Aku langsung pergi ke sebuah restoran. Andre langsung mengajak Tamara pergi ke kantor bersama.
"Ayo masuk!" kata Andre sambil tersenyum. "Tidak, aku ingin pergi sendiri saja." kata Tamara sambil tersenyum. "Tidak, ayo masuk! Kita pergi bersama saja." kata Andre sambil tersenyum. Tamara langsung masuk ke dalam mobil Andre. Andre melihat Tamara dengan sangat fokus. "Ada apa? Kenapa kamu melihat aku seperti itu?" tanya Tamara sambil merasa bingung. "Aku hanya ingin melihat kamu saja. Apa itu tidak boleh?" tanya Andre sambil tersenyum. "Baik, tapi kamu sedang mengendarai mobil. Tidak baik jika terus melihat ke arah aku. Kamu harus fokus supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk." jawab Tamara sambil tersenyum. "Baik, ibu Tamara." kata Andre sambil tersenyum. Dita masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dari rumah. Dita langsung menuju ke kantorku. "Apa ibu Alea masih sangat sibuk?Dita langsung merasa kasihan dan memberikan uang yang dia miliki."Apa keadaan ibu kamu semakin parah?" tanya Dita sambil merasa khawatir."Benar, ibu semakin sakit. Aku tidak memiliki biaya untuk pengobatan dia. Aku bingung harus mencari uang secepatnya." jawab Zidan sambil merasa sedih."Ini, memang tidak besar tapi aku harap ini bisa membantu pengobatan ibu kamu. Kamu tidak perlu mengganti uang ini. Aku memberikan uang ini untuk ibu." kata Dita sambil tersenyum."Benarkah? Apa kamu serius?" tanya Zidan sambil merasa senang."Tentu saja, untuk apa aku bercanda?" tanya Dita sambil tersenyum."Terima kasih, Dita!" kata Zidan sambil tersenyum.Zidan langsung memeluk Dita dengan sangat erat. Dita terkejut dan langsung melepaskan pelukan dari Zidan."Maaf, aku terlalu senang sampai memeluk kamu. Kamu begitu baik terhadap kami berdua. Aku janji akan menjaga kamu dan bayi kita. Jika ada sesuatu yang t
Andre merasa sangat bingung dengan maksud dari perkataan aku. Dia tidak menyadari wanita yang sedang aku bicarakan kepada dia."Siapa seseorang yang kamu maksud?" tanya Andre sambil merasa bingung."Wanita yang selalu bersama kamu." jawabku sambil tersenyum.Andre langsung menjelaskan tentang Tamara."Maksud kamu itu Tamara. Dia hanya tenan sekolah aku saja. Kami tidak memiliki hubungan khusus." kata Andre sambil tersenyum."Tidak perlu dijelaskan, aku akan bahagia jika seandainya kalian memang dekat. Semua berawal dari teman. Aku harap kalian akan memiliki hubungan lebih dari teman." kataku sambil merasa senang."Tapi kami.." kata Andre sambil merasa bingung."Sudah, pergi ke kantor kamu. Aku akan mengurus tentang pemberitaan kita berdua. Aku tidak ingin orang lain disalahkan. Padahal hubungan kita berakhir karena kesalahan aku." kataku sambil tersenyum."Jangan dibahas lagi. Kamu tidak perlu menjelaskan se
"Benar itu, kita memang bisa mencari informasi tentang tempat itu." kata Fauzi sambil tersenyum.Saat sore hari, aku mengajak Dita pulang bersama. Dita hanya diam dan terlihat khawatir."Ada apa, Dita? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Aku hanya memikirkan keadaan ibunya Zidan saja, ibu Alea." jawab Dita sambil merasa khawatir."Kenapa? Apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanyaku sambil merasa penasaran."Ibunya sakit lagi, Zidan datang ke kantor tadi pagi." jawab Dita sambil merasa khawatir."Apa kamu ingin libur besok?" tanyaku sambil merasa bingung."Tidak, saya masih memiliki banyak pekerjaan. Saya harus menangani pekerjaan kantor." kata Dita sambil tersenyum."Apa yang Zidan katakan lagi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Tidak, dia hanya memerlukan bantuan dari aku." Jawab Dita."Bantuan? Bantuan apa?" tanyaku
Aku langsung kembali ke dalam rumah. Alif dan kedua temannya sampai di gunung itu."Di mana kampung itu?Kenapa kita masih belum sampai di sama?" tanya Alif sambil merasa bingung."Apa kita masih jauh dari kampung itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Roni melihat sekitar tempat itu dan merasa yakin bahwa ini adalah kampung yang dimaksud."Sepertinya tidak, kita hampir saja menemukan tempat itu. Ternyata kita sudah sampai." jawab Roni sambil sambil tersenyum."Apa kita harus bertanya kepada mereka?" tanya Alif sambil merasa bingung."Sebaiknya aku saja yang bertanya. Aku tidak yakin jika kalian berdua yang melakukan itu." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kamu saja yang bertanya." kata Roni sambil tersenyum.Fauzi langsung turun dari mobil dan menghampiri penduduk desa."Permisi, pak. Apa saya boleh bertanya?" tanya Fauzi sambil tersenyum."Ada apa?" tanya penduduk desa.&n
