Dava pergi ke ruang kerja Gavin, tapi ia masih tak menemukan lagi sahabatnya itu duduk di ruang kerjanya. Ruangan itu masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya. Ia tak berpikir bahwa Gavin akan memutuskan tinggal di Bogor untuk waktu yang lama. Ia hanya mengira itu cukup untuk satu dua hari tapi sepertinya Gavin sekarang bahkan akan memilih menetap di sana.
Dava mendengus, ia menutup kembali pintu ruang kerja Gavin dan melangkah keluar. Ia kecewa, sudah seminggu lebih kedua sahabat seakan melupakan dirinya. Tak ada lagi obrolan di grup chatting mereka, bahkan saat Dava mengirim pesan untuk mengajak bertemu. Mereka berdua secara kompak menjawab sedang sibuk dan ada masalah penting yang harus mereka selesaikan.‘Apakah hanya mereka yang punya masalah? Lalu bagaimana denganku? Mereka bahkan tidak tahu dilema apa yang aku alami,' Dava berguman sendiri di dalam lift. Ia menendang dinding lift hingga membuat dirinya meringis kesakitan. Pemandangan itu tepat terjadDava masih belum banyak bicara, hingga makanan mereka datang ia bahkan tidak menyentuh makanan yang sudah tersaji di meja. Mivi menggenggam erat pisau steik dan menekannya kuat-kuat di atas daging hingga menembus piring keramiknya. Dava membuat ia hilang akal hari ini.“Makanlah nanti kamu sakit,” pinta Mivi dengan suara lirih.Dava masih diam membisu, perutnya lapar dan terasa perih tapi ia masih harus memerankan drama ini sedikit lebih lama.‘Sampai batas mana kesabaran yang kamu miliki,' batin Dava dengan hatinya yang licik.Mivi tidak berpikir jauh, ia hanya mengira kekasihnya sedang marah dan tidak tahu niat tersembunyi Dava.“Aku pulang saja sepertinya suasana hatimu sedang buruk!” Mivi berdiri dari tempat duduknya, pergi adalah cara ia mengendalikan amarah yang sudah ingin meledak dari dalam tubuhnya. Kain murahan yang ia kenakan sekarang membuat seluruh kulitnya terasa panas dan gatal, tapi lelaki
Pagi masih dingin dan berembun di kota Bogor, Gavin memacu mobilnya menuju ke toko buku terdekat setelah memastikan Nayara sudah tertidur kembali dengan memeluk novel yang ia baca semalaman tadi. Gavin ingin membeli buku lebih banyak untuk perpustakaan rumah sakit juga membeli beberapa novel edisi terbaru untuk Nayara.Ia kembali ke rumah sakit membawa sekantung penuh novel di pelukannya. Buku-buku untuk perpustakaan akan diantarkan oleh pihak toko buku sendiri nanti karena jumlahnya tidak akan sanggup jika di bawa Gavin secara langsung. Senyum cerahnya menyertai tiap langkah, membayangkan betapa bahagia Nayara mendapatkan buku-buku baru darinya nanti.Langkah Gavin terhenti, ia melihat Roby asisten dari Keanu sedang berada di depan ruangan Nayara, dengan segera Gavin membenamkan tubuhnya ke sudut dinding. Bencana besar akan terjadi jika mereka mengetahui bahwa Gavin sudah menemukan keberadaan Nayara.Di dalam ruang perawatan intensif Nayara me
“Tenanglah, kondisinya sudah membaik dan esok ia bisa ke kamar tempat biasa ia tinggal,” kata dokter Hana begitu keluar dari ruang perawatan intensif Nayara.Gavin tersenyum lebar, ada rasa syukur yang tidak bisa di ungkapkan di hatinya. Seolah semua tali-tali yang mengikat hatinya kini terlepas begitu saja, ia tak lagi merasa sesak.Di kursi panjang Gavin mengambil dua buah novel yang berada di kantung kertas, ia kembali memasukkan novel itu kecelah bawah pintu dan mengetuk pintunya sesaat setelah novel itu berhasil masuk. Nayara tersenyum ketika mendapat dua novel kagi, terlebih yang datang sekarang masih baru dan tersegel rapi dengan plastik pembungkus yang tipis. Setelah Gavin melihat Nayara mengambil kirimannya, ia kembali duduk di lantai dan bersandar di pintu ruang perawatan Nayara dengan senyum yang lebar.Dulu ia pernah memberi Nayara sebuah bucket bunga besar hingga membuat tubuh Nayara tertutup oleh bunga. Senyumnya saat itu sa
Semua yang berada di dalam peragaan busana di sini penuh warna dan berkilauan. Aula ini ditata sempurna oleh Staf Dekor di perusahaan Arka, model yang mereka pilih adalah yang terbaik dari Indonesia bahkan Asia. Untuk pertama kalinya desainer kenamaan Italia menggelar peragaan di negeri ini dengan menggunakan make up premium keluaran terbaru dari perusahaan Arka sebagai pemanis wajah para model. Semua sempurna bahkan para tamu juga berasal dari kalangan atas. Tapi bagi Arka, semua tampak abu-abu, pikirannya terbang jauh ke Australia tempat Ara berada.Ia ingin segera menyusul ke sana, tapi masih ada waktu satu bulan hingga semua tur peragaan Asia Tenggara yang ia adakan selesai. Sudah berulang kali Arka berusaha menghubungi Ara, tapi nomor itu masih tidak aktif. Ia sepertinya sengaja mengganti nomor untuk menghindari Arka.Saat peragaan busana selesai Arka berjalan bersama Steave menyusuri panggung catwalk. Tepuk tangan kekaguman begitu riuh menemani langkah du
Banyak hal yang ingin Dava tanyakan, tapi Arka masih terlalu sibuk menyambut para tamu yang mengucapkan selamat padanya. Dava akhirnya hanya bisa mengekor pada setiap langkah Arka.Bahkan hingga Arka pergi ke parkiran mobil Dava masih saja mengekor padanya.“Ada apa? Kenapa kamu terus mengikutiku?” tanya Arka yang mulai risih pada Dava yang terus menempel seperti permen karet padanya.“Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Pernikahan dengan Ara? Kamu bahkan beberapa hari lalu masih berkencan dengan Anastasya.” Dava tidak bisa berhenti berpikir bagaimana akhirnya Arka bisa memutuskan untuk menikahi Ara. Ada yang aneh tentang itu semua, tapi ia begitu takut berpikir terlalu jauh.Dava mulai memasuki mobil Arka meski tanpa ia suruh, ia bahkan tidak memedulikan bahwa Jordi tengah menunggunya dengan mobil pribadi milik Dava sendiri. Setelah duduk Dava terus menatap ke arah Arka yang masih belum menjawab pertanyaan dariny
Dava pergi ke diskotek tempat ia biasa datang, ia tidak berminat menari di lantai dansa dan hanya menghabiskan tiap seloki alkohol yang tak henti membasahi tenggorokannya. Sejak pertemuan dengan Arka siang tadi ia merasa begitu sesak, persahabatan mereka berada di ujung tanduk hanya karena kesalahan Arka.“Apa yang terjadi?” tanya Rangga melihat betapa frustrasi pelanggan yang sedang berada di hadapannya.Dava menarik nafas dalam, “Persahabatan kami di ujung tanduk.”“Apa kamu membuat kekacauan lagi?” Rangga tahu betul seperti apa persahabatan ketiga pria playboy yang juga pelanggan tetapnya. Arka dan Gavin adalah pria yang selalu berhati-hati pada tindakan yang akan mereka ambil, itulah kenapa mereka bisa menjalankan bisnis dengan baik. Berbeda dengan Dava yang selalu menimbulkan masalah.Dava menatap tajam Rangga setela mendengar perkataan bartender muda itu, Rangga tidak terintimidasi. Ia justru terta
Nayara sudah di pindahkan ke ruang perawatan seperti tempat ia biasanya tinggal selama empat tahun di sini. Tentu saja ruangan itu sedikit lebih luas dan bersih daripada pasien lain karena Nayara adalah pasien VIP di sini.Ini hari kedua Gavin tak berani mendekat pada Nayara, ia selalu menjaga jarak aman agar tidak tertangkap pandangan Nayara. Meski begitu Nayara tahu betul bahwa Gavin berada di sekitarnya dan tak berani mendekat.‘Ibu harus bagaimana?’ Nayara berkata sangat lirih. Anak kecil di sampingnya adalah imajinasi nyata yang harus selalu ia rahasiakan. Beberapa dokter selalu ingin menghapus jejak kecil itu dari dalam dirinya, tanpa mereka mengetahui bahwa itu adalah satu-satunya kekuatan untuk Nayara bisa bertahan selama ini.‘Jika aku memutuskan untuk memegang kembali sambutan tangannya, apakah ia tidak akan menyakiti aku lagi seperti dulu?’‘Bisakah ia menjadi pegangan yang aku andalkan?’
Dava mendapati dirinya tengah terbangun di hotel, saat ia menoleh ke kanan di sebelahnya ada Claire yang masih tertidur dengan pulas. Ia sedikit terkejut hal terakhir yang ia ingat adalah saat dirinya di Bar bersama Rangga.Dava mulai duduk dan memijat kepalanya yang terasa pening. Ingatan mulai bermunculan di benaknya, dari dirinya yang tengah di bopong Claire hingga saat Mivi mengajak ia berpisah. Dava kini merasa seperti di tengah pusaran angin tornado, ia sudah membuat kesalahan besar. Meski ia begitu ingin berpisah dari Mivi tapi tidak dengan cara menyakiti Mivi secara terang-terangan. Gadis itu bukan tipe orang yang akan tinggal diam saat di usik, juga Ayah dari Mivi adalah orang berpengaruh yang jika dia tahu apa yang telah Dava lakukan pada putrinya maka kehidupan Dava sedang dalam bahaya.“Kamu sudah bangun?” tanya Claire dengan mata yang masih menyipit.“Aku dalam masalah besar!”“Kenapa?” Claire mul
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah