Ara bekerja lembur di galerinya, tak banyak waktu yang tersisa jadi dia hanya membuat gaun yang sederhana tapi indah. Ini adalah pernikahan impiannya, jadi dia akan menjahit gaunnya sendiri. Ia bahkan memasang manik-manik di bajunya sendiri. Rasa kantuk dan lelah membuat jarinya sering tertusuk jarum, ia akan segera menyesap darah getir di ujung jarinya itu sebelum menodai gaun putihnya.
“Makan malam datang!” sapa Arka begitu masuk. Saat pulang kerja ia sengaja lewat di depan galeri Ara dan melihat lampu di ruang kerjanya masih menyala. Arka kemudian menuju restoran terdekat dan membungkus makanan kesukaan Ara.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku masih ada di kantor?”
Arka menunjukkan ekspresi wajah yang kecut, Ara sudah mengacuhkan semua pesan yang ia kirim sedari pagi. Ia kini datang di hadapannya dengan menenteng dua kotak makanan, tapi wanita yang ia harap bisa langsung memeluknya justru tak bergerak sejengkal pun dari gaun yang menyibukkan dirinya.
“Ak
Gavin sedang sibuk di ruang kerjanya saat Tante Geby mulai memasuki ruangan itu. Gavin menghentikan aktivitas yang ia lakukan dan mempersilakan Tante Geby untuk duduk di Sofa panjang.“Apa ada hal penting Tante?” tanya Gavin mengawali pembicaraan.Ia merasa aneh saat Tante Geby mengunjunginya di kantor manajemen Stone. Ia bisa saja menelepon Gavin untuk datang ke gedung Leaf Corp atau berbicara saat di rumah. Gavin sudah bisa menebak bahwa ini berkaitan dengan pertemuan tidak sengaja dengan Nayara saat Tente Geby bersama Aleta.“Apakah kamu serius dengan wanita itu?”“Namanya Nayara,” jawab Gavin, ia tidak suka Tante Geby menyebut Nayara sebagai ‘wanita itu'.“Apakah alasan kamu merestui Arka dan Ara agar hubunganmu dan Nayara bisa mendapatkan restu dari kakek dan nenek?”Gavin menghela nafas, ia heran bagaimana Tantenya bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Ia merestui Ara dan Arka hany
Tiga pria tampan sudah memasuki sebuah tempat Spa High class di sebuah hotel bintang lima. Senyum mereka merekah saat kembali lagi ke tempat di mana mereka bisa mengendurkan semua otot tubuh yang tegang setelah sekian lama bergulat dengan banyak masalah yang menumpuk.“Apa kamu yakin ini tidak masalah?” tanya Arka. Wajahnya tampak celingukan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mengenalnya di sana.“Aman!” jawab Dava.“Jika Ara tahu, aku bisa di eksekusi di depan lapangan penerbangan!” Arka ketakutan, meski begitu ia tidak bisa melewatkan kesempatan untuk bersenang-senang sebagai pesta lajangnya untuk yang terakhir kali.“Vin, apa kamu sudah memastikan bahwa sekretarismu bisa menutup mulutnya?” tanya Dava.Gavin membentuk tanda oke dengan jemari kanannya.“Aku baru jadian dengan Arumi, jangan sampai di tahu aku berada di sini. Bisa habis diriku!” gumam Dava.Sementara
Tiga Srikandi sudah sampai di tempat Spa, mereka yang semula tak saling kenal baik kini saling berpegangan tangan untuk menangkap basah kekasih mereka.“Katakan di ruang mana Dava, Gavin, dan Arka berada?” tanya Ara dengan wajah sinis pada Si Resepsionis.“Maaf, kami tidak bisa membocorkan informasi tentang kamar pelanggan kami,”Ara mengarahkan tubuhnya mendekat ke arah meja resepsionis.“Aku adalah calon istri dari Arka, cepat katakan jika tidak ingin aku membuat keributan di sini!” ancam Ara.“Kalau begitu saya akan memanggil satpam untuk mengusir Anda, Nona,” jawab resepsionis itu tanpa ragu.Ara merasa jengkel kali ini ia terpaksa mengeluarkan jurus terakhir, dia menjelajah internet dan mencari artikel tentang keluarganya yang memasang foto lengkap keluarga mereka.“Lihatlah ini baik-baik!” kata Ara sambil menyodorkan artikel berisi fotonya, Gavin, Tante Geby, beserta Ka
Wajah tiga wanita yang penuh amarah kini berubah menjadi lebih teduh dengan senyum tipis di wajah mereka. Arka, Dava dan Gavin kini bisa bernafas sedikit lega tanpa mereka sadari bahwa di balik senyum itu tersimpan hal yang membahayakan dari niat terpendam mereka.“Berdirilah, aku memaafkanmu!” kata Ara.Arka menarik nafas lega, kini ia bisa bangkit dengan wajah bahagianya. Perkataan Ara juga di ikuti oleh Arumi dan Nayara sehingga Gavin dan Dava juga mulai berdiri dengan senyum yang cerah. Sesaat sebelum badai yang sebenarnya di mulai, mereka bersyukur sudah memiliki kekasih penyabar dan welas asih.“Tapi kami juga memiliki sebuah syarat untuk bisa memaafkan kalian,” kata Arumi.Tubuh pria yang baru berdiri tegap itu akhirnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Mereka akhirnya bisa memahami bahwa danau tenang yang terlihat dibalik wajah cantik tiga wanita itu memiliki arus air yang kuat di bagian dasar. Syarat itu pasti bukan
Arka berhasil masuk setelah meninggalkan Dava dan Gavin yang masih termangu di depan. Kepala dua pria itu terasa sakit karena belum menemukan cara untuk menyusup ke dalam.Sejurus kemudian Dava mengeluarkan ponselnya dan dengan cepat menekan nomor Rangga, bar tender yang sudah lama berteman dengannya.“Bisakah kamu membantuku untuk masuk ke dalam? Bawakan seragam bartender untuk menyusupkan diriku ke diskotek!” pinta Dava.Beberapa menit kemudian Rangga keluar dengan seragam bartender yang sudah dibawa oleh Rangga.“Apa cuma ada satu seragam? Bagaimana dengan Gavin?” tanya Dava.“Hanya tersisa satu seragam, club sedang penuh pengunjung jadi semua pegawai bekerja malam ini.”“Maafkan aku Gavin, kamu harus memikirkan cara sendiri untuk masuk,” kata Dava sambil mengenakan seragam putih bartender di club ini.Gavin merengut, wajahnya penuh kejengkelan setelah melihat Dava kini bisa melenggan
Nayara terkesiap begitu menyadari Gavin sudah berada di depannya. Dua pria di sebalah Nayara kini beringsut pergi dari tempat duduknya setelah melihat ekspresi Nayara yang seolah baru saja tertangkap basah sedang selingkuh.“Apa aku datang di waktu yang salah?” tanya Gavin dengan wajah yang mengintimidasi.“Ti-tidak, kami hanya berbincang sebentar. Mereka adalah juniorku sewaktu di kampus dulu,” terang Nayara, namun penjelasan itu sepertinya tidak sampai ke hati Gavin. Pria ini masih saja menatap wajah Nayara dengan penuh kecemburuan.“Kenapa kamu berani sekali memakai baju sependek itu?” tanya Gavin.Bulu kuduk Nayara merinding ketika Gavin terus mendekat ke arahnya, ia berusaha menggeser tubuhnya perlahan hingga sampai di ujung sofa. Kini ia tidak bisa lagi menghindar, dan hanya mampu menelan ludahnya.“Bukankah baju seperti ini biasa digunakan saat ke club malam?”“Oh,”Na
Arumi semakin menggigil ketakutan saat Grek mendekatinya dengan nafas yang berat, secara refleks Arumi menyilangkan tangannya untuk menutupi bagian dada.Grek terkekeh melihat reaksi Arum, ia kemudian meremas dagu itu dengan kuat dan menghempaskan wajahnya ke samping.“Kamu pikir aku masih tertarik dengan wanita plastik sepertimu?” Ejek Grek.Arumi bingung, entah ia harus bersyukur atau merasa terhina.“Telanjangi dia! Aku masih butuh satu foto lagi untuk menjatuhkan dirinya jika dia mengancamku lagi di kemudian hari!” titah Grek pada pengawalnya.“Tidak! Jangan lakukan ini!” Arumi ketakutan saat langkah pengawal itu semakin mendekati dirinya.Brak!Pintu dibuka dengan keras dari luar, Dava berhasil menjebol pintu setelah menendangnya dengan keras.“Apa yang kalian lakukan adalah kejahatan! Hukum tidak akan tinggal diam,”Grek menunjukkan wajah yang sinis, ia tak goyah sedi
Di kediamannya yang megah, Arumi duduk melamun di ujung tempat tidur. Ibunya masuk ke dalam, dan melihat betapa menyedihkannya keadaan putrinya. Dia berusaha berkomunikasi dan menanyakan banyak hal pada anaknya, tapi gadis itu hanya diam mematung. Ia akhirnya membantu anaknya berganti baju dan mengelap tubuhnya yang penuh noda debu dengan handuk hangat. “Tak perlu khawatir, ayahmu sudah memastikan bahwa Grek tak akan menikmati sinar matahari lagi. Ia akan meringkuk di selnya yang dingin,” Ibu Arumi berusaha menenangkan anaknya yang masih diam membatu. Saat tangan lembutnya hendak membaringkan Arumi di tempat tidur gadis yang sedang duduk di ujung ranjang itu tiba-tiba mengalungkan tangannya ke perut ibunya. “Ibu, apa yang harus aku lakukan. Dia terlihat begitu terluka saat tahu aku telah membohonginya.” Ibu Arumi merasakan hatinya di tusuk pisau ketika melihat putrinya menangis dengan putus asa di pelukannya. Ia tak bisa melakukan apa-pun kecuali hany