Satu ember penuh baskom berisi es batu seperti baru saja dilemparkan ke wajah Arka setelah mendengar Ara memutuskan dirinya begitu saja. Ia diam membeku dengan wajah yang sangat dingin. Tatapan matanya menjadi tajam pada Gavin dan Ara.
“Apakah kamu serius dengan keputusanmu Ara?” tanya Arka memastikan lagi.
Ara mengangguk, ia juga menahan kelopak matanya untuk tidak berkedip. Matanya sudah penuh akan air, dan dalam sekali kedip air itu akan mengalir keluar. Itu memperlihatkan sisi lemahnya dari keputusan ini.
“Baiklah, kita berakhir sampai di sini,” kata Arka. Sambil mengepalkan tangan ia berdiri dan bersiap meninggalkan ruangan. Dava hanya memijit keningnya yang terasa sakit, seketika penyesalan muncul di hatinya karena sudah duduk di tempat yang salah. Bila mata Dava terus bergerak, sedetik melirik Gavin, detik berikutnya ke Arka dan detik berikutnya berpindah ke Ara itu semua membuat keningnya terasa pusing.
“Benar hanya a
Dokter Hana memiliki janji temu dengan Nayara di sebuah Cafe setelah seminar tentang kesehatan mental di salah satu kampus ternama.Nayara sudah berada di Cafe itu lebih dulu, Dokter Hana baru datang setelah sepuluh menit Nayara menunggu sambil menyesap jus stroberi di mejanya.“Maaf datang terlambat, apakah kamu lama menungguku?” sapa Dokter Hana begitu duduk di depan Nayara.“Tidak, aku baru saja sampai. Dokter mau pesan apa?”“Jus jambu saja dan sepotong cake coklat,”Nayara segera melambaikan tangannya ke arah pelayanan dan menyampaikan pesanan yang baru saja Dokter Hana katakan.“Bagaimana kabarmu?” tanya Dokter Hana.“Semakin membaik,”“Tapi kenapa aku masih menangkap kegelisahan di matamu?”Sebagai seorang psikiater Dokter Hana bisa melihat bola mata Nayara terus bergerak tak tentu arah.“Dokter,” Nayara memanggil wanita di
Gavin tertegun, ia bukan orang bodoh. Otaknya masih berfungsi dengan normal. Sebelum memilih untuk berada di sisi Nayara ia sudah mencari tahu banyak hal tentang penyakit Skizofrenia termasuk risiko yang akan Nayara jika ia hamil. “Anak adalah titipan, jika kita belum dipercayakan untuk itu. Maka mari kita menikmati waktu berdua seperti sepasang pengantin baru hingga rambut kita memutih!” jawab Gavin dengan membelai lembut rambut Nayara. “Lalu bagaimana dengan keluargamu? Mereka pasti ingin keturunan darimu?” “Masih ada Ara, aku baru saja merestui hubungan dirinya dengan Arka. Biarkan mereka melahirkan banyak anak hingga Nenek dan Kakek lupa mengeluh tentang kita,” canda Gavin dengan tersenyum cerah, seolah ia tak terpengaruh tentang masa depan keturunannya lagi. Nayara merengkuh perut Gavin dan memeluknya dengan erat. “Jika nenek dan kakek tetap tak merestui hubungan kita, apakah tak masalah untukmu memiliki suami yang jatuh miskin karena leb
Dava baru saja pulang dari berjalan-jalan di sekitar taman apartemen. Ia terkesiap saat melihat Arumi duduk berjongkok di depan pintu apartemennya. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat dan bahkan ia bertelanjang kaki. Ada banyak goresan luka di telapak kakinya. Beruntung ia memakai syal yang menutupi wajahnya sehingga tak akan ada yang mengenali bahwa wanita yang tampak kacau ini adalah seorang artis.“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya Dava dengan raut wajah yang cemas.Arumi mendongakkan kepalanya, menatap pria tinggi besar yang sudah ada di depannya. Matanya berkaca-kaca karena berhasil bertemu dengan Dava setelah melewati perjuangan panjang keluar dari penjara ayahnya.“Maafkan aku,” kata Arumi dengan wajahnya yang kusut dan kacau.“Apa yang kamu katakan? Tidak ada yang perlu di maafkan!”Dava membantu Arumi berdiri dan menuntun gadis yang lemah itu masuk ke apartemennya. Ia segera menyeduh segelas
Di kediaman Heru yang besar, beberapa jam kemudian mereka baru menyadari sudah kehilangan Arumi. Semula suasana tenang di dalam kamar adalah karena gadis yang selalu bersikeras untuk keluar itu sedang tertidur, tapi saat seorang pelayan menemukan sebuah tali panjang terbuat dari seprai dan juga selimut menggantung dari lantai dua ke lantai satu. Akhirnya mereka menyadari bahwa Arumi sudah melarikan diri.“Cari ke semua tempat, apartemennya, manajemen dan semua tempat yang bisa dikunjungi anak itu!” titah Heru. Ia takut Mika akan membuat masalah dengan melakukan klarifikasi bahwa jumpa pers yang sudah di lakukan pengacaranya kemarin adalah sebuah kebohongan .“Baik pak!” jawab pimpinan dari anak buahnya.“Aku akan mencarinya ke rumah Dava,” sela Mivi, “Dia pasti akan ke sana lebih dulu untuk menjelaskan semuanya pada Dava,”“Apa kamu butuh pengawal?”“Tidak Ayah, aku bisa melakukannya
