuan   Bab 144. Tangisan Haru

    Pagi di kawasan kenagarian P terlihat cerah, para warga yang umumnya pekebun sebagian sudah berangkat ke lahan perkebunan mereka. Demikian pula dengan para pekerja Pak Wisnu yang saban hari bekerja memanen buah kelapa sawit serta membersihkan lahan perkebunan, mereka pun telah bersiap-siap untuk berangkat. Kalau biasanya Pak Wisnu selalu menyusul mereka selepas tengah hari atau sesudah zhuhur, namun hari itu dia menyuruh salah seorang pekerjanya untuk mencatat banyaknya serta mengantar buah sawit yang telah dipanen ke pabrik. Adapun alasan Pak Wisnu hari itu tak dapat pergi ke lahan serta mengurus segala sesuatunya mengenai urusan kebun, karena dia dan istrinya akan ke Kota Padang menemui Kintani di rumah orang tua angkat Ridwan. “Apa nggak sebaiknya kita beritahu Uda Gindo dulu sebelum kita berangkat menyusul Kintani, Anggini?” Pak Wisnu bertanya sembari merapikan pakaian yang ia kenakan di kamar. “Nggak usah Bang, yang ada nanti dia akan ikut dan akan menimbulkan masalah di Pada

  • Cinta Sepesukuan   Bab 143. Memberitahu Keberadaan Kintani

    “Bapak tahu ini hal yang sulit terutama bagi kamu Kintani, tapi keberadaanmu di sini harus tetap diberitahu pada Ayah dan Ibumu di kampung. Apalagi Ibumu sekarang jatuh sakit karena sudah 3 bulan lamanya tak ada kabar tentang kamu setelah pergi dari rumah,” tutur Pak Hendra. “Tapi Pak kalau diberitahu aku ada di sini, kedua orang tuaku itu pasti akan datang dan membawaku pulang. Itu artinya aku akan tetap dijodohkan dengan pria yang sama sekali nggak aku cintai,” ujar Kintani. “Kamu tenang saja Kintani, Bapak akan membelamu nantinya jika mereka datang ke sini. Tujuan utama memberitahu keberadaanmu di sini untuk kesembuhan Ibumu, jika memang kamu tidak ingin pulang dengan alasan akan dijodohkan dan mereka nanti memaksa Bapak tidak akan membiarkannya,” tegas Pak Hendra. “Ya Kintani, Ibu juga akan membelamu. Ridwan, sekarang kamu telpon kedua orang tua Kintani. Beritahu saja jika Kintani ada di sini,” ujar Bu Indri, Ridwan mengangguk lalu meraih ponsel yang ia taruh di meja. “Hallo,

  • Cinta Sepesukuan   Bab 142. Kintani Terkejut Melihat Ridwan

    “Aneh juga kenapa tiba-tiba saja kedua orang tua Kintani meminta tolong sama kamu,” Pak Hendra heran. “Awalnya sih saat hari pertama Kintani pergi dari rumah, mereka sempat curiga kalau aku yang meminta Kintani pergi dari rumah itu dan menyusulku ke Jakarta. Tapi setelah aku jelasin bahwa aku sama sekali tak mengetahui bahkan Kintani tak tahu alamatku di Jakarta, mereka pun yakin dan malahan meminta nomor kontak dan bantuanku untuk mencari keberadaan Kintani,” jelas Ridwan. “Jadi begitu cerita, Bapak pikir mereka langsung minta tolong sama kamu untuk mencari Kintani.” “Ya nggaklah Pak, mereka kan nggak tahu nomor kontakku gimana mereka bisa minta tolong. Mereka datang ke rumah Ayah dan Ibu di kampung dan dari situlah mereka mengetahui nomor kontak dan minta tolong sama aku,” tutur Ridwan. Sore hari sekitar jam 5 lewat apa yang dikatakan Bu Indri pun benar adanya, seorang wanita cantik memakai pakaian kerja putih-putih tampak memasuki halaman rumah kedua orang tua angkat Ridwan itu

  • Cinta Sepesukuan   Bab 141. Ridwan Ke Padang

    Pagi-pagi sekali Ridwan telah bangun setelah mempersiapkan segala sesuatunya yang akan dibawa ke Bandara menuju Kota Padang, tak beberapa menit setelah Ia pun sarapan dengan Gita, Aldi dan Nisa di meja makan di ruangan tengah lantai bawah. “Sementara kamu akan ke Padang siapa yang kamu suruh untuk tinggal di rumahmu itu, Ridwan?” tanya Gita. “Setelah aku pikir-pikir lagi apa tidak sebaiknya Kak Gita dan juga Bang Aldi tinggal di sana aja, sementara rumah ini bisa disewakan nantinya,” usul Ridwan. “Hemmm, nggaklah Ridwan. Rumah itu milikmu dan kamu cepat atau lambatnya pasti akan menikah juga,” ujar Gita. “Loh, nggak jadi masalah. Rumah itu terlalu besar bisa didiami beberapa kepala keluarga, lagian kalian kan bukan orang lain lagi bagi aku.” “Iya sih, tapi biar kami tinggal di sini aja. Kalau memang belum ada yang kamu minta untuk menjaga rumah itu selama kamu pergi ke Padang ada baiknya kamu mencari satpam untuk berjaga-jaga di sana,” saran Gita. “Ya Kak, aku memang mempunyai r

  • Cinta Sepesukuan   Bab 140. Keberadaan Kintani Diketahui

    3 bulan kemudian.... Minggu pagi sekitar jam 10 Ridwan beserta Gita sekeluarga pergi ke sebuah rumah mewah yang sangat besar dengan perkarangan depan dan belakang juga luas, lokasi rumah itu tidak jauh dari rumah Gita karena berada satu kompleks. Mereka berangkat dengan mengendarai mobil pajero sport milik dan kemudikan oleh Ridwan, mobil itu Ridwan ambil sekitar satu minggu yang lalu di show room usahanya sendiri. Melihat dari fisik bangunan rumah mewah yang mereka tuju ditasir biaya pembuatannya hampir 350 milyar, lalu apa tujuan Ridwan beserta Gita sekeluarga ke sana? Setelah memarkirkan mobil pajero sport di halaman rumah mewah itu, Ridwan beserta Gita sekeluarga pun turun lalu berjalan ke teras. Saat tiba di depan pintu Ridwan bukannya mengetuk atau memencet bel yang ada, melainkan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kunci lalu dengan santainya membuka pintu rumah mewah itu. “Mari Kak, Bang kita masuk,” ajak Ridwan, Gita dan Aldi mengangguk seraya tersenyum lalu

DMCA.com Protection Status