Gavin sedang sibuk di ruang kerjanya saat Tante Geby mulai memasuki ruangan itu. Gavin menghentikan aktivitas yang ia lakukan dan mempersilakan Tante Geby untuk duduk di Sofa panjang.
“Apa ada hal penting Tante?” tanya Gavin mengawali pembicaraan.
Ia merasa aneh saat Tante Geby mengunjunginya di kantor manajemen Stone. Ia bisa saja menelepon Gavin untuk datang ke gedung Leaf Corp atau berbicara saat di rumah. Gavin sudah bisa menebak bahwa ini berkaitan dengan pertemuan tidak sengaja dengan Nayara saat Tente Geby bersama Aleta.
“Apakah kamu serius dengan wanita itu?”
“Namanya Nayara,” jawab Gavin, ia tidak suka Tante Geby menyebut Nayara sebagai ‘wanita itu'.
“Apakah alasan kamu merestui Arka dan Ara agar hubunganmu dan Nayara bisa mendapatkan restu dari kakek dan nenek?”
Gavin menghela nafas, ia heran bagaimana Tantenya bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Ia merestui Ara dan Arka hany
Tiga pria tampan sudah memasuki sebuah tempat Spa High class di sebuah hotel bintang lima. Senyum mereka merekah saat kembali lagi ke tempat di mana mereka bisa mengendurkan semua otot tubuh yang tegang setelah sekian lama bergulat dengan banyak masalah yang menumpuk.“Apa kamu yakin ini tidak masalah?” tanya Arka. Wajahnya tampak celingukan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mengenalnya di sana.“Aman!” jawab Dava.“Jika Ara tahu, aku bisa di eksekusi di depan lapangan penerbangan!” Arka ketakutan, meski begitu ia tidak bisa melewatkan kesempatan untuk bersenang-senang sebagai pesta lajangnya untuk yang terakhir kali.“Vin, apa kamu sudah memastikan bahwa sekretarismu bisa menutup mulutnya?” tanya Dava.Gavin membentuk tanda oke dengan jemari kanannya.“Aku baru jadian dengan Arumi, jangan sampai di tahu aku berada di sini. Bisa habis diriku!” gumam Dava.Sementara
Tiga Srikandi sudah sampai di tempat Spa, mereka yang semula tak saling kenal baik kini saling berpegangan tangan untuk menangkap basah kekasih mereka.“Katakan di ruang mana Dava, Gavin, dan Arka berada?” tanya Ara dengan wajah sinis pada Si Resepsionis.“Maaf, kami tidak bisa membocorkan informasi tentang kamar pelanggan kami,”Ara mengarahkan tubuhnya mendekat ke arah meja resepsionis.“Aku adalah calon istri dari Arka, cepat katakan jika tidak ingin aku membuat keributan di sini!” ancam Ara.“Kalau begitu saya akan memanggil satpam untuk mengusir Anda, Nona,” jawab resepsionis itu tanpa ragu.Ara merasa jengkel kali ini ia terpaksa mengeluarkan jurus terakhir, dia menjelajah internet dan mencari artikel tentang keluarganya yang memasang foto lengkap keluarga mereka.“Lihatlah ini baik-baik!” kata Ara sambil menyodorkan artikel berisi fotonya, Gavin, Tante Geby, beserta Ka
Wajah tiga wanita yang penuh amarah kini berubah menjadi lebih teduh dengan senyum tipis di wajah mereka. Arka, Dava dan Gavin kini bisa bernafas sedikit lega tanpa mereka sadari bahwa di balik senyum itu tersimpan hal yang membahayakan dari niat terpendam mereka.“Berdirilah, aku memaafkanmu!” kata Ara.Arka menarik nafas lega, kini ia bisa bangkit dengan wajah bahagianya. Perkataan Ara juga di ikuti oleh Arumi dan Nayara sehingga Gavin dan Dava juga mulai berdiri dengan senyum yang cerah. Sesaat sebelum badai yang sebenarnya di mulai, mereka bersyukur sudah memiliki kekasih penyabar dan welas asih.“Tapi kami juga memiliki sebuah syarat untuk bisa memaafkan kalian,” kata Arumi.Tubuh pria yang baru berdiri tegap itu akhirnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Mereka akhirnya bisa memahami bahwa danau tenang yang terlihat dibalik wajah cantik tiga wanita itu memiliki arus air yang kuat di bagian dasar. Syarat itu pasti bukan
Arka berhasil masuk setelah meninggalkan Dava dan Gavin yang masih termangu di depan. Kepala dua pria itu terasa sakit karena belum menemukan cara untuk menyusup ke dalam.Sejurus kemudian Dava mengeluarkan ponselnya dan dengan cepat menekan nomor Rangga, bar tender yang sudah lama berteman dengannya.“Bisakah kamu membantuku untuk masuk ke dalam? Bawakan seragam bartender untuk menyusupkan diriku ke diskotek!” pinta Dava.Beberapa menit kemudian Rangga keluar dengan seragam bartender yang sudah dibawa oleh Rangga.“Apa cuma ada satu seragam? Bagaimana dengan Gavin?” tanya Dava.“Hanya tersisa satu seragam, club sedang penuh pengunjung jadi semua pegawai bekerja malam ini.”“Maafkan aku Gavin, kamu harus memikirkan cara sendiri untuk masuk,” kata Dava sambil mengenakan seragam putih bartender di club ini.Gavin merengut, wajahnya penuh kejengkelan setelah melihat Dava kini bisa melenggan
Nayara terkesiap begitu menyadari Gavin sudah berada di depannya. Dua pria di sebalah Nayara kini beringsut pergi dari tempat duduknya setelah melihat ekspresi Nayara yang seolah baru saja tertangkap basah sedang selingkuh.“Apa aku datang di waktu yang salah?” tanya Gavin dengan wajah yang mengintimidasi.“Ti-tidak, kami hanya berbincang sebentar. Mereka adalah juniorku sewaktu di kampus dulu,” terang Nayara, namun penjelasan itu sepertinya tidak sampai ke hati Gavin. Pria ini masih saja menatap wajah Nayara dengan penuh kecemburuan.“Kenapa kamu berani sekali memakai baju sependek itu?” tanya Gavin.Bulu kuduk Nayara merinding ketika Gavin terus mendekat ke arahnya, ia berusaha menggeser tubuhnya perlahan hingga sampai di ujung sofa. Kini ia tidak bisa lagi menghindar, dan hanya mampu menelan ludahnya.“Bukankah baju seperti ini biasa digunakan saat ke club malam?”“Oh,”Na
Arumi semakin menggigil ketakutan saat Grek mendekatinya dengan nafas yang berat, secara refleks Arumi menyilangkan tangannya untuk menutupi bagian dada.Grek terkekeh melihat reaksi Arum, ia kemudian meremas dagu itu dengan kuat dan menghempaskan wajahnya ke samping.“Kamu pikir aku masih tertarik dengan wanita plastik sepertimu?” Ejek Grek.Arumi bingung, entah ia harus bersyukur atau merasa terhina.“Telanjangi dia! Aku masih butuh satu foto lagi untuk menjatuhkan dirinya jika dia mengancamku lagi di kemudian hari!” titah Grek pada pengawalnya.“Tidak! Jangan lakukan ini!” Arumi ketakutan saat langkah pengawal itu semakin mendekati dirinya.Brak!Pintu dibuka dengan keras dari luar, Dava berhasil menjebol pintu setelah menendangnya dengan keras.“Apa yang kalian lakukan adalah kejahatan! Hukum tidak akan tinggal diam,”Grek menunjukkan wajah yang sinis, ia tak goyah sedi
Di kediamannya yang megah, Arumi duduk melamun di ujung tempat tidur. Ibunya masuk ke dalam, dan melihat betapa menyedihkannya keadaan putrinya. Dia berusaha berkomunikasi dan menanyakan banyak hal pada anaknya, tapi gadis itu hanya diam mematung. Ia akhirnya membantu anaknya berganti baju dan mengelap tubuhnya yang penuh noda debu dengan handuk hangat. “Tak perlu khawatir, ayahmu sudah memastikan bahwa Grek tak akan menikmati sinar matahari lagi. Ia akan meringkuk di selnya yang dingin,” Ibu Arumi berusaha menenangkan anaknya yang masih diam membatu. Saat tangan lembutnya hendak membaringkan Arumi di tempat tidur gadis yang sedang duduk di ujung ranjang itu tiba-tiba mengalungkan tangannya ke perut ibunya. “Ibu, apa yang harus aku lakukan. Dia terlihat begitu terluka saat tahu aku telah membohonginya.” Ibu Arumi merasakan hatinya di tusuk pisau ketika melihat putrinya menangis dengan putus asa di pelukannya. Ia tak bisa melakukan apa-pun kecuali hany
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah