Dava baru saja memasuki hotel Ocean dan segera menuju meja resepsionis.
“Cepat katakan di kamar mana Grek membawa Arumi!” Titah Dava pada resepsionis. Nafasnya naik turun dan wajahnya terlihat sangat kusut. Saat di telepon Jordi hanya mengatakan bahwa Grek membawa Arumi ke Hotel Ocean, tanpa ada penjelasan bahwa mereka sebenarnya bertemu di restoran hotel. Dava menyimpulkan bahwa Grek sudah memaksa Arumi ke kamar hotel ini. Dia harus menyelamatkan gadis itu sebelum terlambat. “Maaf, itu data pribadi. Kami tidak bisa memberitahu Anda,” terang Si Resepsionis. “Tolonglah, katakan di mana mereka. Apa kamu tahu bahwa gadis yang di bawa Grek ke kamar sedang dalam bahaya!” pekik Dava. “Maaf kami tidak bisa tuan, jika menurut Anda gadis itu dalam bahaya maka silahkan menghubungi pihak berwenang.” “Ah sial!” maki Dava putus asa. Jika ia menelepon polisi maka prosesnyaBerita panas ciuman Arumi dan Dava mulai menyebar di media sosial. Banyak kecaman yang terjadi, bahkan penggemar Arumi kecewa pada kabar kencan antara Arumi dan Dava. Bagi sebagian banyak orang Dava hanya lelaki playboy dengan reputasi yang jelek. Keberadaan Dava di samping Arumi justru akan menghancurkan kariernya di dunia Entertainment.Berbeda dengan Arumi yang tidak memedulikan hal itu, Dava dan manajemen merasa ketar ketir. Arumi baru saja menjadi bintang bersinar dan akan menjadi kebanggaan manajemen di masa depan, tapi kejadian ciuman dirinya dengan Dava di tempat umum dengan negara yang masih menganut budaya ketimuran memancing kemarahan publik.Gavin harus kembali bekerja dengan kondisi kakinya yang masih belum membaik hanya karena masalah yang dibuat oleh Dava kembali bahkan selang tiga hari setelah ia kembali ke manajemen.“Tidak bisakah kamu duduk diam dan tidak membuat banyak kerugian?” tanya Gavin dengan wajah yang kal
Arumi memasuki kantor Ayahnya dengan cemas, ia bahkan berdoa dan memejamkan mata sebelum membuka pintu besar ruang kerja Ayahnya. Begitu masuk bola matanya tertuju pada perempuan yang lebih tua dua tahun darinya, dia adalah Mivi Sang Kakak. Wajah Mivi terlihat sangat tidak mengenakan untuk di pandang. Mika tahu kedatangan kakaknya di kantor ayahnya hanya sebagai bahan bakar yang akan menambah panas kemarahan ayahnya pada Mika.Mivi dan Mika memang tidak pernah akur sejak kecil bahkan meski mengalir darah yang sama di tubuh mereka. Dulu Mika yang naif tidak pernah menyadari kebencian kakaknya, hingga ia menyaksikan sendiri kakaknya menusuk dari belakang adiknya sendiri hanya untuk bersama Dava.“Apa yang kamu lakukan?” Pekikan Heru, membuat Mika sedikit terjingkat.“Maaf,” Pinta Mika tertunduk.“Aku pikir kamu kembali untuk balas dendam pada Dava, tapi ternyata kamu justru terbuai olehnya lagi,” sahut Mivi dengan wajah s
Arumi dengan cepat dibawa ke kediaman Heru. Setelah beberapa bulan berada di apartemen ia kini sudah berada di dalam kamarnya sendiri dengan keadaan terkunci dari luar. Ponsel bahkan laptopnya sudah di rampas. Ia tidak bisa lagi menghubungi siapa pun.Heru terpaksa mengurung Arumi, untuk memastikan rencana yang akan ia buat berjalan dengan lancar. Ia sudah menyewa pengacara untuk menyelamatkan reputasinya, seorang pengacara hebat yang sudah begitu dikenal oleh publik. Siang ini pengacara itu bahkan akan melakukan jumpa pers sendiri atas nama Arumi.Pengacara bernama Morton sudah mengumpulkan banyak wartawan untuk melakukan jumpa pers. “Aku adalah pengacara yang sudah di sewa oleh Arumi. Dia tidak bisa hadir karena sedang dalam keadaan sakit dan shock,” terang Morton dengan di dampingi dua pengacara muda di sebelahnya.“Arumi ingin mengatakan bahwa kejadian yang terjadi saat itu adalah benar seperti perkataan Dava. Arumi
Siang hari Ara dan Arka sudah sampai di tempat pertemuan dengan Gavin. Untuk beberapa saat mereka hanya duduk di dalam mobil dengan tangan yang saling menggenggam. Ekspresi wajah mereka tampak rumit ketika memandang dua orang yang sudah duduk di dalam cafe. Mereka adalah Gavin dan Dava yang sudah menunggu kedatangan Arka dan Ara. “Bagaimana jika Gavin menyuruh kita berpisah lagi? Apa kamu akan menyerah denganku?” Ara gemetar, ia tak berani menatap wajah Arka dan mengatakan tentang janji yang pernah ia buat saat Gavin kritis di rumah sakit. Gavin mungkin tak mengingatnya, hanya saja para malaikat tidak akan lupa untuk mencatat janji itu. “Kumohon tetaplah berada di jalur yang kita sepakati,” pinta Arka. Ia ingin memastikan hal itu pada Ara yang tampak gelisah sedari tadi. Arka keluar dari mobil dan berjalan memutar ke depan mobil dan membuka pintu mobil untuk Ara. Ia menyodorkan telapak tangannya, Ara menatap penuh keraguan untuk menyambut telapak tang
Satu ember penuh baskom berisi es batu seperti baru saja dilemparkan ke wajah Arka setelah mendengar Ara memutuskan dirinya begitu saja. Ia diam membeku dengan wajah yang sangat dingin. Tatapan matanya menjadi tajam pada Gavin dan Ara.“Apakah kamu serius dengan keputusanmu Ara?” tanya Arka memastikan lagi.Ara mengangguk, ia juga menahan kelopak matanya untuk tidak berkedip. Matanya sudah penuh akan air, dan dalam sekali kedip air itu akan mengalir keluar. Itu memperlihatkan sisi lemahnya dari keputusan ini.“Baiklah, kita berakhir sampai di sini,” kata Arka. Sambil mengepalkan tangan ia berdiri dan bersiap meninggalkan ruangan. Dava hanya memijit keningnya yang terasa sakit, seketika penyesalan muncul di hatinya karena sudah duduk di tempat yang salah. Bila mata Dava terus bergerak, sedetik melirik Gavin, detik berikutnya ke Arka dan detik berikutnya berpindah ke Ara itu semua membuat keningnya terasa pusing.“Benar hanya a
Dokter Hana memiliki janji temu dengan Nayara di sebuah Cafe setelah seminar tentang kesehatan mental di salah satu kampus ternama.Nayara sudah berada di Cafe itu lebih dulu, Dokter Hana baru datang setelah sepuluh menit Nayara menunggu sambil menyesap jus stroberi di mejanya.“Maaf datang terlambat, apakah kamu lama menungguku?” sapa Dokter Hana begitu duduk di depan Nayara.“Tidak, aku baru saja sampai. Dokter mau pesan apa?”“Jus jambu saja dan sepotong cake coklat,”Nayara segera melambaikan tangannya ke arah pelayanan dan menyampaikan pesanan yang baru saja Dokter Hana katakan.“Bagaimana kabarmu?” tanya Dokter Hana.“Semakin membaik,”“Tapi kenapa aku masih menangkap kegelisahan di matamu?”Sebagai seorang psikiater Dokter Hana bisa melihat bola mata Nayara terus bergerak tak tentu arah.“Dokter,” Nayara memanggil wanita di
Gavin tertegun, ia bukan orang bodoh. Otaknya masih berfungsi dengan normal. Sebelum memilih untuk berada di sisi Nayara ia sudah mencari tahu banyak hal tentang penyakit Skizofrenia termasuk risiko yang akan Nayara jika ia hamil. “Anak adalah titipan, jika kita belum dipercayakan untuk itu. Maka mari kita menikmati waktu berdua seperti sepasang pengantin baru hingga rambut kita memutih!” jawab Gavin dengan membelai lembut rambut Nayara. “Lalu bagaimana dengan keluargamu? Mereka pasti ingin keturunan darimu?” “Masih ada Ara, aku baru saja merestui hubungan dirinya dengan Arka. Biarkan mereka melahirkan banyak anak hingga Nenek dan Kakek lupa mengeluh tentang kita,” canda Gavin dengan tersenyum cerah, seolah ia tak terpengaruh tentang masa depan keturunannya lagi. Nayara merengkuh perut Gavin dan memeluknya dengan erat. “Jika nenek dan kakek tetap tak merestui hubungan kita, apakah tak masalah untukmu memiliki suami yang jatuh miskin karena leb
Dava baru saja pulang dari berjalan-jalan di sekitar taman apartemen. Ia terkesiap saat melihat Arumi duduk berjongkok di depan pintu apartemennya. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat dan bahkan ia bertelanjang kaki. Ada banyak goresan luka di telapak kakinya. Beruntung ia memakai syal yang menutupi wajahnya sehingga tak akan ada yang mengenali bahwa wanita yang tampak kacau ini adalah seorang artis.“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya Dava dengan raut wajah yang cemas.Arumi mendongakkan kepalanya, menatap pria tinggi besar yang sudah ada di depannya. Matanya berkaca-kaca karena berhasil bertemu dengan Dava setelah melewati perjuangan panjang keluar dari penjara ayahnya.“Maafkan aku,” kata Arumi dengan wajahnya yang kusut dan kacau.“Apa yang kamu katakan? Tidak ada yang perlu di maafkan!”Dava membantu Arumi berdiri dan menuntun gadis yang lemah itu masuk ke apartemennya. Ia segera menyeduh segelas