Home / Romansa / Cinta Pengganti / 5. Empat Mata

Share

5. Empat Mata

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2023-06-13 11:20:04

Gilang tidak punya jalan keluar, selain kembali ke rencana awal. Jika dibandingkan dengan Kiya, jelas saja papanya itu lebih percaya pada wanita itu daripada Gilang sendiri. Ulah Gilang selama inilah, yang membuat seluruh kepercayaan Adi hilang kepadanya. Karena itulah, Gilang butuh orang seperti Kiya untuk meyakinkan Adi, dirinya saat ini sudah berubah dan bisa diberi kepercayaan untuk masuk ke jajaran direksi Jurnal.

“Kalau suka, dilamar, Jangan tunggu jadi CEO, baru dinikahin.”

Gilang sontak membeku beberapa saat. Lamunannya tentang Kiya menguap detik itu juga. Kemudian, ia menoleh pelan pada Elok yang tersenyum, dengan pandangan yang tertuju ke halaman rumah. Apa kakaknya tahu mengenai perjanjian yang telah disepakatinya dengan Kiya? Atau, hal tersebut hanyalah sindiran semata, tanpa ada maksud apa-apa.

Lantas, Gilang pun terkekeh hambar untuk menanggapi ucapan Elok tersebut. “Lagi ngomongin siapa, Mbak?” tanyanya pura-pura tidak tahu.

“Kamu, sama Kiya?” todong Elok tanpa ingin berbelok-belok. Ia sedikit memutar posisi duduknya, lalu mengusap perut yang sudah membesar. “Kiya itu pekerja keras, dia jujur, dan … overall dia itu baik. Nggak neko-neko anaknya.”

Don’t judge a book only by its cover, Mbak.”

“Aku nggak lagi ngejudge Kiya.” Elok menoleh tanpa mengulas senyum. “Aku kenal sama Kiya itu nggak setahun dua tahun, Lang. Lebih dari itu, sampai aku sama papa bisa percaya 100 persen sama dia.”

“Itu karena kita banyak uang.” Gilang memberi senyum miring pada Elok. “Coba kalau kita bukan siapa-siapa, memangnya dia mau seloyal itu sama kita? Bullshitlah, Mbak.”

“Kamu ini kenapa, sih, Lang?” Elok jadi bingung sendiri. Bila ada surat perjanjian antara Gilang dan Kiya akan menikah, mengapa sikap adiknya itu terkesan tidak peduli. Sebenarnya, apa yang mendasari hingga surat perjanjian itu dibuat? “Kenapa bawaannya sensi terus sama Kiya?”

Gilang bersedekap. Menghela panjang karena tidak bisa menjawab pertanyaan Elok dengan pasti. “Dia itu nggak tulus, Mbak. Di matanya cuma ada uang, uang dan uang.”

Elok semakin bingung. Yang ia tahu, Kiya bukanlah seorang gadis matre, yang selalu mementingkan uang di atas segalanya. Namun, mengapa pandangan Gilang justru seperti itu?

“Lang—”

“Nggak tahulah, Mbak.” Gilang berdiri dan berniat masuk ke dalam rumah. Namun, sebelum ia melangkah, Gilang menatap Elok dan kembali menghela. “Mulai besok, tolong ajari aku semua hal tentang Jurnal. Terutama masalah yang sering ada di direksi. So, jadikan aku asistenmu mulai besok.”

Kedua alis Elok hampir tertaut mendengar perkataan Gilang. Hampir tidak percaya bila sang adik bisa tiba-tiba berubah dan memiliki niat serius untuk memegang Jurnal. “Serius?”

“Yaiyalah.”

“Terus Kiya?”

“Dia …” Gilang menoleh sejenak pada gadis yang baru saja ditanyakan Elok. “Terserah. Aku sudah nggak butuh dia lagi.”

“Lang, wait, kenapa—”

“Aku ke dalam dulu, Mbak,” kata Gilang memotong ucapan Elok karena tidak ingin lagi meneruskan pembicaraan mereka. Sudah cukup rasanya bekerja dengan Kiya selama beberapa bulan ini, dan Gilang hampir bisa meraih kepercayaan Adi. Jadi, Gilang rasa ia tidak lagi membutuhkan Kiya. “Biar aku panggilkan mas Lex.”

