Padma dan Badai tak perlu mendentingkan gelas champagne untuk memberi tahu semua orang mengenai hubungan mereka.
Pergi bersama dan saling menempel seperti pintu dengan kenopnya atau panci dengan tutupnya, sudah lebih dari cukup untuk mengenyangkan jiwa-jiwa haus gosip di antara kalangan mereka.
CrazyRichJakarta: Congratulation for Badai Tanaka and Padma Hardjaja! Setelah beberapa jam sebelumnya masuk ke CrazyRichJakarta karena ‘skandal kecil’-nya dengan Shua Tanaka, Badai Tanaka dikabarkan go public dengan calon istrinya Padma Hardjaja. Apa kabar pernikahan mereka yang akan datang hanya senjata lainnya untuk mengubur skandalnya dengan Shua?
“Kamu pernah penasaran nggak sih
“Ada yang salah, B?”“Nope.”Padma tentu saja tak langsung percaya dengan jawaban Badai. Saat ini lelaki itu jelas-jelas tengah menghindari tatapannya. Mereka tengah menunggu pizza yang dipesan Padma selagi menyantap calamari yang sudah tiba lebih dahulu.“Kamu….” Padma menatap lelaki di hadapannya dengan cermat. “Pernah tidur sama Anastasya ya?”Badai tersedak salivanya sendiri dan Padma sudah tak butuh jawaban verbal dari Badai. Perempuan itu bisa melihat perubahan ekspresi Badai ketika berkenalan dengan Anastasya.Sepupunya yang baru kembali dari Melbourne itu pun mengerling sejenak pada Badai sebelum kembali bersikap sopan, layaknya sepupu pada umumnya.
“Bagaimana kalau kalian menikah bulan depan?”“Hah?!”Ayah Badai dan kedua orangtua Padma langsung tertawa mendengar respons Badai dan Padma, yang lebih mirip seperti teriakan histeris.“Papa cuma bercanda,” timpal ayah Badai masih dengan tawa yang tersisa. “Walaupun sebenarnya Papa juga nggak keberatan kalau kalian menikah secepatnya. Lebih cepat lebih baik kan?”“Kurasa begitu.” Kali ini ibu Padma mengangguk. “Kemarin anak temanku menyiapkan pernikahan mereka juga hanya sebulan, karena calon suaminya harus berangkat sekolah ke Jerman.”“Emangnya ada WO yang mau dikasih kerjaan semepet itu, Ma?” tanya Padma seraya menahan diri untuk tidak mengera
“Jadi kamu benar-benar akan menikah dengan Badai?”Mili jelas-jelas menekankan suaranya di kata benar-benar ketika bertanya pada Padma. Mili memang sudah tahu mengenai isu perjodohan Badai dan Padma.Tapi ketika di hari Rabu ini mereka bertemu untuk makan malam bersama di Ta Wan dan Padma mengajak Mili untuk jadi bridesmaid-nya, Mili merasa ia butuh untuk bertanya dan memastikannya sendiri.“Iya. Jumat nanti kami mau ketemu pihak WO yang udah dihubungin Jack, asisten Badai.”“Wow….” Mili mendesah pelan. “Wow,” ulangnya sekali lagi dengan lebih pelan.“Yeah, wow.” Padma mengulang respons Mili dengan datar. “Ada yang mau kamu bilang ke aku, Mil?”
Badai menatap jam tangannya begitu turun dari mobil. Sudah pukul setengah sembilan malam saat ia sampai di Plaza Indonesia. Ia memang berjanji menjemput Padma karena lagi-lagi mobil perempuan itu masih harus menginap di bengkel dan Badai tak keberatan.Bahkan ia yang menawarkan diri."Apa mobilnya aku bakar aja sekalian?" gumam Badai sambil berjalan masuk dan mengingat di mana letak restoran Ta Wan.Entah kenapa menjemput Padma kini menjadi rutinitas yang cukup menyenangkan.Saat ia memasuki restoran itu, ia melihat sosok perempuan berambut ikal dan duduk memunggunginya, mengenakan blus berwarna baby pink dengan blazer yang disampirkan di punggung kursi.Itu dia Padma-nya."Hai, Hon," sapa Badai begitu tiba di samping
Laki-laki mana yang minta izin dulu sebelum mencium pasangannya?Seumur hidup, baru kali itu Padma mendengar ada orang yang meminta izin untuk menciumnya. Tapi yang lebih terpenting adalah Padma tak tahu kalau ia bisa membeku tanpa memberi jawaban sama sekali.“Hai, Hon,” sapa Badai begitu Padma membuka pintu mobilnya yang berhenti di pelataran lobi.Hari ini Badai memang kembali menjemputnya di kantor. Entah kenapa perbaikan mobilnya belum kunjung selesai.“Hai.” Padma menaruh tasnya di kursi belakang dan memakai seat belt-nya. “Lama nggak nunggunya?”Rasanya… semalam ia seperti bisa melihat sisi lain lagi dari seorang Badai Tanaka. Padma tak pernah berpikir kalau Badai akan menanyakan hal tersebut, sehingga sat
Apa semua perempuan yang berhasil tidur dengan Badai Tanaka akan mengatakan kalau hal itu adalah sebuah prestasi?Karena jelas, apa yang tersirat dari tatapan serta kata-kata yang diucapkan Violet adalah seperti itu. Sebuah prestasi jika bisa naik ke ranjang bersama Badai Tanaka.“Kamu udah pernah tidur sama dia?”Pertanyaan itu membuat Padma menoleh. Siapa lagi yang bertanya kalau bukan Violet? Malam semakin larut dan kini Padma duduk berdampingan dengan Violet.Badai yang tadinya tak rela meninggalkan Padma di antara teman-temannya, terpaksa harus keluar sebentar untuk mengurus sesuatu yang mendesak hingga manajernya sampai mengumpulkan keberanian untuk menghampiri ruang VIP 6.“Kenapa emang?” tanya Padma. “Kamu mau pamer apa aja yang kamu l
“Kayaknya aku mulai gila,” gumam Padma sambil berjalan menuju lift.Siang ini ia baru kembali dari meeting di luar, tepatnya di daerah Kemang. Dan ketika menyadari kalau mobilnya melewati The Clouds Kemang, Padma agak memelankan laju mobilnya untuk menatap bangunan tersebut dengan penuh rasa ingin tahu.Apa Badai ada di sana?Padahal pagi tadi Badai dengan jelas mengatakan kalau ia akan berkeliling cabang Red House di Jakarta untuk quality control.Padma berdecak pelan. Otaknya jadi agak konslet sejak ciuman panas mereka semalam. Rasanya Padma bahkan masih bisa merasakan jejak tangan Badai yang menggodanya di sepanjang garis tulang punggungnya kemarin.
“Bisa nggak kita nginep di hotel aja daripada dateng ke pestanya Shua?” tanya Badai dengan kurang ajar. “Kalau kita nggak bisa bercinta, setidaknya aku bisa menatap kamu semalaman sampai puas.”“Apa kamu pikir aku seperti patung di kolam air mancur?”“Kadang aku berpikir kalau kamu benar-benar lucu, Hon,” puji Badai yang tak bisa menahan tawanya.Ia menghampiri Padma dan meraih punggung tangannya untuk ia cium dengan khidmat (dan berlebihan, menurut Padma).Tatapan Badai tertumbuk pada cincin yang dikenakan Padma malam itu. Cincin yang ia berikan pada Padma sebagai simbol hubungan mereka. “Aku senang kamu belum terpikir untuk buang cincin itu.”“Walaupun aku nggak suka dengan ukuran berliannya, tapi