Kirana terdiam tidak menyahut pertanyaan Sabian, sementara Bima banyak mengoceh menuntut kedua orang tuanya menuruti apa yang ia inginkan.
"Ayah aku ingin makan burger, tapi mama tidak mengijinkan aku makan fast food," ucap Bima sambil melipat kedua tangannya.
"Putraku tak tahukah kamu jika fast food itu tidak baik untuk pencernaanmu?" Sabian bertanya pada anaknya sekaligus mengetes pemgetahuan anaknya.
Bima menggelengkan kepala, ia tetap bertahan dengan pendapatnya jika ia tetap ingin makan burger, Bima semakin merajuk menginginkan burger.
"Putra ayah jika ayah tidak mengijinkanmu makan fast food bagaimana?" Sabian mencoba menenangkan Bima yang merajuk.
"Aku minta sama paman Sandra pasti semua keinginanku akan di kabulkan olehnya," ucap Bima yang masih merajuk.
Kirana tak enak hati dengan ucapan Bima, ia merangkul erat lengan tangan Sabian berharap suaminya tak marah dengan ucapan Bima, memang benar sejak lahir Bima selalu di manja oleh San
Sabian mulai bergerilya menikmati indahnya tubuh istrinya, sedangkan Kirana pikirannya terus melayang ke masa lalu sang suami."Sayang bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ucap Kirana dengan suara lirih."Ayo kita berbicara di atas ranjang saja," ucap Sabian sambil menggendong Kirana ke atas ranjang.Sabian melucuti atasan yang di pakai Kirana dengan pelan penuh perasaan, melihat wajah sendu istrinya ia menahan hasrat dalam jiwanya, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya."Apakah ada kenanganmu bersama seseorang di tempat ini?" ucap Kirana dengan lirih."Aku tidak pernah mencintai seorang wanita sebelumnya," Sabian meyakinkan Kirana.Sabian menganggap wanita hanya menjadi beban dalam perjalanan karirnya, mereka banyak menuntut dan selalu ingin di mengerti bahkan akan metajuk saat sang pria tidak mengangkat telpon atau membalas pesan singkat padahal ada hal yang penting yang di kerjakan para pria, terlebih
Kirana membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu ruangan restoran sekaligus tempatnya menginap, ternyata adalah seorang pelayan yang mengantarkan makanan, ia mempersilahkan masuk pelayan itu dan mereka segera denan sigap menata makanan di atas meja, aroma masakan yang menggoda membuat perut semakin keroncongan."Maaf nyonya kami hanya ingin mengantarkan makanan yang di pesan," ucap para pelayan itu."Silahkan masuk dan hidangkan makanan," Kirana mencium aroma masakan yang sangat lezat, bahkan ia senditi tidak tahu apa yang di pesan Bima barusan.makanan yang di pesan Bima adalah scrambled egg, salmon shouffle, mashed potato, sedangkan minumannya adalah teh camomile dan susu uht untuk dia nikmati, pelayan meletakkan berbagai masakan yang di pesan dengan rapi di meja makan keluarga cemara itu."Tuan muda kecil ini adalah makanan yang anda pesan barusan, silahkan di nikmati jangan sungkan jik
"Sisanya aku serahkan pada kalian!" ucap Sabian kepada para pengawal yang menjaga kediaman tuan Handoko."Baik tuan akan saya bereskan orang ini," ucap salah satu pengawal.Sabian menggendong Kirana menuju rumah untuk beristirahat, sepertinya mentalnya terguncang akibat ulah Dani Wijaya sang mertua yang sudah benar-benar kelewatan, ia membuat Kirana terbawa emosi dan mengingat kekejaman yang di lakukan oleh ayah kandung beserta keluarganya, sungguh lelaki yang tidak tahu malu, beruntung Sabian kembali ke rumah akibat ada barang yang tertinggal di rumah."Kirana aku akan memanggil Jay ke rumah untuk memeriksamu, jangan banyak bertanya dan bergerak dulu," ucap Sabian sambil menggendong Kirana masuk ke rumah."Apa yang terjadi Sabian, ada apa dengan cucuku, apakah kamu bermain dengan liar semalaman sehingga membuat cucuku lemas seperti ini?" ucap tuan Handoko geram tak tertahankan.
Sabian menatap sinis mertuanya yang kini di berikan suntikan halusinasi yang akan mengakibatkan dia kehilangan kesadaran, orang yang melihatnya akan mengira bahwa orang yang menerima suntikan obat haslusinsi adalah orang yang tidak waras alias gila. Sabian memanfaatkan situasi ini untuk mengiring opini publik bahwa Dani Wijaya menjadi gila karena harta yang di tinggalkan mediang istrinya harus sudah di pindah alihkan ke pewaris yang sebenarnya, dia kehilangan kemewahan dalam waktu sekejap sehingag menjadi frustasi."Maafkan aku, tolong jangan lakukan ini padaku," ucap Dani Wijaya yang sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena di pegang dengan kuat oleh para bodiguard."Menyesal sudah tidak ada gunanya, aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi lebih baik, tapi kamu menyebabkan stress istriku kambuh," ucap Sabian yang tidak terima istrinya mengingat kejadian masa lalunya yang kelam sehingga jatuh sakit.Proses peny
Sabian mengelilingi kamr yang Kirana dulu pernah tinggal di sana beberapa tahun, saat semua beban dia pikul sendirian apalagi menagndung seoarang anak yang tidak dia inginkan kehadirannya, kepala pelayan di villa Sandra sangat kebingungan saat tuan muda keduanya bertanya mengenai tempat yang pernah disinggahi oleh istrinya dulu. "Tu-an muda benar kami selalu membersihkannya setiap hari, letak barang masih sama persis saat terakhir nona Kirana dan tuan muda kecil menempati kamar ini," ucap kepla pelayan terbata, ia takut salah berbicara karena bisa mengakibatkan perpecahan konflik antara kakak beradik itu. "Katakan dengan jujur apa Sandra memperlakukan baik istriku kala itu, apa sebenarnya dia sudah tahu kalau anak yang di dalam kandungan Kirana adalah benih cintaku?" ucap Sabian menatap pigura dengan foto bayi baru lahir yang terpajang di ruangan itu. Kepala pelayan menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan tuan m
Sabian menyeringai tipis saat melihat keluarga yang pernah menyakiti istrinya sangat tertekan dengan kedatangan Dani Wijaya yang seperti orang gila akibat suntikan halusinasi yang di berikan padanya, apalagi melohat Tania yang frustasi menanggapi banyaknya pertanyaan yang di berikan oleh wartawan."Nona Tania jika berita tidak benar kenapa kamu sekarang bersembunyi di desa kecil seperti ini?" ucap Wartawan."Ini semua perbuatan Kirana, ia memutar balikkan fakta, dia sengaja membuat kami semua menderita," ucap Tania dengan lantang.Wartawan terus memberikan pertanyaan kepada Tania dan keluarganya, ibunda Dani Wijaya tampak mengusir wartawan yang datang ke kediamannya, melihat Dani Wijaya yang bersikap tak terkendali pihak pengelola asrama membawanya ke rumah sakit jiwa demi keamanan bersama."Mohon maaf semuanya karena ada orang yang mengalami gangguan jiwa di sekitar wilayah perusahaan perkebunan kam
Sabian menggelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa dia tidak akan menginap lagi malam ini, tugasnay sudah selesai, ia suah menyaksikan betapa malu dan terpuruknya tiga wanita yang menyakiti Kirana, secara perlahan pembalasan yang ia lakukan di perintahkan kepada kepala pegawai perkebunan Sandra yang telah ia berikan uang tambahan setiap bulannya sebagai ucapan terima kasih."Aku tidak akan menginap lagi, terima kasih telah menjamuku selama aku disini, aku harus kembali ke ibukota," ucap Sabian dengan bersemangat."Kalau begitu makanlah dulu tuan muda kedua, agar tidak merasa lapar di perjalanan," ucap kepala pelayan.Sabian menuruti kepala pelayan yang mengelola villa kakaknya, mungkin dia sudah mengabari Sandra bahwa Sabian menginap di villa miliknya yang ada di desa, waktu terasa begitu cepat semoga keluarga wijaya khususnya nyonya wijaya dan Tania bisa instropesi diri dari kesalahannya, Sabian segara berangkat menuj
Sabian senang Bima sangat antusias untuk belajar ke sekolah, berarti memang ada kemauan untuk terus berkembang dari dalam diri anaknya, mungkin memang harus di latih sejak kecil agar nanti jika sudah dewasa Bima sudah terbiasa dengan banyak tekanan ataupun bahaya yang mengintai dirinya. "Bima tahun depan kamu bisa bersekolah, tahun ini kamu mengikuti kursus di rumah dahulu untuk persiapan sekolah" ucap Sabian dengan lembut. "Ayah memang yang terbaik, aku sayang ayah," Bima memeleuk ayahnya dengan gembira. Sabian sarapan dengan perasaan yang tak terkira gembiranya, mereka bersenda gurau dengan keluarga kecil yang membuat hati bahagia, karena waktu sudah siang Sabian berpamitan untuk ke perusahaan, ia meminta Bima untuk tetap menurut dengan sang mama. "Bima, ayah berangkat kerja dulu ya, ingat jangan nakal dan tetap patuh pada mama ya," ucap Sabian sambil mengecup kening sang putra. &nb