Roni duduk di dekat Alif. Fauzi ikut duduk di tangga. Mereka merasa lelah dan tertidur di rumah kecil itu. Sampai pagi hari, semua penduduk kampung sudah berada di dekat mereka bertiga. Penduduk itu terus memandang wajah Alif dengan penuh kasihan. Mereka bertiga terbangun dari tidurnya. Alif merasa sangat terkejut saat penduduk wanita melihat dia dari jarak yang sangat dekat.
"Kenapa kalian berada di dekat aku? Ini sungguh mengejutkan saja." kata Alif sambil merasa terkejut. Roni hanya tersenyum kecil seperti sedang menahan tawa. Alif melihat Roni dengan sangat kesal. Roni hanya tersenyum kepada Alif. Fauzi merasa bingung dengan kehadiran seluruh penduduk kampung itu. "Apa kalian sudah lelah mencari benda itu? Apa kalian masih belum menemukan benda itu?" tanya penduduk kampung itu. "Benar, kami belum menemukan benda itu." jawab Alif sambil tersenyum. Seorang ibu dari penduduk kampung itu langsung memeluk Alif dengan sangat erat."Kita coba saja cara dari Roni itu, Alif." kata Fauzi sambil merasa penasaran."Baik, ayo kita pergi!" kata Alif.Mereka berupa langsung pergi memutar arah ke kampung itu. Mobil para mafia berhenti sejenak. Mafia itu langsung merasa bahwa mereka sudah salah sangka."Ternyata itu bukan mobil penipu itu. Ternyata mereka memang tidak menuju arah ini." kata mafia itu sambil merasa terkejut."Mungkin saja mereka pergi ke kampung di dekat gunung itu. Itu artinya mereka memang penipu yang kita cari." kata mafia yang lainnya."Benar itu, sebaiknya kita ikuti mereka saja." kata mafia itu sambil merasa ragu."Tidak, mereka tidak akan kembali ke kampung itu. Karena mereka tidak menemukan kotak musik itu. Penduduk akan sangat marah jika mereka sampai kembali ke kampung itu. Penduduk hanya mengizinkan kedatangan seseorang hanya untuk sekali saja. Mereka tidak akan membiarkan penipu itu datang lagi. Aku yakin mobil itu bukan mobil
Alif langsung memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku merasa lega karena dia kembali dalam keadaan selamat. Alif melepaskan pelukan dan memegang wajahku."Dengarkan aku! Aku akan dalam keadaan yang baik. Karena aku memiliki kamu, aku percaya jika kamu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk aku." jawab Alif sambil tersenyum."Tapi aku tetap merasa khawatir. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi terhadap kamu. Kamu segalanya untuk aku." kataku sambil merasa sedih."Aku tidak akan membuat kamu kehilangan aku. Aku akan tetap berusaha menjaga hati dan diri untuk kamu. Kamu adalah alasan aku untuk bertahan." kata Alif sambil memegang tanganku."Apa pekerjaan kamu masih belum selesai?" tanyaku sambil merasa bingung."Tentu saja, aku masih memiliki banyak misi dan harus menyelesaikan semuanya. Aku tidak bisa jika menghindari semua ini. Aku akan selalu terhubung dengan mereka semua." jawab Alif sambil tersenyum."Apa itu term
"Senter? Tunggu sebentar! Aku pernah melihat senter sebelumnya di dekat kursi mobil belakang." kata Alif sambil tersenyum.Alif mencari di bawah kursi mobil dan akhirnya menemukan senter itu. Alif langsung memberikan senter itu kepada aku."Ini, Alea." kata Alif sambil tersenyum."Bagus, aku akan kembali nanti." kataku sambil mengambil senter itu.Aku langsung berlari dan Alif melarang aku untuk lari supaya tidak jatuh."Jangan lari! Nanti kamu jatuh." kata Alif sambil merasa khawatir.Aku terjatuh dan Alif langsung menghampiri aku."Lihat! Aku sudah mengatakan untuk jangan berlari. Kenapa kamu masih susah diberitahu?" tanya Alif sambil merasa kesal."Maaf, aku hanya ingin mesin itu segera berfungsi saja. Aku merasa kasihan terhadap Andre." jawabku sambil cemberut."Apa proyek ini milik dia?" tanya Alif sambil cemberut."Benar, ini milik dia. Dia berusaha dengan susah pa
Alif menatap dalam mata aku. Aku mulai merasa gugup. Aku langsung mendorong Alif untuk menjauh aku."Tidak, sudah hentikan. Aku ingin makan di rumah. Aku ingin pulang." kataku sambil cemberut."Baik, ibu Alea." kata Alif sambil tersenyum.Kami sampai di rumahku. Andre langsung mengantar Tamara untuk pulang ke rumahnya."Kita sudah sampai, Tamara." kata Andre sambil tersenyum."Aku ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan kami terhadap kakak aku. Aku tahu kamu sudah memberikan uang kepada dia. Aku merasa sangat berhutang kepada kamu. Bagaimana caranya aku bisa mengembalikan uang itu?" tanya Tamara sambil merasa bingung.Andre langsung memegang tangan Tamara dan Tamara menjadi sangat gugup. Tamara langsung melepaskan tangan Andre dari tangannya."Maaf, Tamara." kata Andre sambil merasa resah."Aku tahu, bagaimana jika kamu memotong gaji aku setiap bulan? Semoga itu bisa membayar hutang kakak aku
"Dita sungguh membuat aku merasa kesal. Kamar tidur berantakan dan kotor seperti ini pasti akan didatangi oleh kecoa. Apa dia itu wanita atau pria? Kenapa dia malas membersihkan kamar dia sendiri?" tanya Fauzi sambil merasa kesal.Fauzi selesai membersihkan kamar tidur Dita dan langsung ketiduran di kasur. Dita membawa air putih dan makanan untuk Fauzi."Dia pasti kelaparan karena telah membersihkan kamar tidur aku. Aku harus membawakan dia makanan." kata Dita sambil tersenyum.Dita langsung masuk ke dalam kamar tidurnya. Dita melihat Fauzi sudah tertidur. Dura langsung mengambil selimut dan menutupi tubuh Fauzi."Ternyata dia sudah tidur. Selamat tidur, Fauzi." kata Dita sambil tersenyum.Saat itu, Dita langsung pergi ke dalam kamar tidurnya. Aku sedang tidur di dalam kamar tidurku. Tanpa sadar, aku tidur sambil jalan. Aku menuju ke dalam kamar tidur Alif. Aku tertidur di samping Alif. Saat pagi hari, aku terbangun dan merasa t
"Sepertinya benar, kamu memang hebat." kataku sambil tersenyum.Zidan melihat kedekatan kami berdua dan hanya tersenyum. Dita langsung terbangun dari tidurnya dan pergi ke kantor sendiri. Fauzi masih tertidur dan Dita membuat sarapan sendiri. Dalam perjalanan, Dita makan dan mengendarai mobilnya."Semoga saja Fauzi tidak menyadari jika semalam aku yang menyelimuti dia. Kenapa aku melakukan itu? Itu pasti karena aku kasihan saja. Dia sudah membersihkan kamar tidurku. Wajar saja jika aku memberikan dia selimut." kata Dita sambil tersenyum.Fauzi langsung terbangun dari tidurnya."Kenapa aku memakai selimut? Semalam, aku tertidur karena merasa lelah. Tapi aku tidak mengambil selimut. Apa Dita yang melakukan ini?" tanya Fauzi sambil merasa heran.Fauzi langsung pergi untuk membuat sarapan."Ternyata Dita sudah pergi, aku tidak membuatkan dia sarapan. Dia pasti lapar, apa dia memasak sendiri?" tanya Fauzi sambil merasa bin
"Silakan duduk!" kataku sambil tersenyum.Pak Haris duduk dan aku langsung memulai rapat penting itu. Alif sampai di tempat persembunyian mereka."Roni, di mana Fauzi? Apa dia masih belum kembali?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tentu saja, kalian selalu sibuk sampai melupakan aku." jawab Roni sambil tersenyum.Fauzi langsung datang ke tempat mereka."Itu dia!" kata Alif sambil tersenyum."Kenapa kamu terlambat?" tanya Roni sambil merasa kesal."Aku yakin kedatangan aku tidak berbeda jauh dari Alif. Kenapa aku disebut datang terlambat?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kalian ini selalu saja sibuk dengan urusan wanita. Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Roni sambil merasa bingung."Sebaiknya kita mencari keberadaan ibunya Alif." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa itu akan bisa dilakukan dengan cepat?" tanya Roni sambil merasa bingung.
"Seperti itu apa? Maksud kamu saya itu menyebalkan." kataku sambil tersenyum."Sedikit." kata Zidan sambil tersenyum."Berani juga kamu, ternyata kamu ingin potong gaji bulan ini." kataku sambil tersenyum."Jangan, ibu Alea. Saya tidak ingin dipotong gaji. Maafkan saya." kata Zidan sambil tersenyum."Bagus itu, saya harus pergi." kataku sambil tersenyum.Aku langsung kembali ke meja makan Dita."Apa anda sudah selesai, ibu Alea? Ini makanan anda sudah dingin." kata Dita sambil tersenyum."Benarkah? Baik, tidak masalah." kataku sambil tersenyum."Kenapa Zidan begitu lama? Dia tidak tahu jika waktu makan siang hampir selesai." kata Dita sambil merasa kesal."Sebentar lagi dia akan kembali." kataku sambil tersenyum."Kenapa ibu bisa begitu yakin?" tanya Dita sambil merasa bingung.Zidan langsung duduk di dekat kami."Maaf, aku terlambat." kata Zidan sambil
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal