Fajar POV
Hari ini sangat penuh kejutan untukku, tadi pagi hatiku begitu gundah namun siapa sangka malam hari hatiku begitu berbunga-bunga. Aku bukan anak ABG namun entah mengapa rasanya hatiku begitu melayang seperti anak SMA yang tengah kasmaran, rasanya aku ingin tersenyum selalu hingga bibirku robek.
Di peluk seperti tadi ah rasanya sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, gadis itu tidak pernah menunjukkan perasaannya kepadaku namun tadi mengatakan semuanya. Bolehkah aku merasa bahagia? aku tahu ia hanya menganggapku sebagai saudara laki-lakinya namun entah mengapa ia menganggap keberadaanku saja itu sudah membuatku sangat bahagia seperti saat ini. Aku sangat bahagia dapat memasak makanan untuknya, terakhir kali ia memakan masakanku itu adalah SMA. Masa dimana ia masih menjadi gadis yang begitu hangat bukan menjadi gadis beku seperti saat ini.
Ah rasanya aku ingin berlama-lama di bawah pancuran air ini namun aku yakin gadis itu sedang menunggu ku,
"Maya kamu lagi sibuk gak?" Sapa Dana kepada orang yang ada di seberang sana."Enggak Dan, ada apa?" Jawab seseorang yang di telfon Dana tersebut."Sini ke Cafe di jalan Melati, kita makan bareng." Ajak Dana dengan nada bahagia, ia ingin meneraktir sahabat wanitanya itu."Yaudah aku siap-siap dulu, 10 menit lagi sampai, bye." Ujar wanita yang di panggil Maya oleh Dana itu sambil mematikan sambungan telfon di antara merekaDana memang menganggap Maya sangat penting di hidupnya karena hanya seorang Maya yang mengerti dirinya yang tidak pernah memanfaatkan dirinya, hanya Maya yang tulus kepadanya.Dana telah menganggap Maya sebagai adiknya yang paling ia sayangi, ia terkadang heran dengan gadis itu, ia cantik namun tidak memiliki pasangan padahal usianya sudah 25 tahun, di mana wanita seusianya pasti sudah heboh mencari calon suami. Tapi tidak dengan gadis bernama Cherna Lasmaya itu, nampaknya Maya sangat senang dengan kesendiriannya.Ban
Setelah selesai sarapan, Harsya dan Fajar memutuskan untuk kembali, Fajar meninggalkan mobilnya di pulau itu dan mereka kembali dengan mobil milik Harsya. Soal mobil yang tinggal di pulau, Fajar tidak risau karena nanti ada anak buahnya yang akan membawa mobil tersebut. Fajar memberhentikan mobil yang ia kemudikan di sebuah pom bensin karena mobil yang ia kendarai memang hampir kehabisan bensin. "Jar aku ke toilet sebentar ya." Pamit Harsya kepada Fajar, gadis itu memang sedang ingin ke kamar mandi. "Hati-hati entar di culik loh." Kelakar Fajar ke Harsya. "Siapa coba yang mau nyulik aku di jam 8 pagi ini? Penculiknya masih tidur kali." Jawab Harsya membalas candaan milik Fajar, lagian dengan bela diri yang ia punya. Ia yakin bisa melindungi dirinya sendiri dengan aman. Situasi kamar mandi pom bensin cukup lengang, Harsya segera menuntaskan rasa ingin buang air kecilnya, seperti perempuan lain setelah buang air kecil Harsya mencuci tangan
"Anak buah ku berhasil mendapat rekaman dari sebuah toko kecil, sepertinya mobil yang di curigai membawa Harsya pergi ke arah kota XY." Jelas Fajar melihat laporan yang telah di temukan anak buahnya. "Baik, saya juga berusaha melacak di mana keberadaan anak saya." Ujar Aldrich dengan dingin, ia langsung mematikan telfonnya dan langsung berusaha mencari tau keberadaan di mana putrinya kini berada. "Tolong lacak rekaman CCTV yang aku berikan, aku tidak mau bagaimana pun caranya kalian harus menemukan keberadaan putriku, bila kalian tidak mampu menemukan di mana keberadaan putriku dalam waktu 1x 24 jam, siap-siap kepala kalian akan lepas!" Titah Aldrich tidak main-main karena baginya putrinya yang utama, buat apa ia mengerjakan orang mahal-mahal bila tidak mampu menemukan di mana keberadaan putri semata wayangnya itu. "Baik bos." Ucap anak buah Alridch di dalam dunia mafia dengan kompak, sedari awal mereka memasuki dunia mafia. Mereka sudah siap dengan semua resikonya lagian uang yang
