Kirana tersenyum llebar, ia bahkan lupa kalau suaminya itu alergi terhadap perempuan cantik, hanya dia yang dapat menyentuhnya hingga melahirkan eoorang putra, tapi kan kini Sabian sudah merasakan bagaimana hangatnya pelukan seorang perempuan, bagaimana jika Sabian sudah melepas semua penyakitnya itu.
"Sayangku aku hampir lupa kalau kau alergi wanita cantik, emm tapi kan bagaimana jika kau sudah sembuh dari penyakit itu?" tanya Kirana dengan hati was-was.
"Tidak akan pernah, kalau hal itu terjadi monster kecilku tidak akan tinggal diam," jawab Sabian yang sudah mengerti arti tatapan tajam putra sulungnya.
Bima tersenyum lega karena sang ayah mengerti apa arti tatapan bengisnya, ia mengelus dadanya lega, semua orang tertawa melihat tingkah lucu anak kecil yang sudah seperti orang dewasa itu, membuat sebuah hiburan di tengah penatnya orang habis bekerja.
"Bima kau pelipur lara kami, doakan paman
Sabian mulai melakukan hubungan suami istri tanpa persetuan Kirana terlebih dahulu, ia tidak mau sang istri berpikir macam-macam tentang mimpi yang tidak berguna itu dia terus melakukan tindakan yang menyenangkan bersama sang istri."Kamu sungguh bisa membuatku mabuk kepayang setiap hari," ucap Kirana sambil merangkul suaminya."Tidurlah di pelukanku, sampai nanti jangan pernah hilang dari pandanganku karena aku sudah pasti tidak sanggup," ucap Sabian sambil menarik selimut ke seluruh badan mereka.Menjelang pagi hari seperti biasa Bima akan mengganggu ayah dan mamanya, tetapi karena sekarang berada di rumah sang kakek, Bima tidak melakukan rutinitas yang biasa dia lakukan melainkan langsung mencari sang kakek di ruang kerjanya."Kakek apa yang kakek baca di ruang sepmit ini?" tanya Bima dan duduk di kursi tepat di meja kerja kakeknya."Kakek sedang membaca koran berita hari ini
Sabian sangat kesal dengan perempuan itu bisa-bisanya bertanya hal yang ada sangkut pautnya dengan masa lalu, ia mendorong hingga hampir terjatuh wanita yang pernah singgah di kehidupan masalalunya."Tentu saja aku lebih membelanya, karena dia adalah istriku!" tegas Sabian."i-istri, tidak mungkin bagaimana bisa dia menjadi istrimu sedangkan kau punay alergi terhadap perempuan Sabian, jangan membohongiku?" tanya Joana.Sabian menjawab dengan tegas bahwa ia tidak berbohong bahkan ia menunjukkan akta nikah merea berdua, itu adalah asli yang di keluarkan kementerian agama, ia mereangkul Kirana dan membuka pintu mobil agar Kirana masuk mobil."Joana, aku harap tidak mempersulitku, yang aku antar hari ini adalah darah dagingku, dan wanita yang kau lihat adalah istriku yang sah, kau hanay orang di masa lalu, dan pernah meninggalkan aku demi pria yang lebih kaya dariku, aku sudah mengubur kenangan kita dala
Sabian menundukkan kepalanya sudah pasti istrinya sangat marah atas kejadian ini, ada seorang wanita yang menggodanya di depan umum semua istri sah pasti akan marah dan cemburu, Sabian tidak ingin rumah tangganya hancur begitu saja, ia ingin memperbaiki semuanya."Pasti kau marah sayangku, biasanya memang seperti itu 'kan?" tanya Sabian dengan wajah yang pucat."Aku tidak marah, beberapa hari yang lalu aku punya firasat sebuah mimpi yang mengatakan seseorang di masalalumu akan hadir kembali, dia mencoba merebutmu dari genggamanku, kau tidak usah khawatir Sabian, aku percaya padamu!" jawab Kirana.Sabian merasa lega atas jawaban dari Kirana jujur sedari tadi jantung Sabian berdetak lebih cepat dari biasanya ia tidak ingin sang istri merajuk atau marah saat ada Joana yang datang menghampirinya bisa gila dia jika hal itu benar-benar terjadi."Terima kasih Kirana sudah percaya padaku, aku sangat ketakuta
Kirana tertawa keras melihat Joana yang bodoh sekali ini apakah dia memang tidak pernah mencari tahu tentang siapa Kirana dan apa posisinya di hotel wijaya yang sedang dia kunjungi ini, dia berani membuat keributan dan menuduh Kirana sedang ingin berkencan menghianati suaminya sungguh tidak masuk akal sekali."Aku tidak pernah takut karena apa yang kau tuduhkan semuanya tidak benar, aku bisa menuntutmu karena pencemaran nama baik, apa kau mengerti Joana?" tanya Kirana dengan sungguh-sungguh."Tunggu saja Kirana aku akan membuatmu menangis setelah ini," jawab Joana dengan hati yang bergemuruh.Joana sudah ingin pergi memberitahu Sabian, namun pria tampan itu sudah sampai di hotel dan ingin menemui istrinya satu orang satpam mengantarnya untuk menemui Kirana yang ternyata masih di lobby bawah belum sampai di lantai lima, betapa senangnya Joana melihat kedatanagna Sabian dia tidak usah pergi jaug-jauh ke Alex Farm corp untu
Joana menghampiri tuan Alexander dia merasa bahwa beliau sedang membelanya karena saat itu Joana juga sudah kenal dengan tuan Alexander betapa tuan Alexander menyayanginya kala itu, "Ayah untung saja kau datang mereka menidasku ayah."Tuan Alexander berjalan lurus kedepan menghampiri Sabian dan Kirana melwati begitu saja Joana yang dengan penuh percaya diri menghampirinya."Kirana perkenalkan kedua teman lamaku aku rekomendasikan hotel ini untuk mereka menginap, mereka baru saja datang dari luar kota untuk keperluan bisnis." Tuan Alexander mempernalkan teman-temannya."Terima kasih ayah telah merekomendasikan hotel ini, oh iya ayah apakah ayah mempunyai anak perempuan yangbelum pernah aku ketahui sebelumnya?" tanya Kirana sembari melihat Joana yang berdiri mematung di belakang tuan Alexander.Tuan Alexander melewatkan sesuatu ia menoleh ke belekang dan melihat sosok Joana seseorang yang dulu disayang
Tuan Alexander menatap Kirana seolah memberikan kode untuk meminta persetujuan menceritakan awal pertemuan Sabian dan Kirana yang memang sulit unutk diceritakan dari awal."Aku tidak tahu pastinya mumpung ada menantuku di sini biar dia saja yang menceritakannya," jawab tuan Alexander."Kalau begitu dengarkan baik-baik aku bercerita aku tidak keberatan menceritakan awal pertemuan kami yang tidak di sengaja ini," ucap Kirana sambil tersenyum cantik.Pasangan suami istri teman lama tuan Alexander mencengarkan cerita Kirana dari awal sampai akhir mereka terbawa suasana dengan apa yang di dengarnya, kadang mereka geram sehingag keluar kata-kata hinaan dan juga kadang mereka sedih mendengar penderitaan Kirana."Kau sungguh gadis yang malang Kirana, beruntung kau sudah mendapatkan apa yang menjadi milikmu kembali," ucap teman tuan Alexander."Lebih beruntung lagi aku memiliki keluarga d
Bima memandang beberapa lembar uang di tangan teman kakeknya yang kata beliau adalah hadiah untuknya, tangannya tidak sedikitpun ingin menyentuh hadiah itu, ia menggelengkan kepala dan tidak mau menerima uang itu dengan kaliamat penolakan yang angkuh."Aku tidak akan menerima uang itu, karena aku tidak kekurangan uang!""Hahah kau sungguh luar biasa tidak mau menerima uang ini, kami percaya kau tidak kekurangan uang sayang, tapi bisakah kau menerima ini sebagai hadiah?" tanya teman sang kakek.Sekali tidak mau Bima tetap pada pendiriannya pokoknya dia tetap kekeh kalau dia tidak kekurangan uang sehingga tidak mau menerima hadiah itu, bocah sekecil itu bisa mengatakan lebih baik untuk orang yang membutuhkan saja."Kakek bagaimana jika kau memberikan uang itu ke panti asuhan atau ke anak yang kurang mampu agar lebih berguna," ucap Bima yang membuat kaget kakeknya."Kau apakah sungg
Bima mengatakan kalau di film-film yang biasa ditonton para pelayan di rumahnya, seseorang yang selesai pergi berkencan akan meninggalkan tanda seperti bau parfum yang tidak seperti baisanya bekas lipstik ataupun tanda-tanda yang lainnya."Aku akan mengusir semua pelayan yang selalu bergosip di rumah ini," ucap Sabian denagn geram."Ayah kau tidak boleh mengusir mereka begitu saja tanpa mereka rumah ini akan kotor dan terbengkalai," jawab Bima dengan santainya.Entah siapa yang mengajari anak ini sehingag begitu pandai dalam berkata-kata, membuat Sabian selalu merasa terhibur ketika ada di dekatnya, Bima sungguh pandai membuat orang yang ada di sekitarnya merasa bahagia."Oke ayah tidak akan mengusri mereka sesuai instruksimu, kalau begitu ayo makan malam bersama, tapi ayah harus mandi dulu karena badan lengket," ucap Sabian."Bima tunggu di ruang makan bersama kakek,kalau lama B
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun