Tamara langsung merasa bingung dengan perkataan aku.
"Apa maksud anda?" tanya Tamara sambil merasa bingung. "Andre hanya belum menyadari perasaan dia saja. Dia pasti sudah memiliki rasa cinta terhadap kamu. Aku sudah murni menjadi teman di hati dia. Aku senang sekali, itu membuat aku merasa lega dan tidak lagi bersalah. Aku tidak ingin membuat dia terus berharap sesuatu yang tidak pasti dari aku. Aku masih mencintai seseorang." kataku sambil tersenyum. Tamara langsung melihat ke arah aku. "Apa seseorang itu begitu berarti untuk anda?" tanya Tamara sambil merasa penasaran. "Tentu saja, dia sangat berarti dan juga dia itu istimewa. Saya belum pernah merasakan cinta seperti ini." kataku sambil tersenyum. "Begitu, ibu Alea." kata Tamara sambil tersenyum. Aku sampai di rumah Tamara. "Tidak terasa, kita sudah sampai. Aku harap kamu tidak keluar dari kantor Andre. Sekarang orang yang paling dia butuhkanMereka bertiga pergi dari kampung itu."Apa kita sungguh akan pergi? Bagaimana dengan kotak musik itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Sementara ini, kita harus mundur. Kita tidak boleh membuat mereka tidak nyaman. Kita harus menemui pria itu lagi." kata Roni sambil merasa kesal."Benar, mungkin saja dia tahu lebih banyak tentang kotak musik itu." kata Alif sambil merasa kesal."Baik, apa kita sudah boleh kembali ke tempat tinggal kita?" tanya Fauzi sambil merasa penasaran."Ada apa? Apa kamu sudah tidak sabar bertemu dengan Dita?" tanya Roni sambil merasa kesal."Sepertinya bukan hanya aku. Ada pria yang sedang memikirkan kekasihnya." kata Fauzi sambil melihat ke arah Alif.Alif hanya tersenyum dan mengendarai mobilnya."Menyebalkan, aku akan sendiri saat kita sampai di rumah." kata Roni sambil merasa kesal."Aku akan mencari wanita untuk kamu, Roni." kata Fauzi sambil tersenyum.
"Dasar Alea, kamu selalu dendam dan ingin melakukan hal yang sama dengan aku. Mungkin ini yang membuat kita cocok. Kamu seperti aku saja." kata Alif sambil tersenyum."Tidak juga, kita tidak terlalu mirip. Kamu jauh lebih menyebalkan dari aku." kataku sambil cemberut.Saat pulang kerja, Alif langsung membuat pintu mobil untuk aku. Kami masuk dan langsung pergi dari kantor. Dita keluar dari kantor dan Fauzi sudah menunggu dia."Dita!" kata Fauzi sambil tersenyum."Fauzi, ternyata kamu datang kemari." kata Dita sambil tersenyum."Tentu saja, aku tahu kamu sudah merindukan aku sejak lama." kata Fauzi sambil tersenyum."Ayo kita pulang!" kata Dita sambil menarik tangan Fauzi.Saat dalam perjalanan, Dita mendapatkan telepon dari Zidan. Fauzi merasa tidak nyaman saat Dita dan Zidan tertawa sangat seru saat sedang menelepon."Kenapa? Apa kamu tidak nyaman?" tanya Dita sambil tersenyum."Tidak, apa
"Kamu tidak percaya terhadap aku? Aku hanya mencintai kamu saja. Aku tidak akan bermain cinta dengan wanita lain." kata Alif sambil tersenyum."Benarkah?" tanyaku sambil merasa ragu."Tentu saja, jika hati aku bisa bicara. Dia pasti akan berteriak nama kamu." kata Alif sambil tersenyum.Aku langsung tertawa dan menepuk punggung Alif."Kamu sudah pandai merayu. Mulut seorang penipu memang tidak bisa dipercaya." kataku sambil tersenyum."Kamu ini sangat menyebalkan, Alea." kata Alif sambil merasa kesal.Roni menemukan informasi mengenai pria yang pernah berada di hotel itu."Akhirnya aku menemukan dia. Aku harus menghubungi mereka bedua" kata Roni sambil tersenyum.Roni langsung menghubungi Alif dan Fauzi. Alif langsung pergi dari rumah. Aku bingung dengan sikap Alif."Aku harus pergi sekarang." kata Alif sambil tersenyum."Kenapa? Apa yang dia katakan? Apa kamu akan langsung pergi?
