Mike duduk di kursi depan meja kerja Bima, dia tidak berceramah tapi hanya memberikan sebuah kalimat yang entah bida masuk ke hati nurani Bima atau tidak.
"Ayahmu juga pernah muda, jadi ap ayang kau pikirkan saat mungkin sudah bisa di tebak olehnya, kau baru berumur dua puluh dua tahun, emm bekerjalah dengan baik soal wanita itu akan mengikutimu saat kau sukses nanti," ucap Mike.
"Aku lupa kalau ayahku itu seorang mafia," keluh Bima.
Mike meninggalkan ruangan Bima dengan senyuman. saat ini pikiran Bima hanya fokus untuk membalas dendam ke gadis itu, karenanya Bima mendapatkan omelan dari ayahnya. sepulang kerja nanti Bima berencana mencarinya ia sudah meminta seseorang untuk mengawasi kemana perempuan itu pergi hari ini.
"Bima, setelah kau selesai kerja lekas pulanglah, mama akan khawatir jika kau tidak pulang lagi!" seru Sabian.
"Apa ayah juga akan mengadu pada mama soal kejadian hari ini?" tanya Bima.
Sabian mengernyitkan dahinya lalu ters
Bima sudah tak enak hati karena pasti akan mendapatkan ceramah dari orang tuanya. Belinda meledek Bima karena sudah tahu pasti sang kakak sedang melakukan kesalahan."Ayah, mama apa yang ingin kalian diskusikan dengan Bima?" tanya Bima belagak polos."Duduklah dulu, ini adalah hal yang serius," jawab Kirana dengan nada yang serius pula.Kirana memulai percakapan dengan putra sulungnya. Ia mulai mengintrogasi Bima sejak kapan melakukan hal yang tidak terpuji dan juga sudah berapa wanita yang ia tiduri selama ini. Bima terus berkelit untuk apa orang tuanya menanyakan hal yang sungguh privasi ini."Aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya wanita yang aku jajah pertama kali adalah Clarisa cewek sialan itu karena dia mabuk dan menganggapku gigolo aku hanya ingin memberinya pelajaran dan siapa sangka di masih suci," jawab Bima dengan nada marah."Lalu apa yang kau lakukan ketika berada di bar, jawab jujur karena orang ayahmu akan lebih jelas menemuk
Ayah Clarisa kaget melihat wajah Bima lebih dekat, dia adalah putra dari Sabian Alexander pemilik perusahaan Alex Farm Corp juga hotel mewah bintang lima milik Ibunya Kirana Wijaya. tuan Manggala menyambut Bima dengan hangat."Tuan muda Bima sungguh suatu kehormatan bagiku karena kau berkunjung ke rumahku, silahkan duduk," ucap tuan Manggala."Tidak perlu, aku hanya ingin mengantar kekasihku pulang dan memastikan tidak ada yang menyakiti kekasihku lagi." Bima merangkul Clarisa dan memberikan tatapan tajam ke apda Melinda.Tuan Manggala tersenyum dia akan mendapatkan pendukung yang kuat di belakangnya. Clarisa memang pintar mencari kekasih. Ayah Clarisa mengungkapkan Clarisa dan Melinda adalah kakak beradik sudah biasa jika ada kesalahpahaman diantara mereka."Tuan muda Bima kami adalah keluarga tidak akan ada yang berani menyakiti Clarisa jika aku masih hidup," ucap tuan Manggala."Aku mendengar istrimu membentak kekasihku, minta maaflah sekarang!"
Nyonya manggala selalu bermuka dua. Padahal ketika sang ayah tidak ada mereka selalu memperlakukan Clarisa dengan buruk. "Mungkin Clarisa sedang tidak mood saja, namanya anak muda jangan dimasukkan ke hati omongannya," jawab tuan Manggala. "Benar, cucuku dalam masa muda yang masih berapi-api jiwanya, kau jangan masukkan hati apa yang dia ucapkan," ucap nenek Clarisa. Saat ini keadaan telah berbalik. Karena Clarisa memiliki Bima di belakangnya. Antoni memang kaya tapi Bima jauh lebih segalanya dari Antoni. "Sudah malam kalian semua istirahatlah," ucap tuan Manggala. "Antoni kau juga pulanglah, bagaimanapun kau dan Melinda belum resmi menikah," kata nenek Clarisa. Antoni pulang dan keluarga Manggala istirahat. Mereka semua menaruh harap pada Clarisa agar masuk ke keluarga Alexander dengan begitu derajat mereka akan naik. "Aku akan meminta mahar yang besar jika Clarisa dilamar oleh anak dari keluarga Alexander," ucap tuan Manggala
Bima melirik ke arah ayahnya, ia sangat tidak suka diberikan pertanyaan sarkas seperti itu, tentu saja hari-harinya terasa berat bekerja dengan Hanna yang sudah senior dengan segala urusan pemilik perusahaan."Ayah jangan membuatku kesal!" seru Bima sambil melengos."Kau harus banyak banyak belajar dari bibi Hanna, hari ini ayah senang sekali bekerja di temani wanita muda yang cantik," ledek Sabian.Sabian meninggalkan Bima yang masih keadaan marah kepadanya, Bima harus mampu melewati hari-hari yang berat karena kedepannya banyak bahaya yang mengintainya karena menjadi seorang pemimpin perusahan. Tidaklah mudah menjadi pemimpin perusahaan yang banyak tanggungan dan beban di pundaknya."Kurang ajar sekali orang tua itu, jika berani merayu wanitaku akan aku pukul kepalanya," gumam Bima dengan kesal."Bima, ayo makan siang bersamaku," Stevan menghampiri Bima di kantornya.Daripada Bima terus-terusan kesal lebih baik dia menerima tawaran S
Bima mendapat telepn dari Belinda yang ada di sebuah minimarket yang menyediakan tempat duduk untuk nongkrong. Belinda meminta untuk di jemput karena ia hampir saja kecelakaan di tabrak mobil. "Kakak tolong jemput aku aku hampir saja di tabrak mobil dan keadaanku sekarang sedang syok!" seru Belinda. "Dimana kau sekarang Belinda, kakak akan segera menjemputmu!" tegas Bima. Beinda mengirim lokasi terkini dirinya, Bima langsung mengambil kunci mobilnya dan menuju lokasi dimana Belinda berada, Bima sayang menyayangi adiknya sehingga mendapat kabar ahmpir kecelakaan ia langsung mendatangi lokasi kejadian. "Bos, tuan muda segera pergi dari ruangan dengan wajah khawatir selesai mendapatkan telepkn, sepertinya darurat?" tanya Hanna yang terburu-buru masuk ruangan presdir. "Biarkan Mike yang meminta anak buahnya untuk mengikuti kemana perginya Bima," ucap Sabian. Mike meminta anak buahnya untuk mencari tahu dimana Bima pergi dan segera melapork
Mike sedikit berpikir Biasanya Bima yang masih selalu ingin terus bermain dan mengerjakan pekerjaannya setengah hati. Tiba-tiba betah di kantor tentu saja itu ada penyebabnya."Seharusnya tidak usah bertanya kau sudah tahu jawabannya Hanna," jawab Mike."Seorang gadis membuatnya lebih rajin bekerja," ucap Hanna seraya pergi meninggalkan ruangan presdir.Sabian menangkap pembicaraan Mike dan Hanna, mereka benar Bima sedang jatuh cinta dan membuatnya rajin bekerja. Dia juga bersungguh-sungguh belajar dan mengerjakan pekerjaannya tepat waktu.Sabian melirik gadis yang bekerja di ruangannya itu. Seorang yang menjalani cinta satu malam dengan puutra nakalnya, cukup rajin, tekun, serta sopan selama ini. Tapi Sabian harus masih mengujinya beberapa waktu lagi seperti apa sebenarnya Clarisa ini."Tuan pekerjaan saya sudah selesai, bolehkah saya pamit pulang lebih awal karena hari jumat saya sudah memesan tiket kereta ke desa dan akan kembali ke kota h
Bima menjelaskan bahwa dia bukan pria bajingan seperti para tuan muda lainnya. Bima bahkan memohon agar ibunda dari Clarisa membiarkannya mengejar cinta Clarisa."Bibi aku bukan pria bajingan seperti yang kau bayangkan," ucap Bima."Tuan muda maaf, karena hari sudah gelap aku akan membawa putriku pulang kerumah, kau cari saja penginapan sekitar sini, karena aku tidak mau menjadi bahan gunjingan warga jika kau menginap di rumahku, putriku belum menikah," ucap ibunda Clarisa.Bima mengerti tapi dia tetap meminta ijin untuk mengejar cinta Clarisa. Kepala karyawan perkebunan buah milih Samdra yang tadi menemani ibunda Clarisa memandu Bima untuk pulang ke Vila. Sudah lama ia tak melihat Bima sejak di bawa ke jakarta."Tuan muda kau tumbuh begitu cepat, mari ikut saya ke Vila, tuan besar sudah mengabari saya jika kau akan datang," ucap karyawan itu."Baiklah, aku tidak membawa baju ganti sama sekali, apakah baju paman bisa ku pakai?" tanya Bima.S
Bima menghentikan langkahnya. Suara yang tak asing memanggilnya, ia menoleh ke sumber suara itu. Perlahan wajah yang samar-samar tertutup cahaya lampu yang redup mendekat ke arahnya."Ayah, kenapa secepat ini sampai desa?" tanya Bima kaget."Aku ini pria yang hebat tentu saja menggunakan jet pribadi agar cepat sampai, apa kau kaget tuan muda, jadi ingin menyelinap kemana kamu malam ini?" gertak Sabian.Bima menghela napas panjang idenya untuk menyelinap diam-diam ke kamar Clarisa. Semua ini gara-gara ayahnya yang tiba-tiba datang ke desa sungguh membuat Bima kesal."Sekarang sudah malam, ayah sudah pernah muda walaupun kau tidak menjawab ayah tahu kau mau pergi kemana, tidurlah istirahat agar tubuhmu kembali sehat," tegur Sabian."Baiklah ayah, tapi janji besok ayah harus mengajakku keliling desa ini," pinta Bima.Sabian mengiyakan apa yang diinginlan oleh putranya. Inilah saatnya melakukan bonding antara ayah dan anak. Sabian tak ingin anak
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun