"Mama cantik sekali," Bima berteriak senang.
"Bima kamu juga sangat tampan," ucap Kirana melempar senyuman ke arah Bima.
Asisten Doni juga terpukau oleh kecantikan Kirana, sekarang dia mengerti kenapa tuan mudanya sangat menyukai Kirana, selain wajahnya yang cantik, karakter nya juga lembut mampu menahan amarah untuk menghadapi orang yang menyakitinya pikirannya juga matang dan cerdas, entah apa yang terjadi nanti jika tuan muda kedua menemukannya.
"Doni apa yang kamu lamunkan, ayo kita berangkat?" Ucap kirana melambaikan tangan di depan wajah Doni.
"Ah nona Kirana maaf aku terpukau akan kecantikan yang kamu pancarkan, mari kita berangkat," ucap Doni seraya berdiri dan berjalan menuju mobil.
Kirana hanya tersenyum kecil melihat tingkah lucu seornag asisten seperti Doni, mereka menuju kediaman keluarga Manopo untuk menghadiri acara perjamuan makan malam sekaligus pertunangan Sandra dan Lusi.
Bima sangat senang dapat memeluk langsung ayah biologisnya, ia menatap mata Sabian yang sungguh mirip sekali dengannya, senyuman di wajahnya semakin melebar."Ayah apa kamu percaya bahwa aku ini adalah anak kandungmu?" Ucap bocah cilik itu."Jangan mengada-ada aku ini pria single," ucap Sabian.Bima mengatakan bahwa sebentar lagi dia akan membuktikan kalau dia benar adalah putranya, karena sudah terllau lama Bima meninggalkan mamanya, ia berlari dan berteriak kepada Sabian bahwa ingin berjumpa lagi dengannya."Ayah bukankah baju kota sudah sama berarti kita memang sehati, oh iya aku harus pergi nanti mamaku mencariku, besok aku akan mencarimu lagi," ucap Bima seraya berlari meninggalkan Sabian."Baju yang sama dengannya," Sabian melirik jasnya yang memang berwarna senada dengan bocah kecil itu.Jay tersenyum kemudian dia meledek Sabian bahwa anak itu memang m
Han mencoba untuk mengejar Kirana yang membawa putranya pergi meninggalkan pesta perjamuan malan malam di keluarga Manopo."Mau kemana kamu tuan muda Han, lebih baik kamu mengurus mertuamu yang sepertinya terkena sednagan jantung," Doni menghadang Han yang berusaha meraih Kirana."Siapa kamu mengaturku, minggirlah aku harus mengejar Kirana," Han melawan Doni.Cetakkk!Satu jentakan antara ibu jari dan jari telunjuk Doni mampu mendatangkan para bodyguard nya untuk meengurrus tuan muda dari keluarga Subroto."Lepaskan aku, bukan urusanmu juga aku ingin melakukan apapun yang aku mau," ucap Han yang kedua tangannya sudah di pegang dua orang bodyguard."Tuan maafkan suamiku, sekarang kami harus mengurus ayah kami untuk di bawa ke rumah sakit," ucap Tania memohon.Doni memerintahkan kedua bawahnya untuk melepaskan tuan muda Han atas permohonan istrinya dan mengawal
Tania masih marah dengan kejadian di pesta perjamuan makan keluarga Manopo, Han ternyata masih menyimpan rasa untuk Kirana."Pelankan suaramu Tania, aku hanya kngkn tahu kabar Kirana setelah lama menghilang," Han menjawab sambil memainkan ponselnya."Han kenapa kamu menghianatiku?" Tania terus marah.Han menyimpan ponselnya ke dalam saku, berdiri menghardik Tania dia merasa jengkel dengan ulah Tania, Han merasa dia salah memilih seorang istri pada waktu itu."Cukup Tania kamu pikir siapa dirimu, jika ayahmu bukan Dani Wijaya siapa yang mau menikahi anak pembantu seperimu, ibumu hanya beruntung berhasil naik ke ranjang majikan menghianati nyonya rumah yang menolongnya," Han pergi meninggalkan Tania ya g terus mengomel."Han sungguh pria yang tidak berperasaan," Tania tersungkur ke lantai dan menangis.Krieett! Ibu Tania masuk kedalam kamar Tania setelah mendengar percek-cokan antara mena
Sabian memeluk Bima sejenak ia menjawab Kirana sedang ada urusan sebentar jadi tidak ikut ke rumah tuan Alexander."Mama mu sedang ada urusan yang harus di selesaikan, kamu tidak usah khawatir ayah sudah meminta anak buah untuk mengawasinya," Sabian mengelus rambut putranya."Ayah memang yang terbaik tapi, ayah kenapa sudah bertahun-tahun tidak menjemputku dan mama?" Bima mengeluarkan kalimat yang membuat hati Sabian sedih.Bukan tidak mau menjemput tetapi Sabian tidak tahu dimana Kirana bersembunyi, jika tahu dengan segera mungkin sabian akan membawa Kirana pulang dan menikahinya secara resmi."Sayang dimana kamu tinggal selama ini?" Sabian harus memastikan dimana Kirana tinggal selama ini."Aku tinggal di rumah paman," Bima menunjuk Sandra.Uhukk!Sandra tersedak saat Bima mengatakan yang sebenarnya kepada Sabian, akhirnya apa yang di takutkan Sandra terjadi juga
Sabian tidak menggubris orang itu ia menutup pintu mobil untuk Kirana, sedangkan dia sendiri berniat segera meninggalkan kediaman Dani wijaya."Tuan muda Sabian jangan tidak sopan membawa putriku pergi dari rumah begitu saja, bukankah kamu harus meminta ijin dariku lebih dulu?" Dani Wijaya mencoba menjilat sabian."Katakan saja apa yang kamu inginkan, aku tidak punya waktu untuk meladenimi," Sabian menatap sinis tuan wijaya.Dani wijaya mengatakan bahwa ia mendengar bahwa Kirana melahirkan seorang putra yang di dapat dari benih tuan muda Sabian tentu saja Dani wijaya meminta keuntungan darinya, ia meminta Sabian untuk segera membawa Kirana naik ke pelaminan dengan mahar yang ia tentukan."Jadi tuan muda Sabian berhubung Kirana melahirkan putra dari mu, aku hanya minta kamu menikahi Kirana secara resmi," ucap Dani wijaya tanpa rasa malu demi kepentingan pribadi."Aku memang akan m
Tania mengendarai mobil meninggal rumah Dani Wijaya, ini Tania berteriak meminta Tania menghentikan mobilnya tetapi Tania tetap melajukan mobil dengan kencang."Semua ini gara-gara anak itu kembali, aku harus menyingkirkan Kirana secepatnya," gerutu ibu Tania."Lebih baik kamu urungkan niat untuk menyakiti putriku, lebih baik kamu tahu diri dan tidak menggagalkan rencana ku," ucap Dani wijaya yang tak sengaja mendengar perkataan Istrinya.Nyonya wijaya minta maaf kepada suaminya perihal perkataannya yang dirasa hanya emosi sesaat, wajarlah kalau seornag ibu melindungi putrinya."Ah sayang aku tidak bermaksud seperti itu hanya emosi sesaat," ucap nyonya wijaya."Ingat Kirana saat ini menjadi tambang emas bagiku, jangan mengacaukan segala rencanaku," Dani wijaya memandang sinis istrinya.Nyonya Wijaya menggerutu kesal karena sang suami tidak bisa di hasutnya sa
Sabian mengutus Mike untuk membereskan beberapa wanita tukang gosip yang mereka temui di taman hiburan, dan juga menemukan siapa yang menyebarkan gosip tentang Kirana.Beberapa wanita tukang gosip bergidik ngeri mendengar nada bicara Sabian dan tatapan matanya yang seakan ingin membunuh."Ja-jadi itu benar adalah tuan muda Sabian yang terkenal arogan dan tidak pandang bulu siapa lawannya, aku telah menyinggungnya matilah aku," ucap wanita yang tadinya tidak merasa sedikitpun takut sekarang ia gemeteran ketakutan."Tuan Mike tolong jangan hukum kami, kami berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatab kami," ucap salahs atau wanita lagi.Mike menggelengkan kepalanya ia berucap bahwa jika tuan muda sudah memberi perintah ia wajib mengerjakan apa yang ia perintahkan."Oh iya kalian dapat berita mengenai nona Kirana dari mana, tolong jelaskan padaku?" Mike meminta agar mengetahui ada di mana berita
Kirana kaget karena tak bisa menghindar dari perilaku Sabian yang tak terduga sebelumnya oleh Kirana."Tentu saja aku berkata seperti itu agar tidak membuat Lusi patah hati, bisakah kamu memberi aba-aba jika akan melakukan sesuatu?" Kirana mendorong tubuh Sabian."Apapun alasannya aku senang mendengar kamu mengatakan itu, memberi aba-aba ya hemm, apakah kamu sedang menginginkan sesuatu yang lebih malam ini?" Sabian memikirkan sesuatu yang mengasyikkan.Kirana memegang kepalanya, apakah yang ada di pikiran Sabian hanya bercinta sepanjang malam saat bersama Kirana.Krieett!Pintu kamar Bima terbuka perlahan bocah kecil itu memanggil orang tuanya."Mama, ayah, kenapa tidak menemani aku tidur?" Bima mengucek matanya satu tangannya lagi memegang Grendel pintu."Ayah akan menemani Bima tidur, mama juga kita akan tidur satu ranjang malam ini," Sabian melirik ke arah kirana
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun