“Hah?!” Mata Aryani melotot karena pertanyaan dari Marcella. “Apakah aku belum mengatakan padamu bahwa kakakku adalah seorang pria yang sangat tampan?” Marcella menggeleng sambil menyuapkan satu sendok penuh salad ke mulutnya. “Ah… Karena itulah kau sering bingung saat aku bercerita tentangnya. Ka
“Bisakah kau tidak marah?” Ini bukan pertanyaan. Karena Aryani sedang meminta Bayu untuk berjanji. Melihat mata Aryani yang ketakutan, rasa bersalah menangkup hati Bayu. Dia mulai berpikir apakah dirinya selama ini terlalu keras pada saudara satu-satunya yang dia miliki. Meski semua dia lakukan kar
“Kau tidak memberiku pilihan bukan?” Aryani merengut karena merasa bahwa Bayu sedang bernegosiasi dengannya. Melihat wajah Aryani yang merajuk, Bayu tersenyum lebar. Ia meraih laptopnya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Melihat tidak ada jalan lain untuk melunakkan persyaratan Bayu Aryani memi
“Bayu….” Sial! Suara yang keluar justru terdengar seperti desahan. Bayu menghabiskan ruang di belakang Marcella dan mengunci tubuh mereka tanpa jarak. Udara menguar menjadi suhu panas tanpa ampun ketika kedua mata mereka bertemu. Sebuah kerinduan yang sama. Perasaan yang meminta untuk dibebaskan.
“Mam!” Bianca berteriak tidak percaya ketika dia baru saja membuka pintu. Marcella merentagkan tangan lebar dan membiarkan Bianca menyerbu ke arahnya. Kedua ibu dan anak itu berpelukan hangat beberapa menit untuk saling melepas kerinduan. “Wow! So surprise! Momy datang tiba-tiba?” pekik Bianca. M
“Mungkin dia cemburu karena kau dekat dengan seorang gadis di usianya. Sementara dia sendiri tidak setiap saat bisa dekat denganmu.” Nindia menjawab asal sambil merapikan peralatan makan mereka. Marcella mengerutkan kening. Walau mereka terpisah lama dan jauh, sebagai ibu dia mengenal Bianca dengan
Sayangnya hanya Marcella yang terkejut dalam situasi itu. Sosok pria yang duduk di sebelah Aryani bahkan dengan tenang meneruskan menikmati makanan yang tersaji di depannya. Dia seolah mengabaikan kedatangan Marcella. Tidak ingin terlihat bodoh, Marcella menenangkan diri dan melangkah masuk. Pelaya
“Pertanyaan bodoh macam apa itu, Aryani? Kau sama sekali tidak mengenal wanita di depanmu ini. Wanita ini adalah wanita yang arogan bahkan untuk mengakui perasaannya sendiri.” Kata-kata Bayu menusuk tepat di hati Marcella. Meski begitu, Aryani masih berharap sebuah jawaban. Sementara dia menoleh be