Sabian menggelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa dia tidak akan menginap lagi malam ini, tugasnay sudah selesai, ia suah menyaksikan betapa malu dan terpuruknya tiga wanita yang menyakiti Kirana, secara perlahan pembalasan yang ia lakukan di perintahkan kepada kepala pegawai perkebunan Sandra yang telah ia berikan uang tambahan setiap bulannya sebagai ucapan terima kasih.
"Aku tidak akan menginap lagi, terima kasih telah menjamuku selama aku disini, aku harus kembali ke ibukota," ucap Sabian dengan bersemangat.
"Kalau begitu makanlah dulu tuan muda kedua, agar tidak merasa lapar di perjalanan," ucap kepala pelayan.
Sabian menuruti kepala pelayan yang mengelola villa kakaknya, mungkin dia sudah mengabari Sandra bahwa Sabian menginap di villa miliknya yang ada di desa, waktu terasa begitu cepat semoga keluarga wijaya khususnya nyonya wijaya dan Tania bisa instropesi diri dari kesalahannya, Sabian segara berangkat menuj
Sabian senang Bima sangat antusias untuk belajar ke sekolah, berarti memang ada kemauan untuk terus berkembang dari dalam diri anaknya, mungkin memang harus di latih sejak kecil agar nanti jika sudah dewasa Bima sudah terbiasa dengan banyak tekanan ataupun bahaya yang mengintai dirinya. "Bima tahun depan kamu bisa bersekolah, tahun ini kamu mengikuti kursus di rumah dahulu untuk persiapan sekolah" ucap Sabian dengan lembut. "Ayah memang yang terbaik, aku sayang ayah," Bima memeleuk ayahnya dengan gembira. Sabian sarapan dengan perasaan yang tak terkira gembiranya, mereka bersenda gurau dengan keluarga kecil yang membuat hati bahagia, karena waktu sudah siang Sabian berpamitan untuk ke perusahaan, ia meminta Bima untuk tetap menurut dengan sang mama. "Bima, ayah berangkat kerja dulu ya, ingat jangan nakal dan tetap patuh pada mama ya," ucap Sabian sambil mengecup kening sang putra. &nb
Kirana kaget dengan suara Bima, ia melihat ke arah kompor yang ada di dekatnya, ia tadi mematikan kompor karena menerima telepon dari Sabian, ia menatap Bima sambil tersenyum dan meminta ijin kepada Sabian untuk menutup telepon."Maafkan aku sayangku, mama menerima telpon ayah sibuk mengobrol jadi tadi mematikan kompornya," ucap Kirana."Jadi ayam bumbu kuningku belum matang?" Bima menggerutu kesal.Kirana merasa tak enak ia segera menyalakan kompor kembali memasak ayam bumbu bali pesanan putra kesayangannya, Bima sudah menunggu di tempat makan sambil menggerutu kesal, bisa-bisanya mama lupa memasak untuknya karena mengobrol dengan sang ayah melalui telepon."Masakan kesukaanmu sudah matang sayang," Kirana meletakkan ayam bumbu bali ke meja makan."Karena aku lapar aku akan segera makan, lain kali aku tidak mau mama menomor satukan ayah," ucap Bima sambil menatap ayam goreng bumbu bali di atas meja.Kirana meminta maa
Hanna menyapa nyonya Presdir yang sedang duduk di sofa ruangan presdir, ia tersenyum menyapa kembali Hanna yang tampak cangggung."Maafkan putraku yang berbicara tidak sopan padamu Hanna, biarkan aku yang memakan kotak makan yang kalian belikan," ucap Kirana dengan senyuman manisnya."Tidak apa-apa Nyonya, maafkan aku yang tidak tahu kedatanganmu," ucap Hanna.Kirana mengambil kotak makan yang di beli Hanna dan Mike untuk Sabian, ia juga mengutus putranya untuk meminta maaf pada Hanna, dia tidak sopan menuduh orang dewasa seperti itu."Bima ucapkan maaf pada tante Hanna," ucap Kirana."Wanita itu mencoba menggoda ayah dengan memberi makanan mama harusnya marah," ucap Bima yang masih bersih keras dengan pendapatnya.Sabian tertawa dengan apa yang diucapkan Bima, entah dari mana bocah kecil itu mempelajari perkataan yang seharusnya diucapkan oleh wanita dewasa yang cemburu pasangannya di dekati gadis muda."B
Sabian mengelus rambut Bima yang ada di pangkuannya, rasa bahagia bertemu dengan orang terkasih itu tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, Sabian hanya takut jika dia berbicara tapi tidak ada tindakan akan di sebut pria yang banyak bicara tanpa bukti."Sayang, ayah memang tidak pernah mengucapkan rasa bahagia ayah, sekarang bolehkan ayah bertanya pada Bima apakah jika ayah pulang kerja selalu terlihat letih dimatamu?" ucap Sabian kepada Bima."Ayah selalu terlihat bahagia saat bertemu Bima sepulang kerja," ucap Bima dengan wajah yang gembira.Sabian menjelaskan ke putra sulungnya bahwa Sabian tidak akan pernah bisa mengungkapkan rasa bahagianya di depan semua orang, tetapi lebih baik menunjukkan tindakan yang akan terus di kenang oleh orang-orang tersayangnya.Mike berpamitan pulang karena berjanji membelikan makanan kesukaan anaknya, ia berpamitan kepada tuan muda kecil dan bosnya."Presdir, Nyonya, dan tuan muda kecil, saya pamit
Bima sungguh penasaran dengan apa yang akan di berikan untuknya, Sandra dan Lusi sudah mempersiapkan hadiah istimewa untuk keponakannya itu, sebuah kotak berbalut kertas kado dengan gambar khas anak laki-laki yaitu super hero di berikan kepada Bima."Bima keponakan bibi Lusi yang tampan, ini adalah kado istimewa yang sudah di siapkan oleh paman Sandra unttukmu," ucap Lusi memberikan kotak kado untuk Bima yang manis."Terima kasih bibi Lusi dan Paman Sandra tetapi aku kan belum ulang tahun, kenapa aku di beri kado?' ucap Bima yang penasaran sambil menerima kado itu.Sandra menjelaskan bahwa tidak hanya orang yang sedang berulang tahun saja yang menerima kado, tapi untuk orang tersayang keluarga akan rela merogoh kocek untuk memberikan hadiah istimewa termasuk kepada Bima yang akan masuk sekolah tahun depan.“Paman memberikanmu beberapa buku pelajaran karena paman dengar kamu sudah mengikuri les privat di rumah,” ucap Sandra dengan s
Sabian mengangkat kepalanya yang tadi menunduk, ia tersenyum ke arah Sandra, mungkin kakaknya benar tidak ada gunanya menyesali masa lalu sekarang adalah masa depan yang dia jalani bersama istri dan anaknya."Aku tahu kak semoga di kehidupan ini aku bisa membahagiakan istri dan anakku," ucap Sabian dengan penuh keyakinan."Itu sangat bagus kamu adalah seorang suami, jangan lihat ke belakang lagi karena sudah berlalu, lihatlah hari ini dan seterusnya," Sandra kembali mengingatkan adiknya.Sandra menasehati adiknya agar tidak terlalu mengingat ke belakang yang pasti akan membuatnya sakit, sekarang adalah masa depan yang akan dia jalani bersama orang yang di cintainya harusnya dia menjaga dan melindungi mereka dengan benar."Sepertinya Sandra ada benarnya Sabian, kamu sudah menjadi suami sekaligus ayah untuk orang yang kamu cintai, jalankanlah tugas seorang suami dengan benar," Lusi sedikit menambahi.
Sabian buru-buru mengenakan bajunya mood untuk bercintanya menjadi hilang karena ada seseorang di luar pintu kamar yang mengganggu irama alunan tubuhnya di atas ranjang bersama sang istri, Kirana yang membuka pintu karena Sabian malas meladeni orang yang ada di luar pintu."Mama kenapa tidak menemani aku belajar bersama kakek dan paman?" Bima cemberut dan mengomel saat Kirana baru saja membuka pintu."Masuklah dulu, ayahmu sedang tidak enak badan hari ini jadi mama mengantarnya ke kamar," Kirana membawa Bima ke dalam kamar.Bima berjalan menuju ayahnya yang terlihat sedang kusut wajahnya, ia berada di atas ranjang dengan aura dingin yang menyelimuti ruangan, anak kecil itu duduk di kursi yang ada di kamar Sabian, dia melihat ekpresdi wajah ayahnya yang seolah sedang tidak ingin di ganggu siapapun."Apa ayah sedang tidak ingin aku ada di sini, ayah senang ya kalau aku tidak berada di samping ayah dan
Bima begitu kesal dengan jawaban ayahnya, ia turun dari kursi membuka tirai kamar Sabian yang membuat ruangan menjadi terang benderang karena ada cahaya matahi masuk ke dalam kamar."Bima tolong tutup tirainya ini membuat mata ayah silau," Sabian reflek menutup matanya."Tidak ayah ini sudah siang ayah harus bekerja, jika ayah bermalas-malasan seperti ini bagaimana kebutuhanku tercukupi," Bima masih berdiri di depan jendela kaca sambil memegangi tirai.Mendegar suara ribut Kirana membuka matanya perlahan, ia melihat Bima yang berdiri di jendela lalu melambaikan tangannya untuk mendekat ke arahnya."Kemarilah sayangnya mama, apa kamu ribut lagi dengan ayahmu hari ini?" Kirana memeluk Bima yang setengah merajuk."Kalian sungguh keterlaluan mengabaikan aku di pagi hari," ucap Bima dalam pelukan mamanya.Sabian ikut merangkul anak dan istrinya mengucapkan maaf kepada Bima, saking enaknya tidur sampai tidak menyadari bahwa
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun