Saat mobil itu berhenti, aku melihat Alif dan kedua temannya turun dari mobil itu.
"Ternyata itu mereka bertiga." kataku sambil merasa terkejut. Alif langsung mengajak kedua temannya untuk masuk ke dalam hotel itu. Aku mengikuti merek bertiga secara perlahan. Aku melihat mereka masuk ke dalam lift. "Bagaimana ini? Mereka masuk ke dalam lift. Apa aku harus masuk juga? Tapi Alif akan mengetahui kehadiran aku." kataku sambil merasa bingung. Seorang pegawai hotel melewat dan aku bertanya kepadanya. "Ke mana kamu akan pergi?" tanyaku sambil merasa penasaran. "Saya ingin mengantar makanan ini ke kamar nomor 1002." Jawab pegawai hotel itu. "Kebetulan sekali, itu adalah kamar teman saya. Apa boleh saya saja yang mengantarkan ini?" tanyaku sambil tersenyum. "Ternyata begitu, tentu saja. Ini, ibu Alea." Jawab pegawai hotel itu. "Apa saya boleh meminjam topi kamu?" tanyaku sambil tersenyum.Andre langsung masuk ke dalam rumahnya. Aku merasa bingung dan penasaran dengan misi yang sedang dia lakukan."Kenapa dia mencari pria itu? Apa misi dia berhubungan dengan orang itu? Apa aku harus membantu Alif?" tanyaku sambil merasa bingung.Alif dan kedua temannya langsung menemui pria itu."Apa yang kalian ingin lakukan?" tanya pria itu sambil merasa bingung."Kami ingin bertanya mengenai keberadaan kotak musik ini. Kamu pasti mengetahui keberadaan benda ini. Di mana dia disimpan?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tidak, aku tidak tahu." jawab pria itu sambil merasa gelisah."Jangan bohong! Kami mengetahui bahwa kamu adalah penjaga benda ini. Beritahu kami bertiga!" kata Roni sambil merasa kesal."Tidak, aku sungguh tidak tahu." kata pria itu sambil merasa takut."Apa kamu tidak akan jujur? Apa kami harus melakukan sesuatu yang buruk untuk membuat kamu bicara kepada kami?" tanya Fauzi sam
Aku langsung pergi ke sebuah restoran. Andre langsung mengajak Tamara pergi ke kantor bersama."Ayo masuk!" kata Andre sambil tersenyum."Tidak, aku ingin pergi sendiri saja." kata Tamara sambil tersenyum."Tidak, ayo masuk! Kita pergi bersama saja." kata Andre sambil tersenyum.Tamara langsung masuk ke dalam mobil Andre. Andre melihat Tamara dengan sangat fokus."Ada apa? Kenapa kamu melihat aku seperti itu?" tanya Tamara sambil merasa bingung."Aku hanya ingin melihat kamu saja. Apa itu tidak boleh?" tanya Andre sambil tersenyum."Baik, tapi kamu sedang mengendarai mobil. Tidak baik jika terus melihat ke arah aku. Kamu harus fokus supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk." jawab Tamara sambil tersenyum."Baik, ibu Tamara." kata Andre sambil tersenyum.Dita masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dari rumah. Dita langsung menuju ke kantorku."Apa ibu Alea masih sangat sibuk?
Dita langsung merasa kasihan dan memberikan uang yang dia miliki."Apa keadaan ibu kamu semakin parah?" tanya Dita sambil merasa khawatir."Benar, ibu semakin sakit. Aku tidak memiliki biaya untuk pengobatan dia. Aku bingung harus mencari uang secepatnya." jawab Zidan sambil merasa sedih."Ini, memang tidak besar tapi aku harap ini bisa membantu pengobatan ibu kamu. Kamu tidak perlu mengganti uang ini. Aku memberikan uang ini untuk ibu." kata Dita sambil tersenyum."Benarkah? Apa kamu serius?" tanya Zidan sambil merasa senang."Tentu saja, untuk apa aku bercanda?" tanya Dita sambil tersenyum."Terima kasih, Dita!" kata Zidan sambil tersenyum.Zidan langsung memeluk Dita dengan sangat erat. Dita terkejut dan langsung melepaskan pelukan dari Zidan."Maaf, aku terlalu senang sampai memeluk kamu. Kamu begitu baik terhadap kami berdua. Aku janji akan menjaga kamu dan bayi kita. Jika ada sesuatu yang t