“Aku sudah di sini,” ucap Lex baru saja berhenti di belakang kursi Elok.

Gilang tersenyum. Ikut senang karena melihat Elok yang kembali ceria dan dipenuhi kebahagiaan. “Dicariin dari tadi, Mas.”

Gilang segera berlalu, sembari menepuk pelan pundak kakak iparnya. Namun, langkahnya terhenti di tangga teras saat melihat Adi baru saja keluar dari rumah.

“Mau ke mana, Lang?” Adi terus saja berjalan dan berhenti di depan putranya. Beberapa bulan belakangan ini, Gilang memang menunjukkan kemajuan yang pesat. Putranya itu lebih fokus dengan masalah perusahaan, dan sudah tidak pernah lagi pergi ke luar untuk bersenang-senang, sampai tidak pernah pulang ke rumah seperti dulu.

“Aaa, nggak ada,” ucap Gilang tiba-tiba tidak bisa berpikir apapun. “Cuma mau ke dalam.”

“Ngapain di dalam.” Adi membalik tubuh Gilang lalu merangkulnya. Mengajak kembali ke halaman rumah, untuk berbaur dalam pesta gender reveal sederhana yang diadakan Elok. “Nggak ada orang.”

Gilang tidak dapat mengelak. Ia kembali ke tempat semua, lalu duduk melihat jalannya acara sembari terus menatap Kiya. Sejak Gilang mengetahui status gadis itu yang sebenarnya, ia semakin menjaga jarak. Lebih banyak diam, dan hanya bicara ketika membahas masalah pekerjaan saja.

Gilang akui, Kiya memang menguasai hampir semua lingkup pekerjaan Elok. Gadis itu sangat profesional, dan fokusnya tidak pernah terpecah sama sekali. Namun, kebohongan Kiyalah yang membuat Gilang tidak bisa bersikap ramah seperti dahulu kala.

~~~~

“Mau bicara apa, Lang?”

Setelah pesta sederhana Elok digelar, Gilang meminta waktu untuk bicara empat mata dengan Adi di ruang kerja. Melihat wajah serius putranya, maka Adi menghilangkan senyum yang sejak tadi menghiasi wajahnya.  

“Aku sudah siap masuk lagi ke Jurnal.” Gilang berujar penuh percaya diri, agar Adi juga bisa yakin dengan dirinya.

“Panggilkan Kiya, kalau begitu,” pinta Adi.

Gilang sedikit terkesiap. Mengapa Adi harus memanggil Kiya? Sementara pembahasan mereka hanya perlu diputuskan oleh Adi seorang?

“Kenapa?”

“Papa mau dengar sendiri dari Kiya, apa kamu betul-betul siap terjun ke Jurnal, atau cuma …” Adi mengangkat kedua bahunya sekilas. “Sebenarnya, bagaimana hubunganmu dengan Kiya, Lang? Kenapa nggak ada kemajuan? Katanya kalian dekat, tapi, kenapa kelihatan berjarak? Kalian putus?”

Gilang mengerjap pelan. Di mata papanya, Gilang dan Kiya memang menyatakan kedekatannya, sesuai dengan surat perjanjian yang pernah dibuat. Gilang ingin membuktikan, bahwa ia tidak lagi main perempuan dan bisa setia pada satu gadis saja, yakni Kiya. Di samping itu, Gilang juga sudah menunjukkan keseriusannya dalam memahami seluk beluk pekerjaan Elok dari Kiya selama ini.

Namun, Gilang rasa sudah cukup untuk semuanya. Ia ingin terjun langsung ke dalam Jurnal, dan menghadapi kenyataan yang sebenarnya.

“Setelah dijalani … sepertinya kita lebih cocok jadi partner kerja.” Satu kebohongan, pasti akan ditutup dengan kebohongan lainnya. Itulah yang sedang Gilang perbuat saat ini, untuk meyakinkan Adi.

“Itu karena kalian nggak pernah … jalan berdua.” Haruskah Adi turun tangan kembali, untuk menyatukan Gilang dan Kiya? Seperti halnya dengan putrinya dan Lex? “Kalian berdua itu selalu ketemu di rumah, dan cuma ngurusin pekerjaan. Pergilah keluar sekali-kali, bawa Kiya.”

Setelah kecelakaan, Gilang hampir tidak pernah keluar rumah dalam waktu yang lama. Sangat berbeda dengan Gilang dahulu kala. Yang terkadang tidak akan pulang ke rumah, bila Dianti tidak menelepon dan memintanya untuk pulang.  

“Aku lebih suka ada di rumah.” Dengan kondisi Gilang yang sudah tidak sempurna ketika melangkah, ia tidak punya kepercayaan diri bila harus tebar pesona seperti dahulu kala. Gilang lebih suka mengkoordinir event organizernya dari balik meja, tanpa harus ikut turun ke lapangan. Kecuali, untuk menemui sponsor-sponsor besar, barulah Gilang langsung turun tangan. Itu pun, Gilang akan segera pulang ke rumah bila semua sudah selesai.

“Lang, Papa tahu kamu itu lebih ahli merayu perempuan daripada Papa.” Entah sudah berapa banyak wanita yang dikencani oleh Gilang dahulu kala. Adi sampai sudah tutup telinga, bila mendengar berbagai macam gosip tentang putranya itu. “Jadi, ajaklah Kiya makan malam dan bicarakan lagi hubungan kalian dengan situasi yang berbeda.”

“Pa, bisa kita nggak bicara tentang Kiya?” Gilang harus mengalihkan topik pembicaraan sesegera mungkin. “Aku mau masuk ke Jurnal lagi.”

Adi mengangguk paham dengan keseriusan putranya. “Oke, keluar dan panggilkan Kiya lebih dulu. Papa mau bicara empat mata sama dia.”

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Iin Rahayu
penasaran sama suaminya kiya
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Niatnya Gilang mw mendepak Kiya, eh papanya malah percaya penuh sama Kiya.
goodnovel comment avatar
Ari_82
Gilang jadi temprament ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Pengganti   6. Tidak Sia-sia

    “Bokap gue mau ngomong.” Gilang menarik paksa Kiya, ke sudut ruang tersembunyi di bawah tangga. “Gue barusan bilang mau balik ke Jurnal, tapi bokap minta ketemu sama lo dulu.”“Kenapa Mas Gilang nggak berunding sama saya dulu,” ujar Kiya bicara dengan perlahan. “Harusnya—““Bilang ke bokap, kalau gue sudah siap,” putus Gilang terburu. “Terus, masalah hubungan kita, bilang juga sudah selesai, karena kita lebih cocok jadi partner kerja. Nggak lebih dari itu. Paham, lo?”Kiya mengangguk. “Lain kali, semua masalah harus dibicarakan dan direncanakan—““Ki, mending lo diam, terus masuk ke ruang kerja.” Gilang sudah tidak sabar menunggu keputusan Adi. “Pokoknya lo bilang, seperti yang sudah gue kasih tahu barusan. Ngerti, kan, lo? Entar gue tambahin gajian lo bulan ini. Jangan khawatir.”Mentang-mentang Kiya melakukan semua hal demi uang, bukan berarti Gilang lantas memperlakukannya seperti sekarang. “Mas, ini bukan Cuma masalah uang. Tapi—““Udahlah nggak usah muna,” putus Gilang lagi. “Lo

    Last Updated : 2023-06-16
  • Cinta Pengganti   7. Pecat Aja

    “Sekali lagi saya ingatkan, jangan perlakukan Gilang dengan istimewa,” pesan Adi saat berhenti di depan meja Kiya. “Gilang Mahardika bukan anak pemilik Jurnal, dan dia di sini CUMA karyawan biasa. Tiga bulan bulan pertama, anggap dia anak magang dan jangan mau diperintah sama dia. Paham, Kiya?”Kiya yang sudah berdiri dari kursinya segera mengangguk. “Baik, Pak.”“Pagi semuaaa.” Elok menahan tawa saat melihat Gilang berdiri di balik mejanya. Ia menghampiri sang adik, lalu berdiri di sebelah Gilang dan merangkulnya. “CEO, kan?” bisiknya di telinga Gilang, sambil menepuk keras dada pria itu. “Semangat!”Hanya itu, kemudian Elok melepas tawa sambil berlalu menuju ruangannya. Sekilas, Elok memberi anggukan formal pada Adi, tetapi tidak berniat berhenti melangkah ataupun menegur sang papa.Sementara Gilang, spontan memegang dadanya yang nyeri karena ulah Elok barusan. Akhirnya, daripada harus kembali mengurus Event Organizer miliknya, Gilang memilih menjadi asisten Kiya. Bersabar selama sa

    Last Updated : 2023-06-17
  • Cinta Pengganti   8. Orang Pertama

    Kiya menelan ludah. Menatap Adi dan Elok yang berada di depannya secara bergantian. Kemudian, ia tertunduk dan menghela panjang karena memikirkan nasibnya saat ini. Gilang sungguh keterlaluan, karena sudah membongkar rahasia yang selama ini Kiya simpan rapat-rapat. Hanya satu harapan Kiya saat ini, jangan sampai kedua orang itu memecatnya. Banyak hal yang belum Kiya selesaikan, termasuk biaya sekolah Duta yang memang tidak murah. Karena ingin memberi semua yang terbaik, maka Kiya juga menyekolahkan putranya di tempat yang terbaik pula. “Jadi Ki, saya mau dengar semuanya dari mulut kamu sendiri,” pinta Elok. “Pak Adi dan saya di sini, sudah nganggap kamu itu seperti keluarga sendiri, jadi, ceritakan semuanya dan nggak perlu sungkat.” “Dan jangan ada lagi yang ditutupi,” tambah Adi bersedekap tegak menatap Kiya. Sulit dipercaya, bila Kiya memang benar sudah memiliki suami dan seorang putra. Bahkan, usia putranya lebih tua satu tahun daripada Kasih. Sementara itu, selama ini Kiya sela

    Last Updated : 2023-06-19
  • Cinta Pengganti   9. Omong Kosong

    Gilang menutup pintu ruangan Elok dengan kasar, sehingga membuat sang kakak yang baru saja duduk di kursinya kembali berdiri dan menghardik pria itu.“Apa-apaan, sih, Lang!” Elok menghela panjang, sambil mengusap perutnya dengan kedua tangan. “Belum waktunya lahiran, aku sudah brojol duluan gara-gara kamu!” “Itu!” Gilang menghampiri Elok, sembari mengarahkan telunjuk ke arah luar ruangan. “Si Kiya itu makin besar kepala gara-gara papa nggak mecat dia!”“Lang.” Elok membuang napas kecil, lalu kembali duduk di kursinya. Ia bersandar pelan, kemudian menyalakan perangkat komputer di mejanya. “Setelah aku sama papa ngobrol empat mata, yang bermasalah di sini itu sebenarnya kamu, bukan Kiya.”“Aku?” Gilang menunjuk wajahnya sendiri. Ia menarik kursi yang berseberangan dengan Elok, kemudian menghempas kasar tubuhnya di sana. “Aku nggak ada masalah, Mbak. Tapi Kiya sudah bohongin keluarga kita selama ini.”“Dan dia punya alasan untuk itu.” Elok berusaha sabar, kerena sudah membahas permasala

    Last Updated : 2023-06-21
  • Cinta Pengganti   10. Profesionalisme Kerja

    “Siang, Pak Pemred,” sapa Elok menghampiri Bumi lalu mengulurkan tangan lebih dulu. “Lama kita nggak bersua, ya! Apa kabar? Antariksa baik, kan? Pak Dewa gimana? Galak, nggak?”Bumi segera berdiri, lalu menyambut jabat tangan Elok dengan suka Cita. Ia juga memberi kekehan, karena Elok langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. “Lebih galak dari Bu Elok.”Elok tertawa kecil, lalu mempersilakan Bumi untuk duduk kembali. Ia melihat secangkir kopi yang sudah ada di hadapan, dan tersenyum. Satu langkah kecil ini, bisa membuat Gilang sedikit menurunkan egonya di hadapan semua orang.“Tapi bukan pak Dewa yang ngurus Antariksa, Bu,” lanjut Bumi seraya duduk dengan perlahan. “Pak Reno! Kabar awalnya bu Rindu yang diminta masuk Antariksa, tapi beliau nggak mau karena sibuk ngurus anak sama kuliah.”“Ah! Ya, ya, ya.” Elok jadi memikirkan permintaan Lex untuk berhenti bekerja, setelah anak mereka lahir nantinya. Namun, Elok masih bernegosiasi agar bisa tetap bekerja membantu sang papa di Ju

    Last Updated : 2023-06-23
  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 11

    “Sore Pak Lex,” sapa Kiya yang baru saja berdiri dan hendak pergi ke ruangan Adi. Ia melihat Lex berjalan menuju mejanya, dan memberi anggukan singkat pada saat Kiya menyapanya.“Sore, Ki.” Lex membalas saat sudah berhenti di depan meja Kiya. Ia tersenyum kecil pada Gilang, lalu ikut menyapanya. “Sehat, Lang?”“Sehat, Mas.” Gilang balas tersenyum dan menyapa, sembari membereskan barang-barang di mejanya. Ia melirik sejenak pada Kiya, yang selalu saja terlihat memiliki energi lebih untuk menghadapi semua hal.“Bu El, ada di ruangan pak Adi,” kata Kiya setelah mendengar Gilang membalas sapaan Lex. “Biar saya panggilkan sebentar dan silakan menunggu di ruangan bu Elok.” Kiya mempersilakan Lex masuk ke ruangan istrinya, dan membukakan pintu terlebih dahulu. “Silakan, Pak.”“Terima kasih.” Lex mengangguk dan segera pergi menuju ruangan Elok, setelah kembali menegur adik iparnya.Kiya berbalik, dan segera pergi ke ruangan Adi. Mengetuk pintunya dua kali, kemudian masuk dan menghampiri kedua

    Last Updated : 2023-06-25
  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 12

    “Apa-apaan ini?” Langkah Adi terhenti saat hendak menyeberang ke ruangan Elok. Ia memutar tubuh, lalu menghampiri Kiya yang mematung dan masih berjongkok di hadapan Gilang. Adi tidak meninggikan nada bicaranya. Ia hanya penasaran, apa yang Kiya lakukan sambil berjongkok di hadapan putranya.Mereka tidak mungkin berbuat hal yang bukan-bukan, karena posisi Kiya dan Gilang sangat terbuka. Namun, tetapi saja semua itu membuat rasa penasaran Adi tergelitik.“Kakinya Mas Gilang kambuh lagi, Pak,” lapor Kiya akhirnya membuka mulut. “Harusnya, Mas Gilang itu masih tetap terapi.”“Skala sakit, Lang?” tanya Adi berusaha tidak memperlihatkan kekhawatirannya, karena ia tahu benag Gilang tidak suka dikasihani. “Dari satu sampai sepuluh.”“Lima … enam.”Adi menghela, lalu melihat Kiya yang membuka kaos kaki Gilang. “Kiya, berhenti. Kamu bukan perawat Gilang, dan biarkan dia lakukan itu sendiri.”“Oh …” Mendadak, Kiya jadi serba salah. Namun, ia tetap melepas kaos kaki Gilang lalu meletakkannya di d

    Last Updated : 2023-06-26
  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 13

    “Sudah lihat semua foto dan dokumennya?” tanya Lex kemudian berdiri dari kursinya, dan mempersilakan sang istri duduk di tempat tersebut. Lex mengambil kursi meja rias Elok, lalu meletakkannya di samping Elok. Mereka melihat layar laptop berdua, dan membaca lagi dokumen yang ada di flash disk yang diberikan Bumi.“Aku baru sempat lihat foto-fotonya, tapi belum sempat baca dokumennya.” Elok menoleh pada Lex, yang tetap lurus melihat layar dengan serius. Suaminya itu, memang tidak bisa dipancing jika sedang serius seperti sekarang. Padahal, Elok sudah mengenakan slip dress dan sengaja menurunkan satu tali spaghettinya dari bahu, tetapi Lex tetap saja sibuk membaca dokumen di depan mata. Belum lagi, Elok juga sudah memakai wewangian dengan aroma yang lembut, tetapi Lex …“Kamu sempat tanya siapa suami Kiya?” tanya Lex sembari menurunkan dokumen di layar, sedikit demi sedikit.“Nggak.” Elok meraih lengan kiri sang suami lalu memeluknya. “Tapi, sepertinya teman SMA-nya. Karena, mereka nika

    Last Updated : 2023-06-27

Latest chapter

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 70

    Setelah melalui minggu-minggu yang cukup berat dan melelahkan, akhirnya hari itu datang juga. Hari di mana kemampuan Gilang akhirnya diakui oleh seluruh dewan direksi dan komisaris Jurnal. Sehingga, hasil Rapat Umum Pemegang Saham akhirnya mengeluarkan satu keputusan, yang benar-benar mengubah hidup Gilang sepenuhnya. CEO. Akhirnya, impian Gilang untuk memegang kendali atas Jurnal terwujud sudah. Meskipun tidak mudah, tetapi semua cobaan yang sudah dilaluinya berakhir sepadan dengan hasil yang diterima. “Bunda ke mana, Ta?” Saat memasuki ruang makan, Gilang hanya menemukan Duta tengah sarapan seorang diri. Biasanya, akan ada Kiya menemani karena hanya Duta saja yang sarapan di pagi hari sebelum berangkat sekolah. “Bunda?” Duta menoleh pada Gilang yang menatap ke area dapur. “Emang nggak ada di kamar Papa?” “Papa kira sama kamu?” Tidak melihat istrinya ada di dapur, Gilang lantas menatap Duta yang sudah terlihat rapi dengan seragam batiknya. “Bunda tadi nyuruh sarapan duluan,” ter

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 69

    “O!” Suara kecil nan lembut dari Rezky, membuat Gilang yang baru saja menarik kursi di meja makan menoleh. Ia segera berjongkok, lalu melebarkan kedua tangan untuk menyambut bocah yang kini berlari ke arahnya. Saat Rezky sudah berada di pelukan, Gilang berdiri perlahan sembari menggendong keponakannya itu. “Om, bukan O,” ralat Gilang hanya bisa terkekeh bila mendengar panggilan yang disematkan Rezky untuknya. Padahal, Gilang sudah berkali-kali meralat dan mengajari Rezky agar memanggilnya dengan benar, tetapi tetap saja, keponakannya itu memanggilnya dengan kata “O”. Bertemu dengan Rezky hampir setiap hari, setidaknya bisa mengobati kerinduan Gilang akan kehadiran seorang anak. Namun, Tuhan masih berkata lain dan belum menjawab semua doa-doanya. Selama ini, Kiya belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan, padahal mereka sudah melakukan usaha semaksimal mungkin. “Mama ke mana Sayang?” tanya Kiya yang segera berdiri. Ia memundurkan lagi kursi Gilang, agar sang suami bisa duduk dengan

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 68

    “Makanya kalau istrinya ngomong itu didengerin, Mas.” Kiya segera menyusul Gilang yang baru saja keluar dari kamar mandi, lalu berjalan menuju walk in closet. Mereka berdua bangun kesiangan, karena melakukan berbagai hal hingga larut malam.Padahal, pagi-pagi sekali Gilang akan pergi ke luar kota bersama Adi dan Elok untuk menghadiri sebuah undangan formal. Namun, akibat tidak mau mendengarkan Kiya, alhasil mereka harus terburu-buru melakukan segala sesuatunya.“Untung Duta lagi libur, jadi aku nggak bingung ke sana kemari.” Karena asisten rumah tangga mereka tahu sang majikan hendak pergi ke luar kota pagi-pagi sekali, maka sarapan pagi sudah siap lebih awal. Selagi Gilang di kamar mandi, Kiya pun bergegas ke dapur dan mengambilkan sarapan untuk dibawa ke kamar. “Aaak.”Gilang dengan segera menyambar satu suapan nasi goreng seafood, yang baru disodorkan Kiya ke mulutnya. Sembari memakai pakaiannya satu per satu.“Tarik napas, Bun.” Meskipun mereka kesiangan, tetapi Gilang tidak sepan

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 67

    “Mas.” Kiya mempercepat mendorong trolley belanjaan, sembari memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kiri. Berjalan terburu, ketika melihat seseorang yang baru saja melewati ujung lorong di hadapannya. “Telponnya aku tutup dulu, biar cepat belanjanya. Nanti aku telpon lagi kalau sudah sampe di rumah bunda.” Setelah Gilang mengiyakan dari ujung sana, Kiya langsung mengakhiri pembicaraan tersebut. Ia segera menyusul seseorang yang sempat dilihatnya agar tidak kehilangan jejak. “Tante …” Kiya melepas trolley belanjaannya, agar bisa lebih leluasa menghampiri wanita tersebut. Kiya berhenti di samping trolley belanjaan wanita itu, lalu menelan ludah saat melihat tatapan terkejut nan tajam yang diarahkan padanya. “Tante Amel, bisa kita bicara sebentar?” “Pergi, atau mau saya panggilkan satpam?” Amel mengeratkan pegangannya pada trolley belanjaan. “Tante, sepuluh menit.” Kiya memohon dengan sangat, karena mungkin hanya ini satu-satunya kesempatan yang bisa didapatnya agar bisa bicara deng

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 66

    Gilang menghela panjang, saat menatap pantulan dirinya di dinding kaca. Tidak ada yang berubah. Penampilannya sama saja seperti hari-hari sebelumnya. Namun, hari ini adalah hari pertama Elok kembali ke Jurnal dan Gilang akan menghadapi Adi, juga kakak perempuannya sekaligus ketika bekerja.Menghadapi Adi saja, sudah membuat kepala Gilang pusing tujuh keliling. Sekarang, ditambah dengan kembalinya Elok di dalam tim direksi. Bisa-bisa, kepala Gilang langsung berasap seketika, bila kedua orang itu memberinya setumpuk tugas dan pelajaran sekaligus.“Harusnya, cuti bersalin itu diperpanjang jadi 6 bulan.” Gilang kembali menghela napas dan membenarkan dasi yang masih terlihat rapi. “Tiga bulan itu nggak berasa. Kayaknya baru kemaren mbak Elok itu lahiran, tapi, hari ini tahu-tahu sudah masuk. Coba kalau aku jadi presidennya, aku langsung minta—”“Mas, jadi CEO aja dulu.” Kiya ingin tertawa, tetapi ia tahan. “Nanti kalau sudah jadi CEO, baru kita pikirin cara untuk jadi presiden.”Gilang mel

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 65

    “Sudah minum pilmu, Bun?” Gilang mengingatkan, ketika jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia baru masuk ke kamar, setelah berdiskusi panjang lebar dengan Adi di ruang kerja. Setelah berbicara dengan Garry siang tadi, Kiya tampak tidak ceria seperti biasanya. Akibat pembicaraan tersebut, Kiya lebih banyak termenung dan memikirkan tentang perkataan Garry. “Sudah.” Kiya menyingkap selimut yang dipakainya, ketika Garry menghampiri tempat tidur. Hati Kiya memang terasa lega ketika sudah mengetahui semua hal yang terjadi di masa lalu. Namun, ia merasa miris karena semua hal buruk yang terjadi selama ini adalah ulah ayahnya sendiri. Dengan begini, Kiya akhirnya menyadari perasaan Garry pada dirinya ternyata tidak pernah lekang oleh waktu. Dalam diamnya, Garry terus berusaha keras mencari jalan agar keluarga kecil mereka bisa bersatu kembali. Namun, di saat hal itu hampir terwujud, takdir akhirnya berkata lain. Bahkan, sebenarnya Kiya sudah bisa “move on” lebih dulu daripada

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 64

    Pada akhirnya, Gilang membiarkan Kiya kembali bicara empat mata dengan Garry. Mereka mengantarkan Duta ke hotel yang ditempati pria itu, lalu menuju ke lounge terlebih dahulu. Sebenarnya, Gilang keberatan bila Kiya masih saja bertemu dan bicara berdua dengan Garry. Namun, karena Kiya ingin sekali menuntaskan beberapa hal agar tidak menjadi beban pikiran, maka Gilang pun menyetujuinya. “Jangan lama-lama,” pesan Gilang yang sudah lebih dulu menyuruh Duta mencari tempat duduk. “Kita masih ada urusan habis ini.” “Iyaaa.” Kiya memberi senyum kecil, sambil mengusap lengan sang suami. “Aku cuma sebentar. Temenin Duta dulu.” “Oke!” Gilang meraih pinggang Kiya, dan menjatuhkan satu kecupan di pipi dengan cepat tanpa memedulikan Garry. Jika tidak ada Duta, Gilang pasti akan menyambar bibir sang istri dengan sengaja. Garry hanya diam. Menatap datar dan tidak berkomentar. Tidak ada juga yang harus dilakukannya, karena Garry benar-benar sudah kehilangan Kiya. “Jadi, Gar, ada yang mau aku bica

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 63

    Kiya menutup pintu mobil, lalu melihat ke seluruh penjuru sekolah baru Duta. Dahulu kala, ia sempat beberapa kali menjemput Kasih sepulang sekolah, ketika gadis kecil itu rewel, dan Elok maupun Harry tidak bisa datang menghampiri. Karena tidak ingin merepotkan kakek nenek dari kedua belah pihak, maka Elok pasti akan mengutus Kiya ke sekolah Kasih. Kehidupan Kasih dahulu kala, tidak jauh berbeda dengan Duta. Orang tua mereka sibuk mencari nafkah, dan hampir tidak pernah memberi perhatian secara emosional. Baik Kiya maupun Elok, hanya tahu memberi materi, tanpa melimpahkan kasih sayang yang seharusnya. “Ayo ke kantor dulu,” ajak Kiya pada Duta yang baru saja menutup pintu mobil yang berseberangan dengannya. “Habis ketemu wali kelasnya, nanti Bunda tinggal. Berani, kan?” “Beran—” “Enduuut!” Duta berdecak, saat melihat Kasih melewatinya sambil melambai dari dalam mobil. Sudah seringkali Duta mengatakan, jangan memanggilnya dengan sebutan tersebut, tetapi Kasih tetap saja tidak menghir

  • Cinta Pengganti   Cinta Pengganti ~ 62

    “Kenapa mau pindah sekolah?” Sebelumnya, Kiya sudah menjelaskan pada Gilang tentang permasalah Duta. Bocah itu mengeluh lelah, dan tidak ingin lagi meneruskan sekolah full day-nya. Duta ingin pindah sekolah dengan jam belajar seperti Kasih, tetapi tidak ingin ikut les apa pun di sore harinya.“Capek.” Duta bertelungkup di kasur, dengan sebuah buku pelajaran yang terbuka di hadapannya. “Aku mau pulang sekolahnya kayak Kasih, Pa.”“Terus les kayak Kasih?” Gilang mendesah panjang, saat merebahkan tubuhnya melintang di hadapan Duta. Meskipun sudah tahu jawabannya, tetapi Gilang ingin mendengar langsung dari mulut Duta sendiri.Duta menggeleng. “Aku belajar sendiri aja di rumah, sama bunda. Nggak mau les, capek.”Tatapan Gilang menerawang. Melihat langit-langit kamar yang sudah jarang ditempatinya sejak kecelakaan. Gilang menempati kamar di lantai bawah, untuk memudahkan semua mobilitasnya, dikarenakan kondisi kaki yang pada saat itu tidak bisa bergerak bebas. Daripada harus naik turun tan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status