Kirana tertawa keras melihat Joana yang bodoh sekali ini apakah dia memang tidak pernah mencari tahu tentang siapa Kirana dan apa posisinya di hotel wijaya yang sedang dia kunjungi ini, dia berani membuat keributan dan menuduh Kirana sedang ingin berkencan menghianati suaminya sungguh tidak masuk akal sekali.
"Aku tidak pernah takut karena apa yang kau tuduhkan semuanya tidak benar, aku bisa menuntutmu karena pencemaran nama baik, apa kau mengerti Joana?" tanya Kirana dengan sungguh-sungguh.
"Tunggu saja Kirana aku akan membuatmu menangis setelah ini," jawab Joana dengan hati yang bergemuruh.
Joana sudah ingin pergi memberitahu Sabian, namun pria tampan itu sudah sampai di hotel dan ingin menemui istrinya satu orang satpam mengantarnya untuk menemui Kirana yang ternyata masih di lobby bawah belum sampai di lantai lima, betapa senangnya Joana melihat kedatanagna Sabian dia tidak usah pergi jaug-jauh ke Alex Farm corp untu
Joana menghampiri tuan Alexander dia merasa bahwa beliau sedang membelanya karena saat itu Joana juga sudah kenal dengan tuan Alexander betapa tuan Alexander menyayanginya kala itu, "Ayah untung saja kau datang mereka menidasku ayah."Tuan Alexander berjalan lurus kedepan menghampiri Sabian dan Kirana melwati begitu saja Joana yang dengan penuh percaya diri menghampirinya."Kirana perkenalkan kedua teman lamaku aku rekomendasikan hotel ini untuk mereka menginap, mereka baru saja datang dari luar kota untuk keperluan bisnis." Tuan Alexander mempernalkan teman-temannya."Terima kasih ayah telah merekomendasikan hotel ini, oh iya ayah apakah ayah mempunyai anak perempuan yangbelum pernah aku ketahui sebelumnya?" tanya Kirana sembari melihat Joana yang berdiri mematung di belakang tuan Alexander.Tuan Alexander melewatkan sesuatu ia menoleh ke belekang dan melihat sosok Joana seseorang yang dulu disayang
Tuan Alexander menatap Kirana seolah memberikan kode untuk meminta persetujuan menceritakan awal pertemuan Sabian dan Kirana yang memang sulit unutk diceritakan dari awal."Aku tidak tahu pastinya mumpung ada menantuku di sini biar dia saja yang menceritakannya," jawab tuan Alexander."Kalau begitu dengarkan baik-baik aku bercerita aku tidak keberatan menceritakan awal pertemuan kami yang tidak di sengaja ini," ucap Kirana sambil tersenyum cantik.Pasangan suami istri teman lama tuan Alexander mencengarkan cerita Kirana dari awal sampai akhir mereka terbawa suasana dengan apa yang di dengarnya, kadang mereka geram sehingag keluar kata-kata hinaan dan juga kadang mereka sedih mendengar penderitaan Kirana."Kau sungguh gadis yang malang Kirana, beruntung kau sudah mendapatkan apa yang menjadi milikmu kembali," ucap teman tuan Alexander."Lebih beruntung lagi aku memiliki keluarga d
Bima memandang beberapa lembar uang di tangan teman kakeknya yang kata beliau adalah hadiah untuknya, tangannya tidak sedikitpun ingin menyentuh hadiah itu, ia menggelengkan kepala dan tidak mau menerima uang itu dengan kaliamat penolakan yang angkuh."Aku tidak akan menerima uang itu, karena aku tidak kekurangan uang!""Hahah kau sungguh luar biasa tidak mau menerima uang ini, kami percaya kau tidak kekurangan uang sayang, tapi bisakah kau menerima ini sebagai hadiah?" tanya teman sang kakek.Sekali tidak mau Bima tetap pada pendiriannya pokoknya dia tetap kekeh kalau dia tidak kekurangan uang sehingga tidak mau menerima hadiah itu, bocah sekecil itu bisa mengatakan lebih baik untuk orang yang membutuhkan saja."Kakek bagaimana jika kau memberikan uang itu ke panti asuhan atau ke anak yang kurang mampu agar lebih berguna," ucap Bima yang membuat kaget kakeknya."Kau apakah sungg
Bima mengatakan kalau di film-film yang biasa ditonton para pelayan di rumahnya, seseorang yang selesai pergi berkencan akan meninggalkan tanda seperti bau parfum yang tidak seperti baisanya bekas lipstik ataupun tanda-tanda yang lainnya."Aku akan mengusir semua pelayan yang selalu bergosip di rumah ini," ucap Sabian denagn geram."Ayah kau tidak boleh mengusir mereka begitu saja tanpa mereka rumah ini akan kotor dan terbengkalai," jawab Bima dengan santainya.Entah siapa yang mengajari anak ini sehingag begitu pandai dalam berkata-kata, membuat Sabian selalu merasa terhibur ketika ada di dekatnya, Bima sungguh pandai membuat orang yang ada di sekitarnya merasa bahagia."Oke ayah tidak akan mengusri mereka sesuai instruksimu, kalau begitu ayo makan malam bersama, tapi ayah harus mandi dulu karena badan lengket," ucap Sabian."Bima tunggu di ruang makan bersama kakek,kalau lama B
Tuan Alexander mencoba mengingat ada dimana buku catatan itu, beliau hampir saja melupakan sebuah buku catatan yang biasa dibawa oleh mendiang istrinya, iya Rose memang sering membawa buku catatan karena ia seorang yang gampang lupa, buku catatan itu bahkan banyak sekali."Ayah jika tidak ada ya sudah kita bisa bertanya pada teman-teman mama yang sering ikut berdonasi untuk amal," ucap Sabian."Buku itu ada Sabian, kalau kau tidak percaya bisa mengikutiku ke ruang kerjaku dan mencari buku catatan mamamu," pinta tuan Alexander.Sepertinya tuan Alexander marah dengan ucapan Sabian mana mungkin beliau melupakan hal sekecil apapun tentang istrinya, Kirana, Sabian serta Bima mengikuti tuan Alexander ke ruang kerjanya disana mereka mencari rak berisi buku catatan tentang dana amal yang di tinggalkan oleh mendiang nyonya Rose."Buku catatan apa ini ya, kenapa ada foto ayah?" tanya Bima yang menemukan sebuah buku usang yang ada fotonya."Sepertinya itu buk
Sabian menginginkan sesuatu hal yang berbeda dalam hidupnay malam ini, entah kenapa ia tak tahan ingin melakukan malam penuh kenangan di ruang kerja sanga yah bersama sang istri tercinta."Sayang apa yang akan kamu lakukan di sini, lebih baik kita lakukan di kamar kita sendiri agar lebih aman kan?" tanya Kirana mencoba mengulur waktu."Aku ingin melakukannya di sini sayang, tidak apa-apa kakek tua itu pasti akan lama berada di kamar Bima," ucap Sabian terus menempel pada tubuh istrinya.Kirana tak mampu membujuk Sabian yang seperti orang kesetanan saat menginginkan hal yang sangat menyenangkan malam ini, satu persatu baju yang mereka kenakan tanggal dan berserakan di lantai, Sabian dengan semangat menyalurkan hasratnya pada sang istri."Sayang cepatlah sedikit, aku takut ayah akan datang lagi ke ruangan ini karena ini memang ruang pribadinya," ucap Kirana yang was-was."Tidak per
Joana menyamar sebagai petugas kebersihan sekolah rencananya adalah ingin mengerjai Bima anak dari sang mantan kekasih yang membuatnya terbakar cemburu, hatinya masih ingin merajut kasih dengan Sabian karena sekarang perusahaannya semakin besar anak yang di lahirkan dari perempuan lain harus di singkirkan karena bisa menjadi penghalang baginya."Sayang, kenapa perasaanku tak enak begini ya, seperti akan ada peristiwa yang akan terjadi," Kirana sangat khawatir."Berdoa saja tidak akan terjadi hal seperti yang kau khawatirkan," ucap Sabian."Aku berharap Allah selalu melindungi keluargaku termasuk anakku yang sedang berada di sekolah," ucap Kirana.Kirana terus berdoa firasat seorang ibu memang selalu kuat baik itu untuk suami maupun sang buah hati, sampailah mereka di hotel milik Kirana, Sabian berpesan agar sang istri fokus bekerja dan tidak berpiir hal yang negatif serahkah semua kepada Allah yang m
Prang, Kirana mendapat firasat yang tak menyenangkan gelas yang di pegangnay terjatuh kelantai seketika tubuhnya bergetar dan lemas, sekretarisnya membopongnya ke kursi dan mengambilkannya minum."Ibu tidak apa-apa, minumlah ini dahulu," ucap sekretaris Kirana."Tak apa, kamu tolong hubungi suamiku untuk segera mengawasi anaknya yang ada di sekolah," pinta Kirana.Sekretaris Kirana segera menghubungi Sabian yang ternyata sudah berada di sekolah Bima lebih dulu. Di kantin sekolah Bima berteriak karena ada seorang yang akan memukulnya sontak penjaga kantin dan seorang petugas keamanan yang lewat menyambanginya."Ada apa Bima?" tanya petugas keamanan."Wanita ini ingin memukulku, dia seorang yang menyamar bukan petugas kebersihan sungguhan," ucap Bima dengan lantang.Joana berkelit dia tidak mau di periksa petugas keamanan, bahkan ketika diminta untuk membuka ma