Harsya POVAhh kepalaku sangat sakit, mereka begitu tega membangunkan diriku dengan seember air dingin dan kini aku tidak dapat berbuat apapun, mereka tidak hanya mengikat kaki dan tanganku namun juga menutup mataku serta menyumpal mulutku dengan sebuah lem, ahhh sialan aku begitu tidak berdaya.Sepertinya penculikku kali ia begitu pintar, dulu waktu SD aku pernah di culik namun tidak sampai 2 jam keluargaku mampu melacak ku namun kini sudah beberapa jam berlalu namun belum ada tanda-tanda mereka menemukan jejak diriku.Gadis yang tampak lemah hingga membuat aku terkecoh itu sangat pintar, ia membuang telfon yang ada di saku bajuku padahal itulah harapan ku agar bisa di selamatkan dengan cepat. Cihhh... Di dunia ini sangat penuh dengan kamuflase dan dengan bodohnya aku terperangkap di dalamnya, di mana Harsya yang selalu waspada. Ahhh aku benci keadaan ini!Arrggghhh aku merasa jijik dengan sentuhan pria itu, ia mengatakan semua kata yang memuakkan. Andai
"Di mana gadis itu?" Tanya seorang pria kepada lelaki yang memiliki bekas luka di bawah matanya."Gadis itu ada di dalam tuan." Jawab lelaki yang memiliki bekas luka itu."Buka pintunya!" Teriak lelaki itu dari balik pintu dan seketika beberapa anak buah yang ada di dalam ruangan yang bersama Harsya langsung membuka pintunya."Selamat datang tuan." Dengan serempak anak buah lelaki yang memiliki luka di bawah matanya itu langsung menyapa lelaki bersetelan rapi itu dengan sopan.Lelaki paruh bayah itu dengan sombong memasuki ruangan itu sambil memandang jijik ke arah tawanan mereka."Tidak ku sangka putri semata wayangnya keluarga Pradigta sangat mudah untuk ku culik, cih mereka terlalu memandang orang dengan rendah." Ujar lelaki paruh Bayah yang memakai jas hitam itu."Buka penutup matanya cepat!" Titahnya kepada para bawahannya dan dengan sigap para bawahannya pun membuka penutup mata milik Harsya."Sekarang kau sudah bisa melihat buk
"Bos bangun bos..." Lelaki yang memiliki luka di bawah matanya berusaha membangunkan bosnya itu. "Enggghh." Kepala lelaki itu berdenyut, ia akhirnya sadar juga setelah 14 menit pingsan karena mendapat Bogeman mentah dari Harsya. "Di mana gadis itu? Aku ingin membunuhnya saat ini juga." Berang lelaki tua itu, ia terlalu memandang sepele putri dari pasangan Pradigta itu. "Maaf bos ia berhasil kabur dan kini anak buah ku berusaha menangkapnya kembali." Ucap Bambang, lelaki yang memiliki luka di bawah matanya itu. "Ahhh apa yang harus ku katakan pada bos kita," keluh lelaki tua itu Drettt... Dretttt... Dretttt... "Ah bos menelfon pula di saat tidak tepat seperti ini," Lelaki tua itu Frustasi melihat notifikasi yang masuk ke dalam hpnya. "Iya bos." "......" "Maaf bos, gadis itu begitu licik. Ia berhasil melarikan diri." "......" "Maaf bos, kami akan menangkap gadis itu." "....." "Baik bos." Tu
Hari sudah sore namun Harsya masih belum bisa keluar dari hutan tersebut, ia pun memutuskan untuk menangkap ikan dan menganggangnya karena kini perutnya sudah keroncongan. "Akhirnya aku mendapatkan mu." Ucap Hardys tersenyum puas melihat ikan yang telah ia tangkap dengan mengorbankan blazernya menjadi jaring untuk menangkap ikan. Untung saja ia di sekitar sungai itu terdapat ranting-ranting pohon yang kering jadi bisa ia buat menjadi api unggun kecil. Harsya membersihkan ikannya dengan telaten dan menggunakan dedaunan dan tumbuhan yang ada di sekitar sungai untuk menjadi penyedap ikan yang akan ia bakar. Sedari kecil Harsya telah di latih untuk dapat bertahan hidup di sebuah hutan kecil tempat pelatihan keluarganya. "Wah baunya sangat nikmat." Harsya memuji hasil kerja kerasnya, sudah lama ia tidak memasak seperti saat ini. "Sangat manis mungkin karena langsung di tangkap." Komentarnya sambil menikmati semua seekor ikan yang telah ia t
"Setelah menggabungkan semua informasi yang kita peroleh, sepertinya Harsya di bawa ke kota XY di sana juga terdapat pegunungan yang terkadang di kunjungi pendaki namun sudah 2 tahun ini banyak binatang buas yang menyerang para mendaki menyebabkan hanya sedikit pendaki yang mau mendaki ke sana dan laporan yang anak buah saya peroleh dari gunung tersebut adalah banyak orang beberapa hari ini mengunjungi gunung tersebut dengan alasan mendaki namun mereka tidak seperti pendaki pada umumnya." Jelas Fajar panjang lebar, lelaki itu berusa menganalis semua data yang ia dapatkan. Fajar tidak dapat gegabah untuk saat ini karena bila ia gegabah sedikit saja maka nyawa Harsya akan menjadi taruhannya. "Malam ini juga pa kita ke sana." Ucap Arora khawatir dengan keadaan sang putri karena hampir seharian anak semata wayangnya tidak di temukan. "Tanpa persiapan yang matang hanya akan membuat kondisi Harsya lebih membahayakan ma." Aldrich berusaha memberikan penjelasan kepada istrin
"Sudahlah, lebih baik aku tutup mata saja daripada mereka sadar aku sudah bangun. Tidak ada untungnya juga aku mendengarnya omongannya mereka karena pada akhirnya semua itu hanyalah kebohongan semata!" gumam Harsya dengan nada terluka. Untung saja ia menutup matanya di waktu yang tepat karena setelah ia menutup matanya, Aldrich menoleh ke arah dirinya karena Aldric merasa ada yang memperhatikan dirinya."kenapa Pa lihatin Harsya kayak gitu?" Arora sadar suaminya terlalu lama melihat ke arah ranjang dimana putrinya terbaring saat ini. Arora juga melihat ke arah suaminya melihat, Arora hanya melihat putrinya tertidur lelap seperti sedia kala."Enggak Ma, entah kenapa tadi Papa rasa Harsya sudah bangun. Namun, ternyata itu hanya perasaan Papa saja." Jelas Aldrich sambil tersenyum canggung agar istrinya tidak bertanya lebih baik lagi kepadanya."Yaudah Pa lanjut makannya cepat," ucap Arora sambil menyerahkan sesendok makanan ke arah mulut suaminya dengan begitu mesranya. Keduanya makan de
"Air," Bukannya menjawab pertanyaan yang Fajar lontarkan, Harsya malah meminta air dari lelaki itu. Sebenarnya sedari tadi Harsya sudah merasa tenggorokannya kering, tetapi waktu sangat tidak tepat bila ia meminta air sejak awal."Ini airnya," ucap Fajar dengan telaten memberikan air yang Harsya inginkan. Lelaki berusia 26 tahun itu juga membantu gadis yang ia cintai duduk terlebih dahulu agar Harsya bisa meminum air yang dirinya inginkan. Fajar juga sengaja tidak mendesak pertanyaan yang ia lontarkan kepada Harsya terlebih dahulu karena Fajar tentu saja sangat mengerti bagai sikap gadis yang hanya menganggap dirinya sebagai saudara itu."Sudah kan? Mau apa lagi?" tanya Fajar dengan lembut. Hati Harsya pun hangat mendengarkan perkataan lelaki itu, ternyata selama ini koma Fajar tidak berubah dan selalu saja bersikap hangat kepadanya. Bila kali ini Harsya boleh egois, Harsya hanya menginginkan Fajar tidak pergi dari kehidupannya. Harsya berpikir bahwa bila lelaki itu meninggalkan, maka
Kini sudah tepat 20 hari Harsya belum juga membuka kembali kedua bola matanya. Gadis cantik itu masih saja betah di dalam mimpi indahnya, semakin hari pun semakin menyiksa untuk Fajar. Bahkan kini Fajar terlihat sangat berantakan, janggut-janggut halus mulai tumbuh di wajahnya. Lelaki yang bisa terlihat bersih itu pun, kini sudah sangat berantakan. Rasa takut kehilangan yang ia punya mengubah dirinya menjadi orang lain. "Apakah kamu masih bentah dengan mimpi indahmu? Tidakkah kamu merindukan aku? Apakah kamu tahu bahwa lelaki brengsek yang menjadi penyebab dirimu terluka kini sudah mengetahui bagaimana keadaan mu Sya. Lelaki itu merasa bersalah, tetapi aku merasa dirinya tidak benar-benar merasa seperti itu. Ia bahkan ingin menjengukmu bersama kekasihnya yang sangat menjijikkan itu. Ah aku tidak habis pikir, kenapa Tuan Aldrich tidak bertemu dengan dirinya, agar Tuan Aldrich tahu seberapa menjijikkan lelaki itu dan seberapa tidak pantasnya lelaki itu bersanding dengan mu!" ungkap Faj
"Harsya mengapa kau masih saja menutup matamu yang indah itu? Aku ingin melihatnya. Apakah kamu tidak lelah tidur sepanjang hari? Sudah 18 hari tapi kau masih saja menjadi putri tidur," Fajar berbicara dengan Harsya yang sedang tertidur lelaki itu menggenggam satu tangan Harsya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus wajah gadis yang kini sedang tertidur dengan lelap itu. Ketika Fajar menjaga Harsya. Lelaki itu akan selalu mengajak gadis yang terbaring koma itu berbicara seperti saran yang telah dokter berikan kepadanya. Ia pun memanfaatkan semua itu untuk mengatakan kepada gadis yang merelakan nyawanya demi dirinya, bahwa ia sangat kehilangan gadis kecilnya. "Apakah kau tau bahwa ibumu sangat merindukanmu, setiap ia menjagamu ia akan selalu membawamu berbicara. Beliau terlihat sangat menyaingimu, kau tau tuan Adlrich yang biasanya minim ekspresi pun kini sudah mulai mengeluarkan ekspresi. Walaupun ia hanya dapat menangis dan berwajah murung saja, namun itu sangat lucu buk
15 hari berlalu, namun Harsya belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar. Setiap hari Fajar, Adrick serta Arora menjaga gadis kesayangan mereka. Firasat seorang ibu tidak dapat dibohongi, pada akhirnya Arora mengetahui keadaan putrinya karena ia sangat curiga dengan gerak gerik sang suami. Apalagi Fajar tidak mengikuti Harsya pergi liburan, sungguh mencurigakan apalagi selama ini Fajar tidak akan membiarkan Harsya untuk pergi sendirian. Karena firasatnya yang sangat tidak enak, Arora memutuskan untuk mengikuti suaminya dan ia sangat terkejut ketika suaminya pergi ke rumah sakit. Hatinya khawatir dengan keadaan suaminya namun suaminya sangat sehat bila dikatakan sakit. Tak mau menduga-duga, Arora tetap mengikuti suaminya. Ia terkejut melihat suatu ruangan yang di kunjungi suaminya dijaga sangat ketat oleh para bodyguard mereka. Tanpa memperdulikan anak buahnya Arora langsung masuk ke ruangan itu. Matanya membulat sempurna melihat anaknya terbaring lemah di brangkar rumah sakit
Sudah 4 hari berlalu namun tidak ada kabar kapan gadis bernama Harsya Pradigta akan bangun. Sejak 4 hari yang lalu, Fajar tak meninggalkan rumah sakit itu samasekali. Untuk urusan bisnis perusahaan yang di pegang oleh Harsya, Aldrich yang mengatur tugas itu akan dilakukan oleh anak buah terpercayanya. Arora sampai saat ini tidak tau bagaimana keadaan putrinya, ia hanya tau bahwa Aldrich mengatakan kepadanya bahwa Harsya sedang berlibur ke negara tetangga karena ia lelah akibat penculikan dan memilih menenangkan dirinya. Sekalian mencari suasana yang baru untuk hatinya. Walaupun Arora sudah bersikeras ingin mengunjungi putrinya namun Aldrich membujuk istrinya dengan baik hingga kabar bahwa Harsya sedang koma tidak di ketahui oleh istrinya itu dan para staff rumah sakit pun menjaga rahasia tersebut dengan baik. Rekan bisnis Harsya tidak tau keberadaan gadis itu. Mereka hanya tau bahwa Harsya sedang berlibur dan Aldrichlah yang akan mengambil semua tugas yang ia punya. "Kamu tidur sana
"Kau tau balasan apa yang akan kau terima karena telah berani mengusik putri dari keluarga Pradigta." Ucap seorang pria memakai Jaz berwarna navy sambil memainkan pisau di tangannya, lelaki itu menatap wanita di depannya dari ujung mata pisau yang ia pegang. "Untuk apa aku takut? Buktinya aku telah mampu membuat wajah gadis menjijikkan itu hancur dan yang paling penting mungkin sekarang nona mu sudah menemui dewa kematian!" Balas dengan sombong wanita yang seluruh tubuhnya diikat ke sebuah tiang, wanita itu tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Wanita yang diikat itu tidak lain tidak bukan adalah Mega, ia diikat di markas keluarga Pradigta dan yang akan menemaninya adalah seorang lelaki muda yang lumayan tampan. Adrich tidak dapat menyiksa wanita iblis itu dengan tangannya karena ia mendapat kabar bahwa putrinya sedang koma, putrinya lebih berarti dari segala-galanya, dan ia harus membuat rencana agar istrinya tidak mengetahui keadaan Harsya yang sebenarnya. Ia ti
"Bagaimana dok keadaan Harsya?" Tanya Fajar ketika salah satu dokter keluar dari ruangan operasi gadis yang ia cintai."Kami sudah berusaha sebaik mungkin dan operasinya juga lancar namun sekarang Harsya dalam keadaan koma karena pisau yang melukai dadanya tergores hingga keluar jantungnya." Jelas Rico sambil menepuk-nepuk bahu milik Fajar, ia tau betapa khawatirkan lelaki itu terhadap keadaan nona mereka."Kapan ia bisa membuka matanya?" Fajar hanya ingin melihat wanita yang ia cintai membuka matanya."Mungkin bisa sampai 3 atau paling lama 10 hari, tergantung respon tubuhnya dan saat ini kami akan memindahkan Nona Harsya ke ruangan ICU agar kami dapat selalu memastikan keadaan nona dengan baik." Jelas Rico dan dari belakangnya, para perawat sedang berusaha mendorong bangkar milik Harsya agar mereka segera dapat memindahkan gadis itu ke ruangan ICU.Fajar langsung memegang tangan Harsya ketika bangkar milik gadis itu di dorong keluar ruangan operasi untu
Dari kejauhan Aldrich melihat putrinya tercinta menjadikan tubuhnya tameng untuk Fajar, ia menyesal terlambat sampai di tempat itu. Andai ia tidak mendengarkan kata Fajar mungkin kini putrinya tidak akan lebih terluka seperti saat ini. Aldrich tau betul bagaimana watak asli putrinya itu, ia rela menyerahkan nyawanya demi untuk melindungi orang yang ia anggap beharga walaupun ia merubah sikapnya namun hatinya tidak akan berubah.Dorrr...Aldrich menempak kaki kanan Mega, sebenarnya lelaki yang sudah berumur itu tidak ingin mengeluarkan senjata terakhirnya namun saat ini pendarahan di jantung putrinya sudah mengeluarkan sangat banyak darah. Ia tidak bisa memperlambat lagi, bisa jadi nyawa putri semata wayangnya itu akan di ujung tanduk saat ini."Bawa dokter cepat!" Teriak Aldrich kepada anak buahnya, sejak awal ia memang membawa 2 orang dokter dan satu perawat bersamanya. Dokter dan perawat yang ia bawa bersama bukanlah sembarang tim medis namun medis yang ia pun