Ara bekerja lembur di galerinya, tak banyak waktu yang tersisa jadi dia hanya membuat gaun yang sederhana tapi indah. Ini adalah pernikahan impiannya, jadi dia akan menjahit gaunnya sendiri. Ia bahkan memasang manik-manik di bajunya sendiri. Rasa kantuk dan lelah membuat jarinya sering tertusuk jarum, ia akan segera menyesap darah getir di ujung jarinya itu sebelum menodai gaun putihnya. “Makan malam datang!” sapa Arka begitu masuk. Saat pulang kerja ia sengaja lewat di depan galeri Ara dan melihat lampu di ruang kerjanya masih menyala. Arka kemudian menuju restoran terdekat dan membungkus makanan kesukaan Ara. “Bagaimana kamu bisa tahu aku masih ada di kantor?” Arka menunjukkan ekspresi wajah yang kecut, Ara sudah mengacuhkan semua pesan yang ia kirim sedari pagi. Ia kini datang di hadapannya dengan menenteng dua kotak makanan, tapi wanita yang ia harap bisa langsung memeluknya justru tak bergerak sejengkal pun dari gaun yang menyibukkan dirinya. “Ak
Gavin sedang sibuk di ruang kerjanya saat Tante Geby mulai memasuki ruangan itu. Gavin menghentikan aktivitas yang ia lakukan dan mempersilakan Tante Geby untuk duduk di Sofa panjang.“Apa ada hal penting Tante?” tanya Gavin mengawali pembicaraan.Ia merasa aneh saat Tante Geby mengunjunginya di kantor manajemen Stone. Ia bisa saja menelepon Gavin untuk datang ke gedung Leaf Corp atau berbicara saat di rumah. Gavin sudah bisa menebak bahwa ini berkaitan dengan pertemuan tidak sengaja dengan Nayara saat Tente Geby bersama Aleta.“Apakah kamu serius dengan wanita itu?”“Namanya Nayara,” jawab Gavin, ia tidak suka Tante Geby menyebut Nayara sebagai ‘wanita itu'.“Apakah alasan kamu merestui Arka dan Ara agar hubunganmu dan Nayara bisa mendapatkan restu dari kakek dan nenek?”Gavin menghela nafas, ia heran bagaimana Tantenya bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Ia merestui Ara dan Arka hany
Tiga pria tampan sudah memasuki sebuah tempat Spa High class di sebuah hotel bintang lima. Senyum mereka merekah saat kembali lagi ke tempat di mana mereka bisa mengendurkan semua otot tubuh yang tegang setelah sekian lama bergulat dengan banyak masalah yang menumpuk.“Apa kamu yakin ini tidak masalah?” tanya Arka. Wajahnya tampak celingukan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mengenalnya di sana.“Aman!” jawab Dava.“Jika Ara tahu, aku bisa di eksekusi di depan lapangan penerbangan!” Arka ketakutan, meski begitu ia tidak bisa melewatkan kesempatan untuk bersenang-senang sebagai pesta lajangnya untuk yang terakhir kali.“Vin, apa kamu sudah memastikan bahwa sekretarismu bisa menutup mulutnya?” tanya Dava.Gavin membentuk tanda oke dengan jemari kanannya.“Aku baru jadian dengan Arumi, jangan sampai di tahu aku berada di sini. Bisa habis diriku!” gumam Dava.Sementara
Tiga Srikandi sudah sampai di tempat Spa, mereka yang semula tak saling kenal baik kini saling berpegangan tangan untuk menangkap basah kekasih mereka.“Katakan di ruang mana Dava, Gavin, dan Arka berada?” tanya Ara dengan wajah sinis pada Si Resepsionis.“Maaf, kami tidak bisa membocorkan informasi tentang kamar pelanggan kami,”Ara mengarahkan tubuhnya mendekat ke arah meja resepsionis.“Aku adalah calon istri dari Arka, cepat katakan jika tidak ingin aku membuat keributan di sini!” ancam Ara.“Kalau begitu saya akan memanggil satpam untuk mengusir Anda, Nona,” jawab resepsionis itu tanpa ragu.Ara merasa jengkel kali ini ia terpaksa mengeluarkan jurus terakhir, dia menjelajah internet dan mencari artikel tentang keluarganya yang memasang foto lengkap keluarga mereka.“Lihatlah ini baik-baik!” kata Ara sambil menyodorkan artikel berisi fotonya, Gavin, Tante Geby, beserta Ka
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah