"Dasar Alea, kamu selalu dendam dan ingin melakukan hal yang sama dengan aku. Mungkin ini yang membuat kita cocok. Kamu seperti aku saja." kata Alif sambil tersenyum.
"Tidak juga, kita tidak terlalu mirip. Kamu jauh lebih menyebalkan dari aku." kataku sambil cemberut. Saat pulang kerja, Alif langsung membuat pintu mobil untuk aku. Kami masuk dan langsung pergi dari kantor. Dita keluar dari kantor dan Fauzi sudah menunggu dia. "Dita!" kata Fauzi sambil tersenyum. "Fauzi, ternyata kamu datang kemari." kata Dita sambil tersenyum. "Tentu saja, aku tahu kamu sudah merindukan aku sejak lama." kata Fauzi sambil tersenyum. "Ayo kita pulang!" kata Dita sambil menarik tangan Fauzi. Saat dalam perjalanan, Dita mendapatkan telepon dari Zidan. Fauzi merasa tidak nyaman saat Dita dan Zidan tertawa sangat seru saat sedang menelepon. "Kenapa? Apa kamu tidak nyaman?" tanya Dita sambil tersenyum. "Tidak, apa"Kamu tidak percaya terhadap aku? Aku hanya mencintai kamu saja. Aku tidak akan bermain cinta dengan wanita lain." kata Alif sambil tersenyum."Benarkah?" tanyaku sambil merasa ragu."Tentu saja, jika hati aku bisa bicara. Dia pasti akan berteriak nama kamu." kata Alif sambil tersenyum.Aku langsung tertawa dan menepuk punggung Alif."Kamu sudah pandai merayu. Mulut seorang penipu memang tidak bisa dipercaya." kataku sambil tersenyum."Kamu ini sangat menyebalkan, Alea." kata Alif sambil merasa kesal.Roni menemukan informasi mengenai pria yang pernah berada di hotel itu."Akhirnya aku menemukan dia. Aku harus menghubungi mereka bedua" kata Roni sambil tersenyum.Roni langsung menghubungi Alif dan Fauzi. Alif langsung pergi dari rumah. Aku bingung dengan sikap Alif."Aku harus pergi sekarang." kata Alif sambil tersenyum."Kenapa? Apa yang dia katakan? Apa kamu akan langsung pergi?
Zidan langsung melihat mesin itu."Sepertinya akan cukup lama tapi saya merasa mampu untuk memperbaiki mesin ini. Saya pernah melihat mesin ini sebelumnya. Tapi saya tidak yakin jika ini akan berjalan dengan lancar." kata Zidan sambil tersenyum."Bagus itu, saya percaya dengan pekerjaan kamu. Saya serahkan ini kepada kamu. Saya harus memantau pekerjaan yang lainnya. Saya tinggalkan kamu sendiri." kataku sambil tersenyum."Baik, ibu Alea." kata Zidan sambil tersenyum.Aku langsung memeriksa pembangunan proyek. Setelah itu, aku langsung pergi ke kantor. Dita merasa bingung dengan kepergian aku."Ibu Alea, kenapa anda baru sampai?" tanya Dita sambil merasa penasaran."Saya memiliki urusan mendesak. Bagaimana dengan pak Haris? Apa dia sudah datang?" tanyaku sambil merasa penasaran."Belum, dia mengatakan akan terlambat untuk beberapa jam." jawab Dita sambil tersenyum."Begitu, aku mengerti. Aku harus
Aku menyuruh Zidan untuk memilih alat terbaik. Aku tidak ingin proyek itu sampai gagal hanya karena masalah mesin itu saja. Proyek itu pasti sangat penting untuk Andre. Aku tidak ingin dia mengalami kerugian besar."Apa saya boleh memilih alat itu?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, alat ini penting untuk pekerjaan. Saya tidak akan keberatan dengan harga alat itu. Saya hanya ingin mesin itu berfungsi dan membuat proyek berjalan lancar." kataku sambil tersenyum.Zidan memandang aku dengan tatapan tajam. Dia seperti menyimpan banyak pertanyaan kepada aku."Ada apa? Apa kamu memiliki pertanyaan kepada aku?" tanyaku sambil merasa bingung."Saya hanya bingung dengan sikap anda. Bukankah Andre itu mantan kekasih anda? Kenapa anda begitu baik dan membantu proyek dia? Apa anda masih mencintai dia?" tanya Zidan sambil tersenyum.Aku merasa tidak tahan dan tertawa dengan perkataan Zidan. Aku melakukan itu hanya untuk pe
Saat malam itu, Alif dan kedua temannya berhasil masuk ke dalam kampung itu secara pelan."Akhirnya kita berhasil masuk. Bagaimana ini?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kita harus mencari ke setiap kampung ini." kata Alif sambil merasa bingung."Bagaimana caranya? Kita tidak bisa lama karena merek pasti akan melihat kita jika terlalu lama. Sedangkan kita tidak mengetahui letak pasti dari kotak musik itu." kata Roni sambil merasa khawatir."Sudah, jangan banyak bicara. Ayo cari sekarang!" kata Alif sambil merasa takut.Mereka bertiga menyelinap dan masuk ke dalam kampung itu. Mereka melihat tumpukan batu menghalangi jalan kecil."Lihat! Ada jalan kecil yang dihalangi oleh banyak batu." kata Alif sambil merasa penasaran."Benar, apa jalan ini menuju kotak musik itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Cepat, sebelum mereka melihat kita bertiga." kata Roni sambil menarik tangan Fauzi.
Roni duduk di dekat Alif. Fauzi ikut duduk di tangga. Mereka merasa lelah dan tertidur di rumah kecil itu. Sampai pagi hari, semua penduduk kampung sudah berada di dekat mereka bertiga. Penduduk itu terus memandang wajah Alif dengan penuh kasihan. Mereka bertiga terbangun dari tidurnya. Alif merasa sangat terkejut saat penduduk wanita melihat dia dari jarak yang sangat dekat."Kenapa kalian berada di dekat aku? Ini sungguh mengejutkan saja." kata Alif sambil merasa terkejut.Roni hanya tersenyum kecil seperti sedang menahan tawa. Alif melihat Roni dengan sangat kesal. Roni hanya tersenyum kepada Alif. Fauzi merasa bingung dengan kehadiran seluruh penduduk kampung itu."Apa kalian sudah lelah mencari benda itu? Apa kalian masih belum menemukan benda itu?" tanya penduduk kampung itu."Benar, kami belum menemukan benda itu." jawab Alif sambil tersenyum.Seorang ibu dari penduduk kampung itu langsung memeluk Alif dengan sangat erat.
"Kita coba saja cara dari Roni itu, Alif." kata Fauzi sambil merasa penasaran."Baik, ayo kita pergi!" kata Alif.Mereka berupa langsung pergi memutar arah ke kampung itu. Mobil para mafia berhenti sejenak. Mafia itu langsung merasa bahwa mereka sudah salah sangka."Ternyata itu bukan mobil penipu itu. Ternyata mereka memang tidak menuju arah ini." kata mafia itu sambil merasa terkejut."Mungkin saja mereka pergi ke kampung di dekat gunung itu. Itu artinya mereka memang penipu yang kita cari." kata mafia yang lainnya."Benar itu, sebaiknya kita ikuti mereka saja." kata mafia itu sambil merasa ragu."Tidak, mereka tidak akan kembali ke kampung itu. Karena mereka tidak menemukan kotak musik itu. Penduduk akan sangat marah jika mereka sampai kembali ke kampung itu. Penduduk hanya mengizinkan kedatangan seseorang hanya untuk sekali saja. Mereka tidak akan membiarkan penipu itu datang lagi. Aku yakin mobil itu bukan mobil
Alif langsung memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku merasa lega karena dia kembali dalam keadaan selamat. Alif melepaskan pelukan dan memegang wajahku."Dengarkan aku! Aku akan dalam keadaan yang baik. Karena aku memiliki kamu, aku percaya jika kamu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk aku." jawab Alif sambil tersenyum."Tapi aku tetap merasa khawatir. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi terhadap kamu. Kamu segalanya untuk aku." kataku sambil merasa sedih."Aku tidak akan membuat kamu kehilangan aku. Aku akan tetap berusaha menjaga hati dan diri untuk kamu. Kamu adalah alasan aku untuk bertahan." kata Alif sambil memegang tanganku."Apa pekerjaan kamu masih belum selesai?" tanyaku sambil merasa bingung."Tentu saja, aku masih memiliki banyak misi dan harus menyelesaikan semuanya. Aku tidak bisa jika menghindari semua ini. Aku akan selalu terhubung dengan mereka semua." jawab Alif sambil tersenyum."Apa itu term
"Senter? Tunggu sebentar! Aku pernah melihat senter sebelumnya di dekat kursi mobil belakang." kata Alif sambil tersenyum.Alif mencari di bawah kursi mobil dan akhirnya menemukan senter itu. Alif langsung memberikan senter itu kepada aku."Ini, Alea." kata Alif sambil tersenyum."Bagus, aku akan kembali nanti." kataku sambil mengambil senter itu.Aku langsung berlari dan Alif melarang aku untuk lari supaya tidak jatuh."Jangan lari! Nanti kamu jatuh." kata Alif sambil merasa khawatir.Aku terjatuh dan Alif langsung menghampiri aku."Lihat! Aku sudah mengatakan untuk jangan berlari. Kenapa kamu masih susah diberitahu?" tanya Alif sambil merasa kesal."Maaf, aku hanya ingin mesin itu segera berfungsi saja. Aku merasa kasihan terhadap Andre." jawabku sambil cemberut."Apa proyek ini milik dia?" tanya Alif sambil cemberut."Benar, ini milik dia. Dia berusaha dengan susah pa
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal