Dava duduk di ujung ranjang hotel, bola matanya naik turun menatap wanita seksi yang berdiri di depan tubuhnya. Jemari lentik wanita itu segera merenggut gelas wine dan meneguknya secara nakal di hadapan Dava. Lidahnya menjilat lembut sisi cembung gelas wine, matanya menatap nakal ke arah Dava.
Wanita ini adalah Claire, seorang artis berusia 30 tahunan dan janda satu orang anak. Ia adalah artis paling kontroversial di dunia hiburan saat ini, tidak ada prestasi yang berarti. Suaranya bahkan tidak merdu dan aktingnya sangat buruk, ia hanya mempertahankan popularitasnya dengan berbagai skandal.Claire adalah Friend with benefit bagi Dava, mereka sudah menjalin hubungan terlarang saat Claire masih gadis. Mereka berhenti ketika Claire menikah dengan seorang bule, tapi hubungan mereka kembali terjalin malam ini saat Claire sudah resmi bercerai.“Aku dengar kamu sedang menjalin hubungan dengan Mivi?” tanya Claire sambil melebarkan kedua kakinya dan kini duduk tepGavin memilih Nayara dan melepas semua hingar bingar lelaki cassanova yang selama ini ia sandang. Beberapa hari berpikir membuat ia mengetahui, tak akan pernah ada kebahagiaan lagi jika ia belum melakukan penebusan dosa pada Nayara. Ia tahu betul itu, dosanya pada Nayara bahkan menciutkan nyalinya untuk mengunjungi makam anak mereka.Ini adalah hari kedua ia bertugas sebagai tukang kebun di rumah sakit. Sejak kemarin ia hanya berani menatap Nayara dari jauh. Saat pagi wanita itu hanya duduk diam setelah merapikan rumput liar di taman bunga hortensianya. Saat siang ia akan menikmati makan siang di dalam kamar sendiri, setelah itu ia tak akan pernah keluar lagi dari kamarnya hingga ke esokan harinya.Gavin belum melihat Nayara ikut membaur bersama pasien yang lain. Ia seperti hidup di dunianya sendiri.Pagi ini Gavin masih mengamati Nayara sambil merapikan taman tak jauh dari wanita itu. Dokter Hana memang melarang Gavin langsung bertemu Nayara, ia ing
“Lintang kamu mau ke mana?” pekik salah satu pasien yang melihat lintang tengah berlari sekencang mungkin untuk keluar dari taman rumah sakit jiwa.Begitu mendengar suara teriakan itu Gavin dan Anastasya langsung menoleh ke arah Nayara yang sudah tidak berada lagi di kursi panjang tempat ia biasa duduk. Wanita itu justru sedang berlari menuju keluar rumah sakit. Secepat kilat Gavin segera berlari menyusul Nayara untuk menghentikan gadis itu.Banyak teriakan memanggil nama Lintang, tapi gadis itu tetap berlari tak memedulikannya. Ia seperti berlari mengejar sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh semua orang. Langkahnya semakin menuju keluar gerbang, ia semakin dekat dengan jalan raya. Gavin menambah ritme gerakan kakinya, ia semakin dekat dengan Nayara, tapi wanita itu juga semakin dekat menuju jalan raya.Mata Gavin menangkap sebuah truk besar tengah menuju ke arah Nayara berlari tapi Nayara tak mengetahuinya, ia hanya berlari mengeja
Ara sudah mengemasi barang-barangnya, ia tengah bersiap menuju Australia bersama Tante Geby. Mata Ara menyapu ke sekeliling kamarnya, ini seperti perpisahan yang menyakitkan bagi Ara. Ia masih ingat betapa bahagianya dulu saat berusia 12 tahun bisa kembali ke Indonesia dan bersatu lagi bersama kakaknya. Ia kemudian menemukan dua kakak laki-laki lagi yang kemudian salah satunya menjadi orang yang sangat ia cintai, dan kini karena lelaki itulah ia akan kembali tinggal di Australia.Cintanya pada Arka adalah hal yang sangat mahal untuk di bayar bagi Ara, ia harus merelakan Indonesia, keluarga, pekerjaan bahkan impian pernikahan yang indah hanya untuk melahirkan secara senyap di negeri orang.“Apa kamu sudah siap?” tanya Tante Geby menghampiri Ara di kamarnya.Ara hanya tersenyum simpul kemudian menarik kopernya menjauh dari kamar. Setiap langkah, pikirannya tertarik kembali dengan berbagai kenangan di masa lalu. Ia ingat bagaimana Arka mengobati l
Arka sadar ada kesalah pahaman besar Ara tentang dia dan Anastasya ketika itu. Ia harus menemukan Ara untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi Via sahabat Ara hanya kini menatapnya penuh kebancian terlihat tidak kooperatif.“Itu tidak seperti yang kamu dan Ara bayangkan,” jelas Arka, ia harus meluruskan dulu kejadian waktu itu pada Via jika ingin membuat gadis ini membuka mulutnya tentang keberadaan Ara.Via hanya membalas dengan senyuman sinis yang hanya runcing di satu sisi. Tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya, Arka tahu gadis ini 99% tidak percaya padanya.‘Baiklah percuma aku menjelaskan padanya!’ batin Arka.“Tolong katakan di mana keberadaan Ara, aku harus menjelaskan banyak hal padanya,” Arka memelas, suaranya ia buat serendah mungkin agar Via bisa membantunya.“Kamu sudah sangat terlambat,”Arka tersentak, “Apa yang kamu maksud?” pikiran buruk Arka tiba-tiba be
Dava pergi ke ruang kerja Gavin, tapi ia masih tak menemukan lagi sahabatnya itu duduk di ruang kerjanya. Ruangan itu masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya. Ia tak berpikir bahwa Gavin akan memutuskan tinggal di Bogor untuk waktu yang lama. Ia hanya mengira itu cukup untuk satu dua hari tapi sepertinya Gavin sekarang bahkan akan memilih menetap di sana.Dava mendengus, ia menutup kembali pintu ruang kerja Gavin dan melangkah keluar. Ia kecewa, sudah seminggu lebih kedua sahabat seakan melupakan dirinya. Tak ada lagi obrolan di grup chatting mereka, bahkan saat Dava mengirim pesan untuk mengajak bertemu. Mereka berdua secara kompak menjawab sedang sibuk dan ada masalah penting yang harus mereka selesaikan.‘Apakah hanya mereka yang punya masalah? Lalu bagaimana denganku? Mereka bahkan tidak tahu dilema apa yang aku alami,' Dava berguman sendiri di dalam lift. Ia menendang dinding lift hingga membuat dirinya meringis kesakitan. Pemandangan itu tepat terjad
Dava masih belum banyak bicara, hingga makanan mereka datang ia bahkan tidak menyentuh makanan yang sudah tersaji di meja. Mivi menggenggam erat pisau steik dan menekannya kuat-kuat di atas daging hingga menembus piring keramiknya. Dava membuat ia hilang akal hari ini.“Makanlah nanti kamu sakit,” pinta Mivi dengan suara lirih.Dava masih diam membisu, perutnya lapar dan terasa perih tapi ia masih harus memerankan drama ini sedikit lebih lama.‘Sampai batas mana kesabaran yang kamu miliki,' batin Dava dengan hatinya yang licik.Mivi tidak berpikir jauh, ia hanya mengira kekasihnya sedang marah dan tidak tahu niat tersembunyi Dava.“Aku pulang saja sepertinya suasana hatimu sedang buruk!” Mivi berdiri dari tempat duduknya, pergi adalah cara ia mengendalikan amarah yang sudah ingin meledak dari dalam tubuhnya. Kain murahan yang ia kenakan sekarang membuat seluruh kulitnya terasa panas dan gatal, tapi lelaki
Pagi masih dingin dan berembun di kota Bogor, Gavin memacu mobilnya menuju ke toko buku terdekat setelah memastikan Nayara sudah tertidur kembali dengan memeluk novel yang ia baca semalaman tadi. Gavin ingin membeli buku lebih banyak untuk perpustakaan rumah sakit juga membeli beberapa novel edisi terbaru untuk Nayara.Ia kembali ke rumah sakit membawa sekantung penuh novel di pelukannya. Buku-buku untuk perpustakaan akan diantarkan oleh pihak toko buku sendiri nanti karena jumlahnya tidak akan sanggup jika di bawa Gavin secara langsung. Senyum cerahnya menyertai tiap langkah, membayangkan betapa bahagia Nayara mendapatkan buku-buku baru darinya nanti.Langkah Gavin terhenti, ia melihat Roby asisten dari Keanu sedang berada di depan ruangan Nayara, dengan segera Gavin membenamkan tubuhnya ke sudut dinding. Bencana besar akan terjadi jika mereka mengetahui bahwa Gavin sudah menemukan keberadaan Nayara.Di dalam ruang perawatan intensif Nayara me
“Tenanglah, kondisinya sudah membaik dan esok ia bisa ke kamar tempat biasa ia tinggal,” kata dokter Hana begitu keluar dari ruang perawatan intensif Nayara.Gavin tersenyum lebar, ada rasa syukur yang tidak bisa di ungkapkan di hatinya. Seolah semua tali-tali yang mengikat hatinya kini terlepas begitu saja, ia tak lagi merasa sesak.Di kursi panjang Gavin mengambil dua buah novel yang berada di kantung kertas, ia kembali memasukkan novel itu kecelah bawah pintu dan mengetuk pintunya sesaat setelah novel itu berhasil masuk. Nayara tersenyum ketika mendapat dua novel kagi, terlebih yang datang sekarang masih baru dan tersegel rapi dengan plastik pembungkus yang tipis. Setelah Gavin melihat Nayara mengambil kirimannya, ia kembali duduk di lantai dan bersandar di pintu ruang perawatan Nayara dengan senyum yang lebar.Dulu ia pernah memberi Nayara sebuah bucket bunga besar hingga membuat tubuh Nayara tertutup oleh bunga. Senyumnya saat itu sa
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah