Home / CEO / Cinta Para Cassanova / 108 : Aku akan tetap mencari mu!

Share

108 : Aku akan tetap mencari mu!

Author: Ami Pradana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah mendengar bahwa Gavin masih berusaha mencarinya, Nayara merasakan sakit di ulu hatinya. Sebesar keinginan dia untuk melupakan Gavin, semakin besar pula rasa rindu di hatinya. Gavin masih menjadi satu-satunya pria yang pernah ia cintai sepanjang hidupnya. Ia sudah melihat banyak perjuangan Gavin selama di rumah sakit jiwa untuk menebus kesalahan dirinya di masa lalu. Semua usaha itu membuat dinding es yang menyelubungi hatinya kembali mencair untuk pria itu. 

Hanya saja kini ia sudah dalam kondisi stabil dan mengetahui lubang besar yang ada pada dirinya. Ia tetap  meminum obat, meski sekarang Dokter Hana sudah meresepkan obat seminggu sekali untuknya. Skizofrenia akan terus melekat pada dirinya, walau ia sekarang sudah merasa baik-baik saja. Hanya saja ia harus tetap bergantung pada obat sepanjang hidupnya, meski dengan jangka waktu minum obat yang tidak sesering dulu. 

Skizofrenia yang ia derita sekarang sedang tertidur untuk sementara waktu dan bisa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Para Cassanova   109 : Pertikaian di Lantai Dansa

    Arumi dan Dava tengah berada di ruang karaoke. Mereka bukan datang untuk bernyanyi bersama, justru selama dua jam mereka berada di sini tidak ada satu lagu pun yang di putar melalui layar. Pengeras suara di ruangan itu tidak berbunyi sedikit pun. Hanya ada suara gitar dan suara merdu Arumi di ruangan itu.“Ternyata tidak semudah yang kubayangkan,” keluh Arumi setelah hampir dua jam ia masih belum bisa menghafalkan kunci gitar yang akan mengiringi lagunya.“Tak apa, masih ada beberapa hari tersisa,” tenang Dava.Ini sudah hari ketiga mereka berlatih gitar, masih di tempat yang sama yaitu tempat karaoke keluarga tak jauh dari tempat tinggal Dava. Bagi Dava ini adalah tempat teraman, mereka tidak mungkin berlatih di Cafe di mana banyak orang bisa dengan mudah mengenali Dava. Ia juga sudah mengepak semua barang-barangnya di manajemen Stone, Dava merasa begitu enggan jika harus melatih gitar Arumi di sana. Jadi pilihan tempat terakhir yang Dava putuskan adalah

  • Cinta Para Cassanova   110 : Ciuman Pertama Arumi

    Arumi membopong tubuh Dava keluar dari dikotik, sebenarnya lelaki itu cukup kuat untuk berjalan sendiri tapi entah kenapa perhatian Arumi membuat ia ingin terlihat lemah lebih lama lagi. Pelukan Arumi membuat ia lupa diri untuk sesaat.Arumi segera mengemudi mobil Dava, setelah memastikan Dava sudah duduk dengan an di kursi penumpang bagian depan.“Kita mau kemana?” tanya Dava.“Rumah sakit,” jawab Arumi singkat sambil memundurkan mobilnya dari tempat parkir.“Hai, tidak perlu! Aku tidak separah itu hingga harus dibawa ke rumah sakit,” tolak Dava.“Lihatlah wajahmu memar dan bibirmu juga robek!”“Ini tidak separah itu! Antar saja aku pulang ke apartemen.”Arumi tidak dapat berbuat banyak, ia akhirnya mengemudikan mobilnya menuju apartement Dava. Menurunkan pria itu tepat di depan loby apartemen.“Apa kamu yakin bisa berjalan sendir

  • Cinta Para Cassanova   111 : Apakah aku melakukan kesalahan?

    Pagi hari Gavin sudah memacu mobilnya menuju dataran tinggi bogor. Ia pergi ke sebuah Vila yang agak jauh dari Vila kebanyakan yang berada di sini. Bukan sebuah Vila yang jauh dari keramaian, justru sebuah Vila yang dekat dengan perkampungan warga dan juga daerah persawahan terasering.Ini adalah lokasi terakhir Damar bisa melacak keberadaan Nayara. Ia menunggu dengan tenang di dalam mobil hitamnya yang ia parkir tak jauh dari Vila tempat Nayara berada. Setelah tiga jam menunggu Gavin melihat gadis itu keluar dengan seorang remaja wanita yang mengekor di belakangnya.Gavin keluar dari mobilnya dan mengekor perlahan pada langkah kedua wanita itu. Kini mereka berjalan menuju pematang sawah, mereka terus berjalan hingga ke sebuah sungai kecil tempat Nayara suka menghabiskan waktu untuk duduk dan menikmati udara pagi.Gavin perlahan menghampiri Nayara, gadis remaja di sebelahnya hanya bisa menatap diam keheranan. “Kamu siapa?” tanya Ranum pada

