Karena Ratri tidak mau membuka bagian dari perutnya, dengan terpaksa Calista menarik pakaian yang dikenakan oleh Ratri, membuka bagian perutnya, nampaklah jelas, kebohongan yang selama ini disembunyikan."Loh!" Riana membelalakkan matanya lebar-lebar saat mendapati perut Ratri, berbeda lagi dengan ketiga laki-laki beda usia itu langsung membuang muka ke arah lain tidak ingin melihat aib Ratri yang dibuka oleh Calista. Riana terbengong melihat kulit perut Ratri yang sangat berbeda dengan kulit aslinya."Itu perut atau ...?"Riana langsung mulai berjalan mendekat pada Ratri dan memegang bagian perut Ratri yang nampak begitu besar namun bukan kulit, tapi karet."Ini karet ma, yang menyerupai kulit manusia. Dari awal Aku curiga sama dia hanya hamil bohongan. Karena selama hamil ia tidak pernah menunjukkan rasa ngidam atau gimana layaknya aku yang selalu tersiksa di saat kehamilanku ini."Bayu, Alka dan juga Alvaro yang awalnya memalingkan muka, mereka menoleh saat mendapati kulit perut Ra
Alka bernapas lega setelah mengetahui kebohongan yang dilakukan oleh mantan sekertarisnya. Dia seakan kapok untuk tidak membuat ulah dengan memacari banyak gadis cantik yang suka menggodanya. Bahkan dia sudah memblokir hampir nomer semua gadis, kecuali Calista."Calista, aku datang tapi sudah terlambat. Andai saja dulu aku tidak pernah melakukan kebodohan itu dengan wanita lain, mungkin kita masih bisa bersama. Tapi tidak mungkin," ucapnya dengan tersenyum memandangi foto profil Calista. "Ternyata kau sudah ditiduri sama adikku sendiri. Alvaro benar-benar pembawa sial. Dia datang-datang ke sini langsung bikin rusuh. Kalau saja dia tahu perempuan itu sudah dijodohkan denganku apa dia juga tetap mengejar-ngejarnya?"Hanya foto profil Calista yang ada di WhatsApp miliknya menjadi kenangan terindah dalam hidupnya, mengagumi sosok gadis yang baik dan penuh pengertian. Dia benar-benar menyesal karena sudah bodoh, dari awal selalu mengandalkan uang dan ketampanannya untuk mendapatkan kepuasa
Seorang gadis muda mengantarkan makanan dan juga minuman pada tamu-tamu di rumahnya. Dia adalah anak gadis Mega yang tak lain teman sosialita Riana.Riana sempat terkejut melihat gadis itu yang menyerupai Calista. Bahkan kalau diingat-ingat dia pernah bertemu dengan gadis itu."Loh, Bukannya ini ...," Riana menggantungkan ucapannya mengingat-ingat pada gadis yang pernah ditemuinya itu tapi dia lupa di mana mereka bertemu."Tante ini saya, Natasha. Saya pernah datang ke rumahnya Tante, sama Tante Kamila dan juga Om Geraldi orang tuanya Calista," jawab Natasha yang masih mengingat wajah Riana.Riana masih terdiam dengan mengingat-ingat saat Natasha datang ke rumahnya bersama dengan besannya waktu itu."Oh, iya iya Tante mengingatnya. Jadi kamu ini anaknya Jeng Mega? Masih saudaranya Calista?" tanya Riana saat dia sadar bahwa Natasha adalah salah satu sepupu dari menantunya.Natasha menganggukkan kepalanya dengan mengulas senyum manisnya. "Iya, benar Tante, saya Natasha, sepupunya Calist
Alka mengernyitkan keningnya. Dia tidak mungkin salah orang mendapati wajah yang sama dengan Calista."Salah orang? Masa kamu mirip sekali sama dia, maksudnya Calista."Alka mengamatinya dari atas sampai bawah dia kagum Natasha memiliki wajah dan tubuh yang hampir menyerupai Calista. Hanya saja Calista perutnya sudah buncit dengan kehamilannya, sedangkan gadis ini masih belum nampak hamil."Iya Kak, nama saya Natasha, saya sepupunya Calista. Dia dan saya memiliki wajah yang hampir mirip. Tapi kami bukan kembar," jawab Natasha akhirnya tidak begitu canggung saat mengenali Alka meresponnya begitu baik.Arka masih tidak menjawab Dia mengagumi sosok gadis yang ada di depannya itu sangat mirip dengan orang yang saat ini berada dalam hatinya Namun sebagai mantan dari tunangannya.'Kenapa kamu memiliki kesamaan sama dia. Bahkan aku tidak bisa melupakannya. Kalau saja aku tidak bodoh, mungkin aku sama dia sudah menikah, dan mungkin yang dikandung dia bukan darah dagingnya Alvaro, tapi aku. Se
Alka senyam-senyum sendiri duduk di pinggiran kolam renang di samping rumahnya. Semenjak berkenalan dengan Natasha, dia merasa agak aneh di hatinya, ada sosok Calista di dalam hati Natasha, dari kebaikannya, sopan santunnya, apalagi raut mukanya yang memiliki kesamaan dengan mantan tunangannya."Ngapain ini orang senyum-senyum sendirian, kayak orang gila aja," cibir Alvaro yang baru saja datang dari kantor mendapati kakaknya tengah memandangi ponsel miliknya. Buru-buru Alka langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam kantong celananya."Kamu ini apaan sih! Kepo aja kerjaannya. Udah sono, mandi. Ngapain kamu datang ke sini, belum mandi juga," usir Alka dengan menatapnya kesal.Hampir saja dia ketahuan tengah mengagumi dua sosok gadis yang memiliki raut wajah yang sama persis seperti pinang dibelah dua, dan dua-duanya ada di dalam ponsel miliknya."Ya kan emang aku mau mandi di sini. Aku mau renang pengen gaya bebas, soalnya kalau malam kan gayanya nggak begitu bebas lagi. S
"Ayang! Sini." Alvaro melambai-lambaikan tangannya di kolam renang meminta Calista untuk menemaninya.Calista berjalan ke arahnya namun enggan untuk menemaninya berenang dia habis mandi dan sudah berdandan cantik malas untuk berbasah-basahan kembali."Aku habis mandi, nggak mau ikutan, entar basah lagi," jawab Calista dengan mengingatkan tubuhnya di kursi besi di pinggiran kolam."Yah, diajak renang bareng malah nggak mau. Enak nih, buat main juga enak nih di air. Sambil ngajarin anak kita buat pandai berenang nantinya," seloroh Alvaro menggoda istrinya.Calista berdecih. Hampir setiap hari menghabiskan waktunya untuk menunggu pulang dan mandi bersama, dengan alasan ingin tengok anak yang masih ada di dalam rahimnya. Kini dia capek, melayani suaminya setiap saat."Enggak ah, libur dulu, lain kali aja," tolak Calista.Calista masa bodoh walaupun di bawah sana sudah ada yang meronta-ronta ingin dimanja. Dia mengabaikan panggilan suaminya."Ayolah sayang, jahat banget kamu! Itu anakku ma
"Dokter! Suster! Tolong kami," ucap Alka dan juga Alvaro nampak begitu panik memanggil dokter dan suster penjaga di depan ruang unit gawat darurat. Tak lama dari itu, Suster penjaga langsung berlari dengan membawa berakar keluar untuk membawa pasien masuk ke dalam."Apa yang terjadi sama Nona ini Pak?" tanya suster saat mengetahui pasien yang ditolongnya adalah seorang perempuan yang sedang hamil."Tadi terjatuh di pinggiran kolam renang sus. Tolong selamatkan istri saya, suster. Apapun caranya, istri saya harus selamat. Dan saya minta tolong untuk mencarikan dokter terbaik untuk istri saya," ujar Alvaro. Pria itu bicara disertai dengan menangis, memohon-mohon pada suster untuk menyelamatkan nyawa istrinya.Suster juga panik saat mengangkat tubuh Calista memindahkannya ke atas berankar. Dia menatap iba pada sosok laki-laki yang begitu mempedulikan pasangannya yang ini dalam keadaan tidak sadar."Tenang dulu Pak, tenang. Kami hanya ingin membantu, biarkan dokter yang akan melakukan ti
Kamila, Geraldi dan juga keluarga dari Seina datang ke rumah sakit. Sangat kebetulan mereka tengah berkumpul di rumah orang tuanya Calista, jadi mereka berniat untuk menjenguk Calista bersama-sama."Jeng! Bagaimana dengan kondisi Calista? Apa dia baik-baik saja?" tanya Kamila khawatir.Riana menoleh dengan sejuta perasaan yang cemas dan juga gelisah. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu bagaimana keadaan Calista di dalam, karena dokter sendiri belum ada yang keluar untuk memberinya kejelasan.""Jeng Kamila yang sabar dulu ya? Saya sendiri juga belum mengetahui kondisi Calista saat ini. Dokter belum ada yang keluar untuk memberikan penjelasan. Kami sendiri juga sangat mencemaskannya." Riana menjawab dengan tatapan matanya berkaca-kaca."Bagaimana supaya bisa sabar aja mendengarkan berita yang sungguh mengejutkan. Emangnya apa yang sudah terjadi sampai dia terjatuh. Di mana terjatuhnya Calista, jeng?" tanya Kamila dengan wajah gelisah, air matanya tak berhenti mengalir membasahi pipinya.