"Terima kasih, pak Beni." kata Andre sambil tersenyum."Tentu saja, bagaimana dengan peralatan bangunan? Apa ada sesuatu yang kurang?" tanya pak Beni sambil merasa penasaran."Tidak, semua sudah tercukupi. Hanya saja ada sedikit kendala dengan mesin." jawab Andre sambil merasa bingung."Mesin? Ada apa dengan mesin itu?" tanya pak Beni sambil merasa terkejut."Mesin kurang berjalan dengan aktif. Sepertinya kita harus memperbaiki mesin itu. Atau mungkin kita harus mengganti mesin itu dengan mesin yang baru." jawab Andre sambil merasa bingung."Anda tenang saja, pak Andre. Biarkan itu menjadi urusan saya. Saya akan mengatur mesin itu. Anda hanya perlu memastikan keadaan proyek dan bangunan. Saya tidak ingin ada kegagalan meski hanya sedikit saja." kata pak Beni sambil tersenyum."Baik, pak Beni. Saya akan memastikan semua itu." kata Andre sambil tersenyum."Bagaimana dengan kabar ibu Alea, pak Andre?" tanya pa
"Baik, ibu Alea." kata semua pegawai kantor Andre.Aku langsung mengajak Tamara pergi dari kantor Andre. Tamara hanya melihat aku dengan sangat terkejut. Andre langsung menghampiri kami berdua."Kalian akan pergi ke mana? Biarkan aku yang mengantar kalian berdua." kata Andre sambil merasa bingung."Tidak perlu, aku meminjam Tamara sebentar saja. Apa kamu keberatan?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, apa kamu sungguh tidak ingin diantar?" tanya Andre sambil merasa bingung."Tidak, aku akan pergi sendiri." jawabku sambil tersenyum."Baik, aku mengerti." kata Andre sambil tersenyum.Aku langsung menepuk punggung Andre dan melihat ke arah dia. Aku langsung membuka pintu mobil untuk Tamara."Terima kasih, ibu Alea!" kata Tamara sambil tersenyum."Tidak masalah." kataku sambil tersenyum.Aku langsung masuk ke dalam mobil dan langsung pergi ke mengantar Tamara pulang. Dalam perjala
Tamara langsung merasa bingung dengan perkataan aku."Apa maksud anda?" tanya Tamara sambil merasa bingung."Andre hanya belum menyadari perasaan dia saja. Dia pasti sudah memiliki rasa cinta terhadap kamu. Aku sudah murni menjadi teman di hati dia. Aku senang sekali, itu membuat aku merasa lega dan tidak lagi bersalah. Aku tidak ingin membuat dia terus berharap sesuatu yang tidak pasti dari aku. Aku masih mencintai seseorang." kataku sambil tersenyum.Tamara langsung melihat ke arah aku."Apa seseorang itu begitu berarti untuk anda?" tanya Tamara sambil merasa penasaran."Tentu saja, dia sangat berarti dan juga dia itu istimewa. Saya belum pernah merasakan cinta seperti ini." kataku sambil tersenyum."Begitu, ibu Alea." kata Tamara sambil tersenyum.Aku sampai di rumah Tamara."Tidak terasa, kita sudah sampai. Aku harap kamu tidak keluar dari kantor Andre. Sekarang orang yang paling dia butuhkan
Mereka bertiga pergi dari kampung itu."Apa kita sungguh akan pergi? Bagaimana dengan kotak musik itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Sementara ini, kita harus mundur. Kita tidak boleh membuat mereka tidak nyaman. Kita harus menemui pria itu lagi." kata Roni sambil merasa kesal."Benar, mungkin saja dia tahu lebih banyak tentang kotak musik itu." kata Alif sambil merasa kesal."Baik, apa kita sudah boleh kembali ke tempat tinggal kita?" tanya Fauzi sambil merasa penasaran."Ada apa? Apa kamu sudah tidak sabar bertemu dengan Dita?" tanya Roni sambil merasa kesal."Sepertinya bukan hanya aku. Ada pria yang sedang memikirkan kekasihnya." kata Fauzi sambil melihat ke arah Alif.Alif hanya tersenyum dan mengendarai mobilnya."Menyebalkan, aku akan sendiri saat kita sampai di rumah." kata Roni sambil merasa kesal."Aku akan mencari wanita untuk kamu, Roni." kata Fauzi sambil tersenyum.
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal