Beranda / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Satu-Satunya Hal Cerdas yang Badai Lakukan

Share

Satu-Satunya Hal Cerdas yang Badai Lakukan

Penulis: Sara Maureen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sampai detik ini, statusku masih istri Badai.”

Alih-alih meluapkan kemarahannya, Anastasya mencoba sebisa mungkin untuk meredam amarahnya.

Yang kini duduk di sampingnya adalah Shua Tanaka. Serigala berbulu domba yang bisa menjatuhkan orang lain dan menjadikan orang tersebut alas kakinya, masih dengan senyum cantik di wajahnya.

Anastasya dari awal sudah mencoba untuk akrab dengan Shua. Tapi di pertemuan pertama mereka, perempuan itu dengan terang-terangan mengatakan, kalau perempuan seperti Anastasya tidak pantas jadi istri Badai.

Bahwa kehadirannya serupa parasit di kehidupan anak tunggal Alkadri Tanaka tersebut dan seharusnya, kalau Anastasya tidak menginginkan pernikahan itu, ia bisa saja pergi di hari pernikahannya.

Tapi Anastasya tidak melakukan hal tersebut dan membuat Shua menilainya sebagai perempuan tak tahu malu—bersikap seakan-akan ia adalah korban, menuntut banyak pada Badai, tapi berkontribusi dalam kebahagiaan Badai setitik pun tidak.

“Calon mantan istri,” koreksi Shua d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Tidak Seharusnya Ia Menginginkan Istri Orang

    “Babe, kamu di sini.”Badai menoleh dan mendapati Anastasya dengan gaun yang melekat erat dan memiliki potongan yang cukup seksi tersebut, berjalan ke arahnya dengan tenang.Lelaki itu berusaha bersikap senatural mungkin saat Anastasya tiba di sampingnya. “Iya, udah puas ngobrol sama Tante?”“Udah dong. Kami janjian masak bareng minggu depan.”Jawaban Anastasya yang sangat lancar dalam melanjutkan kebohongan yang diucapkan Badai, membuat lelaki itu semakin muak.Namun ia tak menunjukkannya sama sekali dan sepertinya berhasil, karena kolega yang tadinya sedang bicara dengannya, kini memuji keharmonisan Badai dan Anastasya.Badai tersenyum simpul saat menerima pujian tersebut. Mereka masih mengobrol dan sesekali Anastasya masuk ke percakapan tersebut, sampai kemudian MC meminta para tamu yang hadir untuk duduk di kursi yang telah disediakan.“Ngapain kamu di sini?” bisik Badai selagi mereka berjalan menuju kursi yang harusnya ditempati Badai.“Nemenin kamu.”“Aku nggak minta ditemenin.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Sesuatu yang Busuk Pada Akhirnya Akan Tercium Juga

    “Tumben ke sini.”“Kamu nggak tertarik ambil alih The Clouds?”Ksatria dan Yogas tertawa mendengar pertanyaan tersebut, yang jelas-jelas tidak nyambung dengan komentar Ksatria begitu Badai memasuki ruangan.Hari ini adalah hari Minggu, hari di mana anggota VIP Club tidak ada jadwal kumpul. Kalau yang sedang tak ada teman kencan seperti Ksatria dan Yogas, akhirnya memilih jaga kandang alias nongkrong tak jelas di The Clouds.Badai sendiri memilih ke sana karena setelah acara Sadira Group yang melelahkan kemarin, ia butuh sedikit distraksi.“Nggak deh. Mengurus sesuatu dengan komitmen itu bukan gayaku,” elak Yogas yang langsung menuai toyoran di kepalanya dari Ksatria.“Kamu selama ini nggak pernah dikasih sesuatu buat diurus juga sama kakekmu. Makanya kamu ngomong begitu,” ledek Ksatria. “Jadi kalau ada kesempatan begini, ambil ajalah!”Kali ini Badai yang tertawa. Selera humor mereka benar-benar kacau. Siapa pun tahu, di antara mereka semua, Nara, Ksatria, dan Yogas adalah yang masih

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Om-Om Tidak Tahu Malu

    “ASAAA!”“ASA! OM IPANG DATENG NIH!”Badai langsung menghela napasnya mendengar keributan dari arah pintu masuk rumahnya tersebut. Ia menyesal tidak meminta lima excavator menghalangi pintu masuk rumahnya.Di sisi lain, Asa hanya tertawa melihat wajah murung ayahnya. Ia sudah hafal dengan berisiknya para om yang rutin mengunjunginya di rumah tersebut. Mereka masih berada di kamar Asa, dari pintu yang tak tertutup rapat, keduanya bisa mendengar bagaimana ributnya kelima om Asa yang sudah menjajah ruang tengah.Badai mendengar decitan sofa bertemu dengan lantai dari bawah sana. Pasti mereka menggeser sofa hingga ke ruangan lain supaya ada tempat bermain yang luas untuk om-om gila itu dan keponakannya, Asa.“Siap ketemu om-omnya Asa?” tanya Badai sambil menatap Asa yang tersenyum lebar.“Yap! Yap!”“Oke. Doain Papa semoga sabar ngehadapin mereka semua.”Badai tak tahu apakah Asa mengerti ucapannya atau tidak, tapi anak itu tertawa semakin riang dan segera berdiri. Badai pun ikut berdiri

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Perempuan Tidak Tahu Malu

    “Badai ada di rumah?”Satpam itu tak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ketika perempuan di balik kemudi itu menatapnya tak sabaran, akhirnya satpam tersebut mengangguk samar. “Ada, Bu. Tapi ada temen-temen Bapak juga.”“Siapa?”“Pak Ksatria, Pak Yogas, Pak Ipang, Pak Kalu, dan Pak Nara,” terang satpam yang memang sudah hafal di luar kepala teman-teman Badai tersebut.Awalnya kelima lelaki itu hampir tak pernah menginjakkan kaki di kediaman Tanaka tersebut. Tapi sejak Asa lahir, mereka jadi rutin berkunjung, intensitasnya hampir sama dengan keluarga Tanaka yang lain.“Ya udah, buka pagarnya,” perintah Anastasya dengan pongah. Ia menaikkan kembali kaca mobilnya, pertanda tak ingin didebat lagi dan menunggu pagar kediaman Tanaka tersebut dibukakan untuknya.Tak punya pilihan lain, satpam itu memberi isyarat dengan tangannya pada rekannya yang lain yang berjaga di posnya. Pagar tersebut dibuka dan Anastasya langsung mengemudikan mobilnya begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.An

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Bicara denganmu Rasanya Melelahkan

    “Aku antar sampai lobi aja nggak apa-apa?”“Nggak apa-apa. Kalau kamu nganterin aku sampai di ruanganku, nanti banyak yang iri karena suamiku seganteng kamu.”Catra tertawa dan meraih tangan Padma untuk ia kecup punggung tangannya. Hari ini ia dan Padma memang makan siang bersama di Lotte Avenue sebelum kemudian Catra mengantar istrinya kembali ke kantor. “Nanti makan malam di rumah kan?” tanya Padma saat mobil yang dikendarai Catra memasuki area gedung perkantorannya.“Iya. Hari ini aku yang masak ya.”“Oke.” Padma mengangguk senang. Ia memang bisa memasak, tapi memakan masakan Catra juga jadi salah satu hobinya. “Aku mau garlic bread juga, please.”“Siap. Nanti aku bikinin.”Begitu mobil Catra tiba di lobi kantornya, Padma segera melepas seat belt dan mencium pipi Catra seperti biasanya.“See you, Yang.”Catra tersenyum lebar dan melambaikan tangannya sampai Padma tak terlihat lagi di lobi. Padma sendiri segera berlalu ke ruangannya dengan hati gembira seperti biasanya. Meskipun ia

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Bisakah Kamu Bertahan di Sini?

    Badai masuk ke ruang meeting sambil membaca dokumen yang akan dibahas hari ini. Ia mendongak saat duduk di kursinya dan menyapa sebagian peserta yang sudah hadir, termasuk Padma di antaranya.Padma kenapa? pikir Badai saat melihat perempuan itu hanya mengangguk samar dan melengos begitu saja setelahnya.Setelah Badai dan Padma batal menikah, memang ada saat-saat di mana mereka seperti orang asing sungguhan. Yang membedakan adalah mereka merupakan dua orang asing yang sudah saling mengenal.Bukan orang asing yang hanya ditemui sekali karena pernah berpapasan dijalan.Namun seiring berjalannya waktu, hubungan mereka membaik. Memang tidak seperti sepasang sahabat, tapi setidaknya mereka bisa bersikap ramah meski ada jarak.“Sudah hadir semua ya,” ucap Badai setelah kursi terakhir di ruangan itu terisi.Mereka tengah menyiapkan produk baru untuk kategori jamu yang nantinya akan didistribusikan oleh perusahaan Padma sebagai distributor utama. Produk ini juga jadi salah satu proyek terbesar

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kadang Mengalah Bukan Berarti Menyerah

    “Padma, kamu nggak perlu minta maaf.”“Jangan bilang begitu, Dai. Kita semua tahu, semua ini juga ada andil aku di dalamnya.” Padma melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Badai. “Kamu emang harus bertanggung jawab, tapi setelah kita jalani semuanya dan aku berpikir untuk waktu yang cukup lama….“Kamu juga semakin nggak bahagia karena pernikahan ini adalah pernikahan yang aku paksakan ke kamu. Anastasya juga pasti tertekan karena aku paksa dia menikah bukan atas kemauannya.”“Padma,” sergah Badai langsung. “Kamu nggak harus berpikir begitu. Ini semua salahku sejak awal—““Nggak, Badai. Kamu jangan sebuta itu sama aku sampai-sampai kamu mau menganulir kesalahanku.”Tanpa menyisakan kesempatan untuk Badai bicara, Padma segera berlalu dari hadapannya. Bada membiarkan Padma turun sendiri. Ia masih berdiri di tempatnya lama setelah Padma menutup pintu besi yang ia buka dengan susah payah.Kalau ia memaksa untuk turun bersama dengan Padma, maka mereka hanya akan berdiam diri dalam keca

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Keinginan Terlarang

    “Dia masih di dalam?”“Masih, Pak.”Badai menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. “Jangan ada yang masuk kalau saya nggak perintahkan, oke?”Kedua satpam itu langsung mengangguk dengan cepat. Mereka sudah kenal Badai sejak kecil karena sudah bekerja di kediaman Tanaka dari lama. Jadi mereka percaya, kalau Badai tidak akan menggunakan kekerasan pada Anastasya di dalam sana.Tapi setelah tahu apa yang dilakukan Anastasya, mereka jadi agak sedikit ragu mengenai hal tersebut. Mereka tahu bagaimana sayangnya Badai pada Asa, sehingga ada kemungkinan kalau Badai akan melawan prinsipnya sendiri kalau ia mau.&ld

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status