Andre merasa sangat bingung dengan maksud dari perkataan aku. Dia tidak menyadari wanita yang sedang aku bicarakan kepada dia."Siapa seseorang yang kamu maksud?" tanya Andre sambil merasa bingung."Wanita yang selalu bersama kamu." jawabku sambil tersenyum.Andre langsung menjelaskan tentang Tamara."Maksud kamu itu Tamara. Dia hanya tenan sekolah aku saja. Kami tidak memiliki hubungan khusus." kata Andre sambil tersenyum."Tidak perlu dijelaskan, aku akan bahagia jika seandainya kalian memang dekat. Semua berawal dari teman. Aku harap kalian akan memiliki hubungan lebih dari teman." kataku sambil merasa senang."Tapi kami.." kata Andre sambil merasa bingung."Sudah, pergi ke kantor kamu. Aku akan mengurus tentang pemberitaan kita berdua. Aku tidak ingin orang lain disalahkan. Padahal hubungan kita berakhir karena kesalahan aku." kataku sambil tersenyum."Jangan dibahas lagi. Kamu tidak perlu menjelaskan se
"Benar itu, kita memang bisa mencari informasi tentang tempat itu." kata Fauzi sambil tersenyum.Saat sore hari, aku mengajak Dita pulang bersama. Dita hanya diam dan terlihat khawatir."Ada apa, Dita? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Aku hanya memikirkan keadaan ibunya Zidan saja, ibu Alea." jawab Dita sambil merasa khawatir."Kenapa? Apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanyaku sambil merasa penasaran."Ibunya sakit lagi, Zidan datang ke kantor tadi pagi." jawab Dita sambil merasa khawatir."Apa kamu ingin libur besok?" tanyaku sambil merasa bingung."Tidak, saya masih memiliki banyak pekerjaan. Saya harus menangani pekerjaan kantor." kata Dita sambil tersenyum."Apa yang Zidan katakan lagi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran."Tidak, dia hanya memerlukan bantuan dari aku." Jawab Dita."Bantuan? Bantuan apa?" tanyaku
Aku langsung kembali ke dalam rumah. Alif dan kedua temannya sampai di gunung itu."Di mana kampung itu?Kenapa kita masih belum sampai di sama?" tanya Alif sambil merasa bingung."Apa kita masih jauh dari kampung itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Roni melihat sekitar tempat itu dan merasa yakin bahwa ini adalah kampung yang dimaksud."Sepertinya tidak, kita hampir saja menemukan tempat itu. Ternyata kita sudah sampai." jawab Roni sambil sambil tersenyum."Apa kita harus bertanya kepada mereka?" tanya Alif sambil merasa bingung."Sebaiknya aku saja yang bertanya. Aku tidak yakin jika kalian berdua yang melakukan itu." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kamu saja yang bertanya." kata Roni sambil tersenyum.Fauzi langsung turun dari mobil dan menghampiri penduduk desa."Permisi, pak. Apa saya boleh bertanya?" tanya Fauzi sambil tersenyum."Ada apa?" tanya penduduk desa.&n
"Terima kasih, pak Beni." kata Andre sambil tersenyum."Tentu saja, bagaimana dengan peralatan bangunan? Apa ada sesuatu yang kurang?" tanya pak Beni sambil merasa penasaran."Tidak, semua sudah tercukupi. Hanya saja ada sedikit kendala dengan mesin." jawab Andre sambil merasa bingung."Mesin? Ada apa dengan mesin itu?" tanya pak Beni sambil merasa terkejut."Mesin kurang berjalan dengan aktif. Sepertinya kita harus memperbaiki mesin itu. Atau mungkin kita harus mengganti mesin itu dengan mesin yang baru." jawab Andre sambil merasa bingung."Anda tenang saja, pak Andre. Biarkan itu menjadi urusan saya. Saya akan mengatur mesin itu. Anda hanya perlu memastikan keadaan proyek dan bangunan. Saya tidak ingin ada kegagalan meski hanya sedikit saja." kata pak Beni sambil tersenyum."Baik, pak Beni. Saya akan memastikan semua itu." kata Andre sambil tersenyum."Bagaimana dengan kabar ibu Alea, pak Andre?" tanya pa
"Baik, ibu Alea." kata semua pegawai kantor Andre.Aku langsung mengajak Tamara pergi dari kantor Andre. Tamara hanya melihat aku dengan sangat terkejut. Andre langsung menghampiri kami berdua."Kalian akan pergi ke mana? Biarkan aku yang mengantar kalian berdua." kata Andre sambil merasa bingung."Tidak perlu, aku meminjam Tamara sebentar saja. Apa kamu keberatan?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, apa kamu sungguh tidak ingin diantar?" tanya Andre sambil merasa bingung."Tidak, aku akan pergi sendiri." jawabku sambil tersenyum."Baik, aku mengerti." kata Andre sambil tersenyum.Aku langsung menepuk punggung Andre dan melihat ke arah dia. Aku langsung membuka pintu mobil untuk Tamara."Terima kasih, ibu Alea!" kata Tamara sambil tersenyum."Tidak masalah." kataku sambil tersenyum.Aku langsung masuk ke dalam mobil dan langsung pergi ke mengantar Tamara pulang. Dalam perjala