Sabian mengerti apa yang di khawatirkan oleh sang kakak, ia juga mengucakan terima kasih karena Sandra masih memikirkan adiknya walau sudah tua dan berumah tangga, ikatan saudara di antara keduanya terbilang cukup erat.
"Terima kasih telah mengingatkanku kak, aku berjanji akan selalu waspada dengan semua ini, terlebih dengan si pak tua dari keluarga Harjono yang sangat licik itu," Sabian terdengar masih bisa santai.
"Tetaplah hati-hati dan waspada adikku, aku tahu kamu saat ini sedang menyetir tak baik menyetir sambil menelepon, lebih baik aku matikan saja telepon, semoga kamu selamat sampai rumah," Sandra menutup teleponnya ia sungguh khawatir dengan keselamatan adik dan keluarganya walau dia tahu Sabian mempunyai banyak penjaga yang ketat tapi tidak ada salahnya untuk tetap waspada.
Sandra menatap keluar jendela kamarnya dengan tatapan kosong namun pikiran terus berjalan, tuan Alexander menepuk bahu Sandra untuk menyad
Henri sungguh kesal dengan apa yang di katakan kakaknya, dia sungguh bebal di berikan peringatan dan lagi mamanya juga terlalu tidak suka dengan Tania bukankah waktu beliau sangat mendukung mereka yang akan menikah."Mama jangan menjilat ludab sendiri bukankah waktu itu mama sangat mendukung Tania menikah dengan kakak? Dan kamu laki-laki tidak pendirian cobalah renungkan kenapa kamu bisa masuk penjara?" Henri memberikan kalimat yang sangat kejam terhadap mama dan kakaknya."Adik kecilku sekarang sudah besar, jadi apa yang harus aku lakukan pertama kali?" Tanya Han pada sang adik.Henri menasehati Han agar secepatnya menyelesaikan urusan dengan sang istri mau rujuk atau tetap bercerai di pengadilan, kedua minta maaf kepada orang tua karena telah memberikan dampak negative seperti kepikiran ulah anaknya dan menjadi sakit, serta minta maaf secara jentel kepada Sabian. Nyonya Subroto hanya diam seribu bahasa mendengar pernyataan dari putra keduanya kar
Kirana duduk di samping Bima yang masih melihat ke sekeliling rumah makan dalam pikirannya sang mama pergi bermain dengan seseorang di belakang ayahnya. Kirana menopang dagu menggunakan tangan sambil menatap lucu anak semata wayang yang dia miliki."Sayang kamu mencari siapa?" Sabian datang mengagetkan Bima."Ayah ternyata ayah juga datang, aku pikir mama pergi dengan seseorang tanpa sepengetahuan ayah," ucap Bima dengan girang.Sabian tersenyum dan memeluka ankanya, mana mungkin Kirana pergi dengan orang lain sementara dia mempunyai suami yang sangat tampan seperti Sabian ini, Sabian dan Kirana memesan makanan sebelum ikut makan siang bersama dengan keluarganya."Mama memang sengaja datang bersama ayah, tadi ayahmu yang menghubungi paman Sandta akan makan siang dimana hati ini," Kirana mengelus lembut kepala putranya."Oh jadi seperti itu, maafkan Bima yang suudzon sama mama," B
Ibunda Tania mondar mandir di depan pintu rumah, ia khawatir saat mendapati Tania tidak ada di rumah sejak tadi malam.Krieett! Pintu rumah terbuka dan ibunda Tania sesaat merasa terkejut saat melihat putrinya datang dengan gaun yang bagus dan banyak belanjaan di tangannya."Dari mana kamu anak nakal, apa kamu melacur semalaman?" nenek Tania marah sambil membawa sapu di tangannya."Tunggu jangan pukul sembarangan putriku, biarkan dia menjelaskan apa yang terjadi." Nyonya Wijaya menepis sapu yang sudah siap memukul Tania itu.Tania meletakkan bungkusan belanjaan dari tuan Harjono di meja, dia duduk di kursi yang ada di asrama kecil itu, dia menceritakan apa yang terjadi hari ini Tania akan kembali ke ibu kota menjadi selir tuan Harjono pengusaha farmasi besar saingan Alex Farm Corp."Tania kamu memang hebat memaanfaatkan kecantikan untuk merayu pengusaha kaya," ucap nenek Tania dalam hatinya se
Sandra segera menghubungi orang-orang kepercayaannya yang ada di perkebunan untuk menyelidiki kasus tentang perginya Tania dari perkebunan, siapa saja yang terlibat akan di berikan hukuman, karena telah menodai kepercayaan yang Sandra berikan."Aku sudah menghubungi anak buahku ayah, semoga mereka bisa menemukan informasi secepatnya," ucap Sandra penuh harap."Sekarang sudah malam, kalian istirahatlah, besok pasti ada kabar yang lebih mengejutkan lagi entah datangnya darimana," Tuan Alexander mengingatkan anak-anaknya.Sandra kembali ke kamarnya, Sabian pamit pulang karena sudah pisah rumah dengan ayahnya, sesekali dia akan berkunjung untuk memastikan kesehatan ayahnya, Sampai rumah Sabian melihat ke kamar Bima yang sudah terlelap, barulah dia kembali ke kamarnya sendiri."Kau sudah pulang sayang, bagaimana kabar ayah?" Tanya Kirana menghampiri Sabian."Ayah baik-baik saja sayang
Keluarga Subroto kembali melanjutkan sarapan mereka sempat syok atas kehadiran Tania yang begitu toba'tiba dan membuat ulah."Ayah ijinkan aku bertemu dengan Sabian hari ini." Han meminta ijin kepada tuan Subroto."Kau boleh bertemu Sabian tapi tidak boleh membuat kekacauan, ayah sudah pusing dengan ulah kalian berdua sampai ayah malu bertemu orang," Jawab tuan Subroto memperingatkan Han.Kedua putranya meminta maaf dan tidak akan mengulangi perbuatan tercela mereka, Han membuat janji dengan Sabian melalui sambungan telepon mereka akan bertemu saat makan siang di sebuah cafe dekat dengan perusahaan Alex Farm Corp.---"Benar-benar sialan keluarga Subroto itu, aku ingin menghancurkan mereka segera mungkin," gumam Tania sambil berjalan di sebuah mall sudah lama ia tak menikmati hidup seperti ini, tinggal di desa membuatnya sengsara, lama berjalan berkeliling dan melihat barang-barang branded matanya tertuju k
Bima hanya menggelengkan kepalanya, ia terus memasang wajah cemberut lalu melihat es krim yang di bawa paman Sandra barulah wajahnya berunah gembira."Es krim untukmu agar tidak terus berwajah murung," Sandra memberikan es krim untuk Bima."Terima kasih paman, oh iya kalau bertemu nenek sihir di belakang sana, ia ingin mencelakai mamaku." Bima menerima es krim dan memakannya.Sandra melirik ke arah Sabian saat mendengar pernyataan dari keponakan kesayangannya, Sabian hanya mengedipkan mata memberikan kode ke Sandra untuk membuka ponselnya disana sudah dijelaskan apa saja maksudnya."Bukalah ponselmu kak." Sabian mwngambil minuman karena haus."Terima kasih kodenya Sabian, kita harus bertindak jika ada yang membahayakan keluarga kita," ucap Sandra sambil merogoh saku mengambil ponsel.Sandra mengerti apa yang terjadi ternyata ada seseorang yang akan mencelakai adik iparnya, ia sudah mengutus semua anak buahnya untuk berjaga di setiap sudut untu
Kirana sengaja menampar Tania yang tidak kapok melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya, di saksikan banyak tamu sedang bercumbu dengan suami orang di sebuah perjamuan bukankah itu adalah hal yang sangat memalukan."Ini semua pasti ulahmu, kau menjebakku sehingga menjadi tontonan dan di permalukan banyak orang," Tania menuding adiknya."Semua orang di sini menjadi saksinya, aku sedari tadi bersama suami dan keluarga dari pihak suamiku, bagaimana bisa aku menjebakmu?" Kirana menjawab tudingan yang di berikan oleh Tania.Tania kehilangan akalnya ia berusaha mendekat untuk melukai Kirana, sontak nyonya Harjono yang dekat kejadian langsung mendorongnya agar menjauh dari Kirana. Tania terjatub tersungkur ke tanah, sekelompok tamu dari kalangan pebisnis itu langsung menghujatnya."Benar-benar tidak ada kapoknya Tania ini, aku rasa urat malunya sudah putus," ucap seorang pelaku bisnis yang hadir di acara ulang tahun tuan besar Manopo.
Yang membuat Tania membenci Kirana adalah dia lebih cantik dan cerdas darinya, sejak dulu semua orang memuji Kitana dari situlah awal kecemburuan Tania, kumpul keluarga besar selalu Kirana yang menjadi pusat perhatian."Dia selalu cemerlang di segala bidang, semua orang memujinya dan aku selalu kalah darinya, aku benci dia yang selalu mendapatkan perhatian sekitar," Jawab Tania dengan jujur dari lubuk hatinya."Lalu bagaimana kau bisa tega menyakiti perasaan dan fisik adikmu sendiri, bagaimanapun kau itu sedarah dengan Kirana?" Tanya Han sekali lagi.Sedarah tapi dari ibu yang berbeda, ia juga ingin di sayang semua orang maka sejak saat itu dengan dukungan dari ibunya ia secara perlahan menghasut ayahnya mengucapkan kejelekan yang di lakukan oleh Kirana sehingga sang ayah murka tanpa bukti memukul Kirana atau tidak memberinya makan mengurung di kamar, dengan begitu ia mulai di sayang oleh sang ayah sedangkan Kirana secar
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun