"Sebenarnya Roni ingin pergi ke tempat apa? Kenapa dia terlihat begitu mencurigakan?" tanya Fauzi sambil merasa penasaran.
"Aku tidak tahu. Mungkin dia memiliki urusan yang sangat pribadi." jawab Alif sambil merasa bingung. "Mungkin saja itu benar." kata Fauzi sambil merasa heran. Roni langsung pergi ke tempat milik mafia itu. "Besar sekali tempat ini. Bagaimana bisa mereka mendapatkan tempat seperti ini? Pasti tempat ini berisi segala yang mereka inginkan. Aku yakin ada tempat judi dan semua hal yang menyenangkan." kata Roni sambil merasa bingung. Roni melihat tempat itu dan seseorang berjalan keluar dari tempat itu. Roni menyadari dan langsung bersembunyi. "Tempat mereka memang paling aman dan tidak akan bisa diketahui oleh dia." kata pria itu. Roni merasa bingung dengan pria itu karena dia bukan mafia yang selalu mengejar mereka bertiga. "Sebenarnya siapa dia? Apa dia memimpin para mafia itu?"Ini surat tanda terima." kata Roni sambil tersenyum."Terima kasih, pak. Apa anda merasa sangat takut?" tanya pengantar makanan itu."Lumayan, mereka bertubuh besar dan memiliki wajah seram. Seperti penjahat tapi kamu tenang saja, mereka tidak akan menyakiti kalian. Saya hanya merasa gugup saja. Karena tempat ini sangat besar dan juga banyak sekali barang di tempat ini." kata Roni sambil menarik napas.Roni langsung pergi dari tempat itu. Saat makan siang, aku dan Dita makan bersama. Andre mengajak Tamara untuk makan siang bersama di kantin."Apa yang ingin pak Andre makan?" tanya Tamara."Pak? Kenapa kamu memanggil aku bapak?" tanya Andre sambil merasa bingung."Sekarang kita berada di kantor dan aku ini bawahan kamu. Tidak mungkin aku hanya memanggil nama kamu saja. Aku tidak ingin membuat pegawai berpikir sesuatu yang aneh terhadap kita berdua." jawab Tamara sambil tersenyum."Baik, aku mengerti. Saya ingin m
Saat mobil itu berhenti, aku melihat Alif dan kedua temannya turun dari mobil itu."Ternyata itu mereka bertiga." kataku sambil merasa terkejut.Alif langsung mengajak kedua temannya untuk masuk ke dalam hotel itu. Aku mengikuti merek bertiga secara perlahan. Aku melihat mereka masuk ke dalam lift."Bagaimana ini? Mereka masuk ke dalam lift. Apa aku harus masuk juga? Tapi Alif akan mengetahui kehadiran aku." kataku sambil merasa bingung.Seorang pegawai hotel melewat dan aku bertanya kepadanya."Ke mana kamu akan pergi?" tanyaku sambil merasa penasaran."Saya ingin mengantar makanan ini ke kamar nomor 1002." Jawab pegawai hotel itu."Kebetulan sekali, itu adalah kamar teman saya. Apa boleh saya saja yang mengantarkan ini?" tanyaku sambil tersenyum."Ternyata begitu, tentu saja. Ini, ibu Alea." Jawab pegawai hotel itu."Apa saya boleh meminjam topi kamu?" tanyaku sambil tersenyum.
Andre langsung masuk ke dalam rumahnya. Aku merasa bingung dan penasaran dengan misi yang sedang dia lakukan."Kenapa dia mencari pria itu? Apa misi dia berhubungan dengan orang itu? Apa aku harus membantu Alif?" tanyaku sambil merasa bingung.Alif dan kedua temannya langsung menemui pria itu."Apa yang kalian ingin lakukan?" tanya pria itu sambil merasa bingung."Kami ingin bertanya mengenai keberadaan kotak musik ini. Kamu pasti mengetahui keberadaan benda ini. Di mana dia disimpan?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tidak, aku tidak tahu." jawab pria itu sambil merasa gelisah."Jangan bohong! Kami mengetahui bahwa kamu adalah penjaga benda ini. Beritahu kami bertiga!" kata Roni sambil merasa kesal."Tidak, aku sungguh tidak tahu." kata pria itu sambil merasa takut."Apa kamu tidak akan jujur? Apa kami harus melakukan sesuatu yang buruk untuk membuat kamu bicara kepada kami?" tanya Fauzi sam
Aku langsung pergi ke sebuah restoran. Andre langsung mengajak Tamara pergi ke kantor bersama."Ayo masuk!" kata Andre sambil tersenyum."Tidak, aku ingin pergi sendiri saja." kata Tamara sambil tersenyum."Tidak, ayo masuk! Kita pergi bersama saja." kata Andre sambil tersenyum.Tamara langsung masuk ke dalam mobil Andre. Andre melihat Tamara dengan sangat fokus."Ada apa? Kenapa kamu melihat aku seperti itu?" tanya Tamara sambil merasa bingung."Aku hanya ingin melihat kamu saja. Apa itu tidak boleh?" tanya Andre sambil tersenyum."Baik, tapi kamu sedang mengendarai mobil. Tidak baik jika terus melihat ke arah aku. Kamu harus fokus supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk." jawab Tamara sambil tersenyum."Baik, ibu Tamara." kata Andre sambil tersenyum.Dita masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dari rumah. Dita langsung menuju ke kantorku."Apa ibu Alea masih sangat sibuk?
Dita langsung merasa kasihan dan memberikan uang yang dia miliki."Apa keadaan ibu kamu semakin parah?" tanya Dita sambil merasa khawatir."Benar, ibu semakin sakit. Aku tidak memiliki biaya untuk pengobatan dia. Aku bingung harus mencari uang secepatnya." jawab Zidan sambil merasa sedih."Ini, memang tidak besar tapi aku harap ini bisa membantu pengobatan ibu kamu. Kamu tidak perlu mengganti uang ini. Aku memberikan uang ini untuk ibu." kata Dita sambil tersenyum."Benarkah? Apa kamu serius?" tanya Zidan sambil merasa senang."Tentu saja, untuk apa aku bercanda?" tanya Dita sambil tersenyum."Terima kasih, Dita!" kata Zidan sambil tersenyum.Zidan langsung memeluk Dita dengan sangat erat. Dita terkejut dan langsung melepaskan pelukan dari Zidan."Maaf, aku terlalu senang sampai memeluk kamu. Kamu begitu baik terhadap kami berdua. Aku janji akan menjaga kamu dan bayi kita. Jika ada sesuatu yang t
Andre merasa sangat bingung dengan maksud dari perkataan aku. Dia tidak menyadari wanita yang sedang aku bicarakan kepada dia."Siapa seseorang yang kamu maksud?" tanya Andre sambil merasa bingung."Wanita yang selalu bersama kamu." jawabku sambil tersenyum.Andre langsung menjelaskan tentang Tamara."Maksud kamu itu Tamara. Dia hanya tenan sekolah aku saja. Kami tidak memiliki hubungan khusus." kata Andre sambil tersenyum."Tidak perlu dijelaskan, aku akan bahagia jika seandainya kalian memang dekat. Semua berawal dari teman. Aku harap kalian akan memiliki hubungan lebih dari teman." kataku sambil merasa senang."Tapi kami.." kata Andre sambil merasa bingung."Sudah, pergi ke kantor kamu. Aku akan mengurus tentang pemberitaan kita berdua. Aku tidak ingin orang lain disalahkan. Padahal hubungan kita berakhir karena kesalahan aku." kataku sambil tersenyum."Jangan dibahas lagi. Kamu tidak perlu menjelaskan se
"Benar itu, kita memang bisa mencari informasi tentang tempat itu." kata Fauzi sambil tersenyum.Saat sore hari, aku mengajak Dita pulang bersama. Dita hanya diam dan terlihat khawatir."Ada apa, Dita? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Aku hanya memikirkan keadaan ibunya Zidan saja, ibu Alea." jawab Dita sambil merasa khawatir."Kenapa? Apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanyaku sambil merasa penasaran."Ibunya sakit lagi, Zidan datang ke kantor tadi pagi." jawab Dita sambil merasa khawatir."Apa kamu ingin libur besok?" tanyaku sambil merasa bingung."Tidak, saya masih memiliki banyak pekerjaan. Saya harus menangani pekerjaan kantor." kata Dita sambil tersenyum."Apa yang Zidan katakan lagi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Tidak, dia hanya memerlukan bantuan dari aku." Jawab Dita."Bantuan? Bantuan apa?" tanyaku
Aku langsung kembali ke dalam rumah. Alif dan kedua temannya sampai di gunung itu."Di mana kampung itu?Kenapa kita masih belum sampai di sama?" tanya Alif sambil merasa bingung."Apa kita masih jauh dari kampung itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Roni melihat sekitar tempat itu dan merasa yakin bahwa ini adalah kampung yang dimaksud."Sepertinya tidak, kita hampir saja menemukan tempat itu. Ternyata kita sudah sampai." jawab Roni sambil sambil tersenyum."Apa kita harus bertanya kepada mereka?" tanya Alif sambil merasa bingung."Sebaiknya aku saja yang bertanya. Aku tidak yakin jika kalian berdua yang melakukan itu." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kamu saja yang bertanya." kata Roni sambil tersenyum.Fauzi langsung turun dari mobil dan menghampiri penduduk desa."Permisi, pak. Apa saya boleh bertanya?" tanya Fauzi sambil tersenyum."Ada apa?" tanya penduduk desa.&n
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal