Sandra segera menghubungi orang-orang kepercayaannya yang ada di perkebunan untuk menyelidiki kasus tentang perginya Tania dari perkebunan, siapa saja yang terlibat akan di berikan hukuman, karena telah menodai kepercayaan yang Sandra berikan.
"Aku sudah menghubungi anak buahku ayah, semoga mereka bisa menemukan informasi secepatnya," ucap Sandra penuh harap.
"Sekarang sudah malam, kalian istirahatlah, besok pasti ada kabar yang lebih mengejutkan lagi entah datangnya darimana," Tuan Alexander mengingatkan anak-anaknya.
Sandra kembali ke kamarnya, Sabian pamit pulang karena sudah pisah rumah dengan ayahnya, sesekali dia akan berkunjung untuk memastikan kesehatan ayahnya, Sampai rumah Sabian melihat ke kamar Bima yang sudah terlelap, barulah dia kembali ke kamarnya sendiri.
"Kau sudah pulang sayang, bagaimana kabar ayah?" Tanya Kirana menghampiri Sabian.
"Ayah baik-baik saja sayang
Keluarga Subroto kembali melanjutkan sarapan mereka sempat syok atas kehadiran Tania yang begitu toba'tiba dan membuat ulah."Ayah ijinkan aku bertemu dengan Sabian hari ini." Han meminta ijin kepada tuan Subroto."Kau boleh bertemu Sabian tapi tidak boleh membuat kekacauan, ayah sudah pusing dengan ulah kalian berdua sampai ayah malu bertemu orang," Jawab tuan Subroto memperingatkan Han.Kedua putranya meminta maaf dan tidak akan mengulangi perbuatan tercela mereka, Han membuat janji dengan Sabian melalui sambungan telepon mereka akan bertemu saat makan siang di sebuah cafe dekat dengan perusahaan Alex Farm Corp.---"Benar-benar sialan keluarga Subroto itu, aku ingin menghancurkan mereka segera mungkin," gumam Tania sambil berjalan di sebuah mall sudah lama ia tak menikmati hidup seperti ini, tinggal di desa membuatnya sengsara, lama berjalan berkeliling dan melihat barang-barang branded matanya tertuju k
Bima hanya menggelengkan kepalanya, ia terus memasang wajah cemberut lalu melihat es krim yang di bawa paman Sandra barulah wajahnya berunah gembira."Es krim untukmu agar tidak terus berwajah murung," Sandra memberikan es krim untuk Bima."Terima kasih paman, oh iya kalau bertemu nenek sihir di belakang sana, ia ingin mencelakai mamaku." Bima menerima es krim dan memakannya.Sandra melirik ke arah Sabian saat mendengar pernyataan dari keponakan kesayangannya, Sabian hanya mengedipkan mata memberikan kode ke Sandra untuk membuka ponselnya disana sudah dijelaskan apa saja maksudnya."Bukalah ponselmu kak." Sabian mwngambil minuman karena haus."Terima kasih kodenya Sabian, kita harus bertindak jika ada yang membahayakan keluarga kita," ucap Sandra sambil merogoh saku mengambil ponsel.Sandra mengerti apa yang terjadi ternyata ada seseorang yang akan mencelakai adik iparnya, ia sudah mengutus semua anak buahnya untuk berjaga di setiap sudut untu
Kirana sengaja menampar Tania yang tidak kapok melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya, di saksikan banyak tamu sedang bercumbu dengan suami orang di sebuah perjamuan bukankah itu adalah hal yang sangat memalukan."Ini semua pasti ulahmu, kau menjebakku sehingga menjadi tontonan dan di permalukan banyak orang," Tania menuding adiknya."Semua orang di sini menjadi saksinya, aku sedari tadi bersama suami dan keluarga dari pihak suamiku, bagaimana bisa aku menjebakmu?" Kirana menjawab tudingan yang di berikan oleh Tania.Tania kehilangan akalnya ia berusaha mendekat untuk melukai Kirana, sontak nyonya Harjono yang dekat kejadian langsung mendorongnya agar menjauh dari Kirana. Tania terjatub tersungkur ke tanah, sekelompok tamu dari kalangan pebisnis itu langsung menghujatnya."Benar-benar tidak ada kapoknya Tania ini, aku rasa urat malunya sudah putus," ucap seorang pelaku bisnis yang hadir di acara ulang tahun tuan besar Manopo.
Yang membuat Tania membenci Kirana adalah dia lebih cantik dan cerdas darinya, sejak dulu semua orang memuji Kitana dari situlah awal kecemburuan Tania, kumpul keluarga besar selalu Kirana yang menjadi pusat perhatian."Dia selalu cemerlang di segala bidang, semua orang memujinya dan aku selalu kalah darinya, aku benci dia yang selalu mendapatkan perhatian sekitar," Jawab Tania dengan jujur dari lubuk hatinya."Lalu bagaimana kau bisa tega menyakiti perasaan dan fisik adikmu sendiri, bagaimanapun kau itu sedarah dengan Kirana?" Tanya Han sekali lagi.Sedarah tapi dari ibu yang berbeda, ia juga ingin di sayang semua orang maka sejak saat itu dengan dukungan dari ibunya ia secara perlahan menghasut ayahnya mengucapkan kejelekan yang di lakukan oleh Kirana sehingga sang ayah murka tanpa bukti memukul Kirana atau tidak memberinya makan mengurung di kamar, dengan begitu ia mulai di sayang oleh sang ayah sedangkan Kirana secar
Tania mengelap air mata yang jatuh terurai dari mata kepipinya, ia mengangguk mencoba menerima bantuan dari Han, karena ia sudah tidak tahu lagi darimana mendapatkan bantuan untuk menyelamatkan hidupnya yang kacau ini."Kalau aku mau menerima bantuanmu, aku harus membalasmu dengan cara apa?" Tanya Tania di tengah keputusasaanya."Kau masih istriku, kita belum resmi bercerai asalkan kau berjanji akan berubah lebih baik lagi, aku akan membantumu terbebas dari masalah ini," Jawab Han dengan senyuman ramahnya.Tania terbelalak kaget mendengar apa yang di ucapkan Han, laki-laki yang telah ia hianati sebelumnya, lelaki yang tidak pernah ia patuhi selama menjadi istrinya, bahkan Han sempat melayangkan gugatan cerai padanya karena tidak bisa menjaga sikap waktu itu, Tania tertunduk malu ia terus melakukan kejahatan tetapi Han memilih untuk memaafkan."Tapi Han, apakah ini artinya kau akan mencabut berkah per
Kirana menjawab dengan santai apa yang di pwrtanyakan oleh tuan Handoko, terlihat di wajah tuanya yang begitu mengkhatirkan cucunya."Kakek tidak perlu khawatir, Kirana harus menemui tamu yang datang, mungkin ada sesuatu yang ingin mereka sampailan," Jawab Kirana dengan tenang."Ta-tapi Kirana mereka pasti punya niat nahat padamu, aku akan mengutus orang mengusir mereka," ucap Tuan Handoko.Sabian meminta tuan Handoko untuk tetap tenang dan duduk di kursi tamu mendengarkan pembicaraan mereka dengan santai. Sabian menjamin mereka tidak akan berani melakukan tindakan yang membahayakan di kediaman Handoko."Tenanglah kakek, siapa yang berani melakukan kejahatan di kediamanmu ini, mari kita dengarkan apa yang ingin mereka sampaikan pada kita semua,"“Jika terjadi sesuatu pada cucuku kau harus bertanggung jawab, Sabian!” Tuan Handoko duduk di kursi ruang tamu dengan perasaan was-was.Tentu saja Sabian akan bertanggung jawab atas k
Tania menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu tuan Harjono berkompromi dengan siapa, pasalanya hari itu dia sedang menghilangkan rasa penatnya menuju pinggiran desa fengan sawah yang menghijau."Aku kurang tahu waktu itu sedang menuju pinggiran desa, aku menghilangkan penat tiba-tiba ada seseorang membawaku dalam mobil menuju sebuah hotel yang ada di desa," Jawab Tania sambil mengingat hari itu."Apakah hotel itu dengan penjagaan ketat?" Tanya sabian sekali lagi.Tania mengingat sekali lagi, sepertinya hotel itu tidak ada penjagaan yang ketat, karena hari itu tuan Harjono seperti seorang turis lokal yang mengunjungi desa untuk berwisata tidak ada hal yang mencurigakan."Tidak ada Sabian, dia datang seperti turir lokal biasa," jawab Tania singkat."Terima kasih informasi darimu tania, aku masih curiga dia menempatkan mata-mata di desa itu," ucap Sabian masih menduga.
Kirana tersenyum sangat bahagia sepanjang hidupnya tidak pernah melihat Tania sampai ketakutan seperti ini, apalagi meminta maaf sampai tubuhnya bergetar dan wajahnya pucat, mungkin dia sudah menyesali perbuatannya atau hanya berakting/ Kirana masih waspada menghadapi perubahan tidak wajar pada diri Tania bisa saja ini hanya sebuah jebakan yang sudha tersusun rapi."Aku sudah memaafkanmu, tapi kau harus memenuhi permintaanku," Jawan Kirana seraya menatap tajam Tania."Benarkan Kirana, apa permintaanmu Kirana aku akan memenuhinya jika aku mampu," ucap Tania dengan wajah berseri.Kirana mengatakan selain dia harus memperbaiki diri dia harus kembali kepada Han sebagai seorang istri yang baik, jika perlu bekerja agar ada kegiatan jadi tidak gampang terpengaruh orang lain dia juga bisa membantu perekonomian suami, Sejatinya pasangan suami istri itu adalah saling melengkapi satu sama lain, menerima kekuarangan dan kelebihan pa
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun