Sabian menatap sinis mertuanya yang kini di berikan suntikan halusinasi yang akan mengakibatkan dia kehilangan kesadaran, orang yang melihatnya akan mengira bahwa orang yang menerima suntikan obat haslusinsi adalah orang yang tidak waras alias gila. Sabian memanfaatkan situasi ini untuk mengiring opini publik bahwa Dani Wijaya menjadi gila karena harta yang di tinggalkan mediang istrinya harus sudah di pindah alihkan ke pewaris yang sebenarnya, dia kehilangan kemewahan dalam waktu sekejap sehingag menjadi frustasi.
"Maafkan aku, tolong jangan lakukan ini padaku," ucap Dani Wijaya yang sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena di pegang dengan kuat oleh para bodiguard.
"Menyesal sudah tidak ada gunanya, aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi lebih baik, tapi kamu menyebabkan stress istriku kambuh," ucap Sabian yang tidak terima istrinya mengingat kejadian masa lalunya yang kelam sehingga jatuh sakit.
Proses peny
Sabian mengelilingi kamr yang Kirana dulu pernah tinggal di sana beberapa tahun, saat semua beban dia pikul sendirian apalagi menagndung seoarang anak yang tidak dia inginkan kehadirannya, kepala pelayan di villa Sandra sangat kebingungan saat tuan muda keduanya bertanya mengenai tempat yang pernah disinggahi oleh istrinya dulu. "Tu-an muda benar kami selalu membersihkannya setiap hari, letak barang masih sama persis saat terakhir nona Kirana dan tuan muda kecil menempati kamar ini," ucap kepla pelayan terbata, ia takut salah berbicara karena bisa mengakibatkan perpecahan konflik antara kakak beradik itu. "Katakan dengan jujur apa Sandra memperlakukan baik istriku kala itu, apa sebenarnya dia sudah tahu kalau anak yang di dalam kandungan Kirana adalah benih cintaku?" ucap Sabian menatap pigura dengan foto bayi baru lahir yang terpajang di ruangan itu. Kepala pelayan menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan tuan m
Sabian menyeringai tipis saat melihat keluarga yang pernah menyakiti istrinya sangat tertekan dengan kedatangan Dani Wijaya yang seperti orang gila akibat suntikan halusinasi yang di berikan padanya, apalagi melohat Tania yang frustasi menanggapi banyaknya pertanyaan yang di berikan oleh wartawan."Nona Tania jika berita tidak benar kenapa kamu sekarang bersembunyi di desa kecil seperti ini?" ucap Wartawan."Ini semua perbuatan Kirana, ia memutar balikkan fakta, dia sengaja membuat kami semua menderita," ucap Tania dengan lantang.Wartawan terus memberikan pertanyaan kepada Tania dan keluarganya, ibunda Dani Wijaya tampak mengusir wartawan yang datang ke kediamannya, melihat Dani Wijaya yang bersikap tak terkendali pihak pengelola asrama membawanya ke rumah sakit jiwa demi keamanan bersama."Mohon maaf semuanya karena ada orang yang mengalami gangguan jiwa di sekitar wilayah perusahaan perkebunan kam
Sabian menggelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa dia tidak akan menginap lagi malam ini, tugasnay sudah selesai, ia suah menyaksikan betapa malu dan terpuruknya tiga wanita yang menyakiti Kirana, secara perlahan pembalasan yang ia lakukan di perintahkan kepada kepala pegawai perkebunan Sandra yang telah ia berikan uang tambahan setiap bulannya sebagai ucapan terima kasih."Aku tidak akan menginap lagi, terima kasih telah menjamuku selama aku disini, aku harus kembali ke ibukota," ucap Sabian dengan bersemangat."Kalau begitu makanlah dulu tuan muda kedua, agar tidak merasa lapar di perjalanan," ucap kepala pelayan.Sabian menuruti kepala pelayan yang mengelola villa kakaknya, mungkin dia sudah mengabari Sandra bahwa Sabian menginap di villa miliknya yang ada di desa, waktu terasa begitu cepat semoga keluarga wijaya khususnya nyonya wijaya dan Tania bisa instropesi diri dari kesalahannya, Sabian segara berangkat menuj
Sabian senang Bima sangat antusias untuk belajar ke sekolah, berarti memang ada kemauan untuk terus berkembang dari dalam diri anaknya, mungkin memang harus di latih sejak kecil agar nanti jika sudah dewasa Bima sudah terbiasa dengan banyak tekanan ataupun bahaya yang mengintai dirinya. "Bima tahun depan kamu bisa bersekolah, tahun ini kamu mengikuti kursus di rumah dahulu untuk persiapan sekolah" ucap Sabian dengan lembut. "Ayah memang yang terbaik, aku sayang ayah," Bima memeleuk ayahnya dengan gembira. Sabian sarapan dengan perasaan yang tak terkira gembiranya, mereka bersenda gurau dengan keluarga kecil yang membuat hati bahagia, karena waktu sudah siang Sabian berpamitan untuk ke perusahaan, ia meminta Bima untuk tetap menurut dengan sang mama. "Bima, ayah berangkat kerja dulu ya, ingat jangan nakal dan tetap patuh pada mama ya," ucap Sabian sambil mengecup kening sang putra. &nb
Kirana kaget dengan suara Bima, ia melihat ke arah kompor yang ada di dekatnya, ia tadi mematikan kompor karena menerima telepon dari Sabian, ia menatap Bima sambil tersenyum dan meminta ijin kepada Sabian untuk menutup telepon."Maafkan aku sayangku, mama menerima telpon ayah sibuk mengobrol jadi tadi mematikan kompornya," ucap Kirana."Jadi ayam bumbu kuningku belum matang?" Bima menggerutu kesal.Kirana merasa tak enak ia segera menyalakan kompor kembali memasak ayam bumbu bali pesanan putra kesayangannya, Bima sudah menunggu di tempat makan sambil menggerutu kesal, bisa-bisanya mama lupa memasak untuknya karena mengobrol dengan sang ayah melalui telepon."Masakan kesukaanmu sudah matang sayang," Kirana meletakkan ayam bumbu bali ke meja makan."Karena aku lapar aku akan segera makan, lain kali aku tidak mau mama menomor satukan ayah," ucap Bima sambil menatap ayam goreng bumbu bali di atas meja.Kirana meminta maa
Hanna menyapa nyonya Presdir yang sedang duduk di sofa ruangan presdir, ia tersenyum menyapa kembali Hanna yang tampak cangggung."Maafkan putraku yang berbicara tidak sopan padamu Hanna, biarkan aku yang memakan kotak makan yang kalian belikan," ucap Kirana dengan senyuman manisnya."Tidak apa-apa Nyonya, maafkan aku yang tidak tahu kedatanganmu," ucap Hanna.Kirana mengambil kotak makan yang di beli Hanna dan Mike untuk Sabian, ia juga mengutus putranya untuk meminta maaf pada Hanna, dia tidak sopan menuduh orang dewasa seperti itu."Bima ucapkan maaf pada tante Hanna," ucap Kirana."Wanita itu mencoba menggoda ayah dengan memberi makanan mama harusnya marah," ucap Bima yang masih bersih keras dengan pendapatnya.Sabian tertawa dengan apa yang diucapkan Bima, entah dari mana bocah kecil itu mempelajari perkataan yang seharusnya diucapkan oleh wanita dewasa yang cemburu pasangannya di dekati gadis muda."B
Sabian mengelus rambut Bima yang ada di pangkuannya, rasa bahagia bertemu dengan orang terkasih itu tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, Sabian hanya takut jika dia berbicara tapi tidak ada tindakan akan di sebut pria yang banyak bicara tanpa bukti."Sayang, ayah memang tidak pernah mengucapkan rasa bahagia ayah, sekarang bolehkan ayah bertanya pada Bima apakah jika ayah pulang kerja selalu terlihat letih dimatamu?" ucap Sabian kepada Bima."Ayah selalu terlihat bahagia saat bertemu Bima sepulang kerja," ucap Bima dengan wajah yang gembira.Sabian menjelaskan ke putra sulungnya bahwa Sabian tidak akan pernah bisa mengungkapkan rasa bahagianya di depan semua orang, tetapi lebih baik menunjukkan tindakan yang akan terus di kenang oleh orang-orang tersayangnya.Mike berpamitan pulang karena berjanji membelikan makanan kesukaan anaknya, ia berpamitan kepada tuan muda kecil dan bosnya."Presdir, Nyonya, dan tuan muda kecil, saya pamit
Bima sungguh penasaran dengan apa yang akan di berikan untuknya, Sandra dan Lusi sudah mempersiapkan hadiah istimewa untuk keponakannya itu, sebuah kotak berbalut kertas kado dengan gambar khas anak laki-laki yaitu super hero di berikan kepada Bima."Bima keponakan bibi Lusi yang tampan, ini adalah kado istimewa yang sudah di siapkan oleh paman Sandra unttukmu," ucap Lusi memberikan kotak kado untuk Bima yang manis."Terima kasih bibi Lusi dan Paman Sandra tetapi aku kan belum ulang tahun, kenapa aku di beri kado?' ucap Bima yang penasaran sambil menerima kado itu.Sandra menjelaskan bahwa tidak hanya orang yang sedang berulang tahun saja yang menerima kado, tapi untuk orang tersayang keluarga akan rela merogoh kocek untuk memberikan hadiah istimewa termasuk kepada Bima yang akan masuk sekolah tahun depan.“Paman memberikanmu beberapa buku pelajaran karena paman dengar kamu sudah mengikuri les privat di rumah,” ucap Sandra dengan s