Zidan langsung melihat mesin itu."Sepertinya akan cukup lama tapi saya merasa mampu untuk memperbaiki mesin ini. Saya pernah melihat mesin ini sebelumnya. Tapi saya tidak yakin jika ini akan berjalan dengan lancar." kata Zidan sambil tersenyum."Bagus itu, saya percaya dengan pekerjaan kamu. Saya serahkan ini kepada kamu. Saya harus memantau pekerjaan yang lainnya. Saya tinggalkan kamu sendiri." kataku sambil tersenyum."Baik, ibu Alea." kata Zidan sambil tersenyum.Aku langsung memeriksa pembangunan proyek. Setelah itu, aku langsung pergi ke kantor. Dita merasa bingung dengan kepergian aku."Ibu Alea, kenapa anda baru sampai?" tanya Dita sambil merasa penasaran."Saya memiliki urusan mendesak. Bagaimana dengan pak Haris? Apa dia sudah datang?" tanyaku sambil merasa penasaran."Belum, dia mengatakan akan terlambat untuk beberapa jam." jawab Dita sambil tersenyum."Begitu, aku mengerti. Aku harus
Aku menyuruh Zidan untuk memilih alat terbaik. Aku tidak ingin proyek itu sampai gagal hanya karena masalah mesin itu saja. Proyek itu pasti sangat penting untuk Andre. Aku tidak ingin dia mengalami kerugian besar."Apa saya boleh memilih alat itu?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, alat ini penting untuk pekerjaan. Saya tidak akan keberatan dengan harga alat itu. Saya hanya ingin mesin itu berfungsi dan membuat proyek berjalan lancar." kataku sambil tersenyum.Zidan memandang aku dengan tatapan tajam. Dia seperti menyimpan banyak pertanyaan kepada aku."Ada apa? Apa kamu memiliki pertanyaan kepada aku?" tanyaku sambil merasa bingung."Saya hanya bingung dengan sikap anda. Bukankah Andre itu mantan kekasih anda? Kenapa anda begitu baik dan membantu proyek dia? Apa anda masih mencintai dia?" tanya Zidan sambil tersenyum.Aku merasa tidak tahan dan tertawa dengan perkataan Zidan. Aku melakukan itu hanya untuk pe
Saat malam itu, Alif dan kedua temannya berhasil masuk ke dalam kampung itu secara pelan."Akhirnya kita berhasil masuk. Bagaimana ini?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kita harus mencari ke setiap kampung ini." kata Alif sambil merasa bingung."Bagaimana caranya? Kita tidak bisa lama karena merek pasti akan melihat kita jika terlalu lama. Sedangkan kita tidak mengetahui letak pasti dari kotak musik itu." kata Roni sambil merasa khawatir."Sudah, jangan banyak bicara. Ayo cari sekarang!" kata Alif sambil merasa takut.Mereka bertiga menyelinap dan masuk ke dalam kampung itu. Mereka melihat tumpukan batu menghalangi jalan kecil."Lihat! Ada jalan kecil yang dihalangi oleh banyak batu." kata Alif sambil merasa penasaran."Benar, apa jalan ini menuju kotak musik itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Cepat, sebelum mereka melihat kita bertiga." kata Roni sambil menarik tangan Fauzi.
Roni duduk di dekat Alif. Fauzi ikut duduk di tangga. Mereka merasa lelah dan tertidur di rumah kecil itu. Sampai pagi hari, semua penduduk kampung sudah berada di dekat mereka bertiga. Penduduk itu terus memandang wajah Alif dengan penuh kasihan. Mereka bertiga terbangun dari tidurnya. Alif merasa sangat terkejut saat penduduk wanita melihat dia dari jarak yang sangat dekat."Kenapa kalian berada di dekat aku? Ini sungguh mengejutkan saja." kata Alif sambil merasa terkejut.Roni hanya tersenyum kecil seperti sedang menahan tawa. Alif melihat Roni dengan sangat kesal. Roni hanya tersenyum kepada Alif. Fauzi merasa bingung dengan kehadiran seluruh penduduk kampung itu."Apa kalian sudah lelah mencari benda itu? Apa kalian masih belum menemukan benda itu?" tanya penduduk kampung itu."Benar, kami belum menemukan benda itu." jawab Alif sambil tersenyum.Seorang ibu dari penduduk kampung itu langsung memeluk Alif dengan sangat erat.
"Kita coba saja cara dari Roni itu, Alif." kata Fauzi sambil merasa penasaran."Baik, ayo kita pergi!" kata Alif.Mereka berupa langsung pergi memutar arah ke kampung itu. Mobil para mafia berhenti sejenak. Mafia itu langsung merasa bahwa mereka sudah salah sangka."Ternyata itu bukan mobil penipu itu. Ternyata mereka memang tidak menuju arah ini." kata mafia itu sambil merasa terkejut."Mungkin saja mereka pergi ke kampung di dekat gunung itu. Itu artinya mereka memang penipu yang kita cari." kata mafia yang lainnya."Benar itu, sebaiknya kita ikuti mereka saja." kata mafia itu sambil merasa ragu."Tidak, mereka tidak akan kembali ke kampung itu. Karena mereka tidak menemukan kotak musik itu. Penduduk akan sangat marah jika mereka sampai kembali ke kampung itu. Penduduk hanya mengizinkan kedatangan seseorang hanya untuk sekali saja. Mereka tidak akan membiarkan penipu itu datang lagi. Aku yakin mobil itu bukan mobil