Dava segera masuk Lift dan menekan tombol lantai paling atas. Sesampainya di sana ia menarik nafas dalam dan bersiap mengumpat dengan kekuatan penuh. Sebelum itu ia sudah menyiapkan ponselnya untuk merekam video yang akan ia kirim pada Gavin.
“Sialan kau Gavin!“Aku tidak akan berterima kasih padamu!“Ini namanya balas dendam!” Maki Dava dengan suara keras yang membahana ke udara. Selesai berteriak, nafasnya masih naik turun. Ia segera mengirimkan vidio itu kepada Gavin. Gavin sedang makan ketika menerima pesan itu. Ia hampir memuntahkan makanan dimulutnya saat melihat upaya Dava berteriak mengumpat dirinya. Gavin tertawa puas hingga otot perutnya terasa kaku. “Apa yang membuatmu tertawa?” tanya Tante Geby. “Dava mengumpatku lalu mengirimkan vidionya padaku. Dia memang selalu konyol sejak dulu!” “Jadi kamu sudah berbaikan dengan Dava? Apakah Arka tidak meJordi baru saja keluar dari Manajemen Stone, ia mencari keberadaan Arumi yang seharusnya saat ini sedang menunggunya di depan gedung. Mereka akan pergi ke salah satu desainer baju untuk pembuatan video albumnya.“Apa kamu mengetahui keberadaan Arumi?” tanya Jordi saat Romi lewat di depannya.“Oh ia, aku lupa memberitahumu. Ia sedang makan siang bernama Grek di restoran hotel ocean,” jawab Romi.Wajah Jordi seketika pucat pasi, jarinya mengepal ingin menghantam pria di depannya sekarang.“Apa kamu bilang?” pekik Jordi dengan tatapan mata yang tajam. Romi menjadi ketakutan dan mundur perlahan.“Aku sudah ada janji dengan desainer baju, kenapa kamu membuat janji lain tanpa memberitahuku?” maki Jordi masih dengan wajah yang marah.“Ya sudah, di undur setelah makan siang-kan masih bisa? Grek adalah pria yang akan berinvestasi untuk album Arumi. Ia orang penting!”
Dava baru saja memasuki hotel Ocean dan segera menuju meja resepsionis.“Cepat katakan di kamar mana Grek membawa Arumi!” Titah Dava pada resepsionis. Nafasnya naik turun dan wajahnya terlihat sangat kusut.Saat di telepon Jordi hanya mengatakan bahwa Grek membawa Arumi ke Hotel Ocean, tanpa ada penjelasan bahwa mereka sebenarnya bertemu di restoran hotel. Dava menyimpulkan bahwa Grek sudah memaksa Arumi ke kamar hotel ini. Dia harus menyelamatkan gadis itu sebelum terlambat.“Maaf, itu data pribadi. Kami tidak bisa memberitahu Anda,” terang Si Resepsionis.“Tolonglah, katakan di mana mereka. Apa kamu tahu bahwa gadis yang di bawa Grek ke kamar sedang dalam bahaya!” pekik Dava.“Maaf kami tidak bisa tuan, jika menurut Anda gadis itu dalam bahaya maka silahkan menghubungi pihak berwenang.”“Ah sial!” maki Dava putus asa. Jika ia menelepon polisi maka prosesnya
Berita panas ciuman Arumi dan Dava mulai menyebar di media sosial. Banyak kecaman yang terjadi, bahkan penggemar Arumi kecewa pada kabar kencan antara Arumi dan Dava. Bagi sebagian banyak orang Dava hanya lelaki playboy dengan reputasi yang jelek. Keberadaan Dava di samping Arumi justru akan menghancurkan kariernya di dunia Entertainment.Berbeda dengan Arumi yang tidak memedulikan hal itu, Dava dan manajemen merasa ketar ketir. Arumi baru saja menjadi bintang bersinar dan akan menjadi kebanggaan manajemen di masa depan, tapi kejadian ciuman dirinya dengan Dava di tempat umum dengan negara yang masih menganut budaya ketimuran memancing kemarahan publik.Gavin harus kembali bekerja dengan kondisi kakinya yang masih belum membaik hanya karena masalah yang dibuat oleh Dava kembali bahkan selang tiga hari setelah ia kembali ke manajemen.“Tidak bisakah kamu duduk diam dan tidak membuat banyak kerugian?” tanya Gavin dengan wajah yang kal
Arumi memasuki kantor Ayahnya dengan cemas, ia bahkan berdoa dan memejamkan mata sebelum membuka pintu besar ruang kerja Ayahnya. Begitu masuk bola matanya tertuju pada perempuan yang lebih tua dua tahun darinya, dia adalah Mivi Sang Kakak. Wajah Mivi terlihat sangat tidak mengenakan untuk di pandang. Mika tahu kedatangan kakaknya di kantor ayahnya hanya sebagai bahan bakar yang akan menambah panas kemarahan ayahnya pada Mika.Mivi dan Mika memang tidak pernah akur sejak kecil bahkan meski mengalir darah yang sama di tubuh mereka. Dulu Mika yang naif tidak pernah menyadari kebencian kakaknya, hingga ia menyaksikan sendiri kakaknya menusuk dari belakang adiknya sendiri hanya untuk bersama Dava.“Apa yang kamu lakukan?” Pekikan Heru, membuat Mika sedikit terjingkat.“Maaf,” Pinta Mika tertunduk.“Aku pikir kamu kembali untuk balas dendam pada Dava, tapi ternyata kamu justru terbuai olehnya lagi,” sahut Mivi dengan wajah s
Arumi dengan cepat dibawa ke kediaman Heru. Setelah beberapa bulan berada di apartemen ia kini sudah berada di dalam kamarnya sendiri dengan keadaan terkunci dari luar. Ponsel bahkan laptopnya sudah di rampas. Ia tidak bisa lagi menghubungi siapa pun.Heru terpaksa mengurung Arumi, untuk memastikan rencana yang akan ia buat berjalan dengan lancar. Ia sudah menyewa pengacara untuk menyelamatkan reputasinya, seorang pengacara hebat yang sudah begitu dikenal oleh publik. Siang ini pengacara itu bahkan akan melakukan jumpa pers sendiri atas nama Arumi.Pengacara bernama Morton sudah mengumpulkan banyak wartawan untuk melakukan jumpa pers. “Aku adalah pengacara yang sudah di sewa oleh Arumi. Dia tidak bisa hadir karena sedang dalam keadaan sakit dan shock,” terang Morton dengan di dampingi dua pengacara muda di sebelahnya.“Arumi ingin mengatakan bahwa kejadian yang terjadi saat itu adalah benar seperti perkataan Dava. Arumi
Siang hari Ara dan Arka sudah sampai di tempat pertemuan dengan Gavin. Untuk beberapa saat mereka hanya duduk di dalam mobil dengan tangan yang saling menggenggam. Ekspresi wajah mereka tampak rumit ketika memandang dua orang yang sudah duduk di dalam cafe. Mereka adalah Gavin dan Dava yang sudah menunggu kedatangan Arka dan Ara. “Bagaimana jika Gavin menyuruh kita berpisah lagi? Apa kamu akan menyerah denganku?” Ara gemetar, ia tak berani menatap wajah Arka dan mengatakan tentang janji yang pernah ia buat saat Gavin kritis di rumah sakit. Gavin mungkin tak mengingatnya, hanya saja para malaikat tidak akan lupa untuk mencatat janji itu. “Kumohon tetaplah berada di jalur yang kita sepakati,” pinta Arka. Ia ingin memastikan hal itu pada Ara yang tampak gelisah sedari tadi. Arka keluar dari mobil dan berjalan memutar ke depan mobil dan membuka pintu mobil untuk Ara. Ia menyodorkan telapak tangannya, Ara menatap penuh keraguan untuk menyambut telapak tang
Satu ember penuh baskom berisi es batu seperti baru saja dilemparkan ke wajah Arka setelah mendengar Ara memutuskan dirinya begitu saja. Ia diam membeku dengan wajah yang sangat dingin. Tatapan matanya menjadi tajam pada Gavin dan Ara.“Apakah kamu serius dengan keputusanmu Ara?” tanya Arka memastikan lagi.Ara mengangguk, ia juga menahan kelopak matanya untuk tidak berkedip. Matanya sudah penuh akan air, dan dalam sekali kedip air itu akan mengalir keluar. Itu memperlihatkan sisi lemahnya dari keputusan ini.“Baiklah, kita berakhir sampai di sini,” kata Arka. Sambil mengepalkan tangan ia berdiri dan bersiap meninggalkan ruangan. Dava hanya memijit keningnya yang terasa sakit, seketika penyesalan muncul di hatinya karena sudah duduk di tempat yang salah. Bila mata Dava terus bergerak, sedetik melirik Gavin, detik berikutnya ke Arka dan detik berikutnya berpindah ke Ara itu semua membuat keningnya terasa pusing.“Benar hanya a
Dokter Hana memiliki janji temu dengan Nayara di sebuah Cafe setelah seminar tentang kesehatan mental di salah satu kampus ternama.Nayara sudah berada di Cafe itu lebih dulu, Dokter Hana baru datang setelah sepuluh menit Nayara menunggu sambil menyesap jus stroberi di mejanya.“Maaf datang terlambat, apakah kamu lama menungguku?” sapa Dokter Hana begitu duduk di depan Nayara.“Tidak, aku baru saja sampai. Dokter mau pesan apa?”“Jus jambu saja dan sepotong cake coklat,”Nayara segera melambaikan tangannya ke arah pelayanan dan menyampaikan pesanan yang baru saja Dokter Hana katakan.“Bagaimana kabarmu?” tanya Dokter Hana.“Semakin membaik,”“Tapi kenapa aku masih menangkap kegelisahan di matamu?”Sebagai seorang psikiater Dokter Hana bisa melihat bola mata Nayara terus bergerak tak tentu arah.“Dokter,” Nayara memanggil wanita di