"Iya, Pak," jawab Bodyguardnya di seberang sana.
"Tolong awasi terus Miona. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, segera laporkan ke saya," pinta Prakas.
"Baik, Pak," jawab Bodyguardnya.
Lelaki itu langsung menyimpan handphonennya dengan lesu. Dia berjalan menuju mejanya lalu duduk di sana. Dia memikirkan sesuatu. Cara untuk meyakinkan Miona kalau Mahendra jahat dan menyelamatkan hidupnya dari Mahendra. Tak berapa lama kemudian sekretarisnya menelepon kalau Bintang datang. Dia menghela napas lalu terpaksa membiarkan gadis itu masuk ke ruangannya.
Bintang pun masuk sambil tersenyum. Sesaat kemudian dia duduk di meja Prakas. Menunjukkan keseksiannya pada lelaki itu.
"L
Setelah lelaki itu puas melampiaskan amarahnya pada Mahendra, dia langsung menarik tangan Miona dengan paksa. Mahendra hanya dapat menahan amarahnya saja. Dia mencoba bangkit sambil mengelap darah yang keluar dari bibirnya."Lepasin! Lepasin!" teriak Miona.Prakas tidak mau melepaskan gadis itu. Dia tak ingin nasib gadis itu akan seperti Aruna."Lepasin gue, Prakas! Lo jahat!" teriak Miona.Di taman kota dekat restoran itu Prakas akhirnya melepaskan tangan Miona."Dia yang jahat! Gue nggak mau lo celaka! Gue nggak mau dia nyakitin lo!" teriak Prakas."Tolong nggak usah urusin gue lagi. Jangan mentang-mentang lo deket sama almarhum Bokap gue, lo seenaknya ngatur hidup gue! Jangan mentang-mentang lo ngebantu ngebayar utang nyokap gue, lo seenaknya sama gue!" teriak Miona.Miona melangkah meninggalkan Prakas. Dia hendak menemui Mahendra.Prakas menoleh padanya yang masih berjalan meninggalkannya."Gue suka
"Prakas?" tanya Miona heran di ambang pintu rumahnya itu.Lelaki itu masih tersenyum pada Miona. Tubuhnya seakan mau rubuh. Matanya berkaca-kaca. Gadis itu terdiam bingung menatapnya sambil mengambil ancang-ancang untuk memegangi tubuhnya yang tampak bergoyang-goyang."Kamu mabuk?" tanya Miona tak percaya."Lo bener nggak suka sama gue?" tanya Prakas tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaan gadis itu."Masuk! Nanti kalo ada yang liat kamu, bisa jadi bahan omongan orang-orang," pinta Miona."Tolong jawab dulu pertanyaan gue," pinta Prakas.Miona kesal bercampur kasihan padanya. Dia bergeming, bingung untuk menjawabnya. Baginya menjawab pertanyaan orang mabuk itu percuma."Gue sayang sama lo, Miona. Ini untuk kedua kalinya gue sayang sama perempuan. Tolong jangan bikin gue kayak dulu lagi, Miona. Gue bisa macarin siapa aja, tapi untuk cinta, nggak akan sembarang orang, Miona," aku Prakas.Miona masih bergeming mendengarnya
Miona mengguncang-guncang tubuh Prakas dengan kesal. Dia tak menyangka kalau semalam bukan hanya mimpi belaka. Buktinya dia dan lelaki tampan itu tanpa mengenakan busana sama sekali. Jam berapa lelaki itu berani menyusup ke kamarnya? Gadis itu benar-benar tak percaya. Ini karena keteledorannya tidak mengunci kamarnya.“Prakas! Bangun!” teriak Miona.Prakas menggeliat seperti tanpa merasa bersalah.“Apaan sih, gue masih ngantuk,” gumam Prakas lalu membalikkan badannya hingga membelakangi Miona.Miona semakin kesal lalu kembali mengguncang-guncang tubuh Pria itu tanpa ampun.“Bangun!” teriak Miona.Prakas pun kesal lalu duduk di atas kasur. Dia menoleh pada Miona yang menyelimuti setengah dadanya.“Iya, ini gue bangun!” teriak Prakas.Prakas pun bangkit lalu turun dari kasur. Miona langsung menutup matanya sambil berteriak saat melihat lelaki itu tengah telanjang tanpa busana menghadap ke arahnya d
Saat Prakas tengah asik sarapan, tiba-tiba Miona keluar kamarnya dengan memakai pakaian rapih dan rambut panjang tergerai. Prakas sempat terpesona sesaat melihat kecantikan gadis itu. Dia pun kembali fokus menikmati menu lontong sayur di hadapannya dengan gugup. Miona duduk sambil sedikit memandang ke arah Prakas dengan manyun. Dia masih belum bisa menerima kejadian semalam. Dia berjanji akan membahas itu lagi jika memiliki waktu tepat nanti. Sementara itu Maryam tampak bingung melihat tingkah mereka berdua. Dia hanya dapat menghela napas lalu membantu menuangkan lontong sayur ke mangkuk untuk Miona.“Kamu mau ke mana, Miona?” tanya Maryam sambil tersenyum.“Mau latihan akting, Bu,” jawab Miona.Prakas menoleh heran pada Miona. “Sama siapa?”Miona melotot ke Prakas, “Bukan urusan lo!” ketus Miona.Maryam hanya dapat mengelus dada melihat mereka. Akhirnya dia sengaja pamit pergi ke kamar dengan alasan untuk menc
Prakas tiba di depan ruangannya. Dia langsung disambut oleh seorang manager yang sejak tadi pagi menunggunya di sana. Sekretarisnya langsung berdiri bersiap untuk membukakan pintu ruangan itu. Prakas menatap wajah manager itu dengan heran."Ada apa?" tanya Prakas heran."Saya mau membahas mengenai tujuh investor asing itu, Pak," jawab seorang manager itu dengan gugup. Ya, semua karyawannya di kantor itu memang bertingkah begitu jika bertemu Prakas. Dia begitu disegani dan dihormati."Kita bicara di dalam," pinta Prakas.Manager itu mengangguk. Sekretarisnya langsung membukakan pintu. Prakas dan manajer itu masuk. Saat Prakas sudah duduk di mejanya, dia pun langsung mempersilahkan manager itu duduk."Bagaimana?" tanya Prakas dengan sorot mata penasaran. Bagaimana pun dia sudah lama menanti kabar tentang ketujuh calon investor untuk pengembangan perusahaannya itu. Dia sendiri pun sampai rela berpura-pura pacaran dengan Bintang agar perusa
Miona melangkah dengan gugup dan haru ke arah Prakas yang masih tersenyum padanya. Musik biola masih mengalun merdu. Saat Miona tepat berada di hadapan lelaki itu, Prakas menunjukkan seikat bunga mawar yang disembunyikan di belakang tubuhnya lalu diulurkannya pada Miona.“Buat kamu,” ucap Prakas.Miona meraih seikat bunga mawar itu dengan haru.“Terima kasih,” jawab Miona menunduk malu. Baru kali ini ada seorang lelaki yang melalukan hal manis padanya. Terlebih lelaki yang melakukannya itu memang seorang pemuda yang dicintainya. Kedua bola mata Miona berkaca-kaca. Tak lama kemudian sebuah ciuman mendarat ke pipinya. Miona kaget. Prakas tersenyum padanya lalu menarik satu kursi di meja makan yang sudah disajikan dua gelas minuman dan makanan pembuka.“Silakan duduk,” pinta Prakas dengan lembut.Miona mengangguk lalu dia duduk. Prakas pun duduk sambil meraih gelas minuman dan mengangkatnya. Miona pun segera meraih gelas minu
Sebuah mobil memasuki gerbang perumahan yang cukup mewah. Di dalamnya Miona tampak tercengang melihat area perumahan yang berdiri rumah-rumah mewah dua lantai. Miona menoleh penasaran pada Prakas yang masih fokus menyetir dengan pelan.“Rumahnya di sini?”Prakas mengangguk sambil tersenyum.“Rumahnya percis kayak rumah-rumah yang aku liat ini?” tanya Miona lagi yang masih tak percaya.“Iya,” jawab Prakas.“Kalo sebesar ini nanti gimana bayar listriknya? Gimana ngurusnya?” tanya Miona bingung.“Kamu kan udah punya saham sepuluh persen dari perusahaanku. Sebentar lagi juga kamu bakal jadi artis, pasti bisa lah,” jawab Prakas.Sesaat kemudian Miona berpikir.“Kamu beneran kan nggak nyita semuanya kalo diantara kita terjadi apa-apa?” tanya Miona kebingungan dan ketakutan.Tiba-tiba Prakas menghentikan mobilnya. Dia menatap wajah Miona sambil tersenyum. Miona bingung.
Prakas langsung merobek dokumen itu dengan kesal hingga menjadi potongan kertas kecil-kecil lalu menghamburkannya ke arah wajah Bintang."Kamu jangan ngimpi!" tegas Prakas.Gadis itu diam dan cuek saja diperlakukan Prakas seperti itu."Itu cuman salinan, yang asli ada sama aku. Dan syarat ini bukan aku kok yang minta. Nyonya Prameswari sendiri yang menawarkannya sama aku," tegas Bintang.Prakas menggenggam erat kedua tangannya lalu dia bergegas meninggalkan ruangan itu. Bintang tertawa sendiri. Menertawakan nasibnya yang ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu. Tak lama kemudian Bintang terduduk di sofa lalu air matanya mulai berjatuhan. Entah apa yang dia tangiskan.Ya, gadis ini sudah lama mengagumi Prakas. Saat dia menginjak kelas satu SMA. Saat itu sekolahnya sedang mengadakan kegiatan Pramuka di kawasan Gunung Bunder. Acara Pramuka itu dihadiri beberapa sekolah.Kaki Bintang terkilir saat melewati sebuah sungai ketika tengah m