  • Cinta Para Cassanova   112 : Reuni

    Arka bersandar pada pintu mobil sambil menunggu Ara turun. Sudah sepuluh menit ia menunggu Ara di depan rumah Via. Rencana pagi ini mereka akan menonton pertandingan basket Indonesia melawan Thailand.“Maaf menunggu lama,” kata Ara begitu menghampiri Arka. Ia tampak cantik dengan balutan kaos sederhana berwarna-warni biru muda dan celana jeans.Arka segera merapat mendekati Ara, ia mencium pipi Ara kanan dan kiri dengan hangat. Ciuman itu membuat Ara tersipu, rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat kehangatan yang Arka berikan. Terakhir lelaki ini mencium dirinya adalah ketika mereka di Swiss.“Apa kamu sudah sarapan?” tanya Arka.“Sudah, Ibu Via memasakkan sup jamur kancing yang enak. Apa kamu belum sarapan?”“Sudah dengan roti dan selai kacang.”Mereka segera memacu mobil menuju lapangan basket ternama di tengah kota. Hiruk pikuk suporter dari dua negara sudah memba

  • Cinta Para Cassanova   113 : Meminta Restu

    Arka mengarahkan mobilnya ke toko bunga, ia keluar dan kembali dengan satu bucket bunga di tangan. Ara tersenyum sambil meraih bunga itu ketika Arka memasuki mobil.“Cantik sekali mawar putih ini! Apa ini untukku?” tanya Ara.“Bukan ini untuk perempuan lain.”Ekspresi Ara mendadak berubah menjadi masam. Apalagi setelah melihat Arka menaruh bunga itu dengan penuh hati-hati di kursi belakang. Ara hanya cemberut sepanjang perjalanan.“Apa kamu berselingkuh secara terang-terangan denganku?” tanya Ara dengan jengkel.Arka hanya tersenyum tak menjawab.“Jika kamu tahu siapa wanita ini, kamu tidak akan pernah cemburu dengan dia!”Ara mengarahkan mobilnya menuju tempat pemakan umum yang biasa Ara datangi dengan Gavin. Arka dan Ara berjalan menuju ke dua makam yang berdampingan, ini adalah makan kedua orang tua Ara yang telah meninggal akibat kecelakaan pesawat ketika Ara da

  • Cinta Para Cassanova   114 : Perempuan Jahat

    Tante Geby kembali ke tempat duduknya dengan tubuh yang lemas. Semua orang bisa melihat perubahan ekspresi setelah wanita ini menerima telepon, gurat wajahnya menampilkan jelas hal buruk baru saja terjadi.“Mari kita akhiri makan malamnya, ada hal penting di kantor yang harus urus,” ajak Tante Geby. Kedua pasangan tua di sebelahnya menatap heran.“Apa terjadi hal buruk?” tanya Kakek Ara.“Tidak, hanya miskomunikasi dengan tim pemasaran dan perlu bicara langsung untuk menjelaskan.”Tente Geby harus berbohong, ia tidak bisa berkata jujur pada kedua orang tuanya yang tak lagi muda. Berita kecelakaan pada Gavin hanya akan membuat shock jantung mereka yang sudah lemah.“Pergilah ke Rumah Sakit Harapan, Gavin kecelakaan dan di rawat di sana,” titah Tante Geby berbisik pada Arka.Arka bersama Ada segera menuju rumah sakit sementara Tante Geby harus mengantar kedua orang tuanya

  • Cinta Para Cassanova   115 : Kondisi Gavin

    Gavin menggerakkan jarinya untuk pertama kali setelah enam hari di rawat. Ia menoleh ke arah samping dan menemukan Ara tengah tertidur saat menjaga dirinya. Di sofa tak jauh dari ranjangnya ia melihat kedua sahabatnya tertidur sambil duduk. Ia ingin bangkit tapi kepalanya terasa begitu sakit. Ara terbangun karena gerakan di atas ranjang tempat ia menyandarkan kepala. Ketika ia membuka mata, Gavin terlihat sedang berusaha untuk duduk.“Kakak,” kata Ara.“A-air,” kata Gavin sambil menunjuk ke arah meja di sebelahnya. Tenggorokannya terasa begitu kering dan begitu sulit untuk mengeluarkan suara.Dava dan Arka langsung terbangun saat Ara mengatakan kata “kakak” mereka sempat berpikir kondisi Gavin memburuk lagi tapi mereka begitu lega saat melihat Gavin akhirnya membuka mata setelah enam hari tak sadarkan diri.“Bantulah Ara mendudukkan tubuh Gavin,” pinta Arka pada Dava.Dava segera membantu Gavi

  • Cinta Para Cassanova   116 : Apa kita masih Normal?

    Dava dan Arka tidak pernah berhenti menemani Gavin selama masa pemulihan. Saat Dava melakukan fisioterapi untuk kakinya mereka berdua juga selalu berada di samping Gavin memberikan semangat. Berbeda dengan Arka yang selalu datang saat selesai kerja, Dava selalu menemani Gavin seolah pria ini adalah belahan jiwanya. Dava yang kini pengangguran memiliki banyak waktu luang untuk menjadi perawat pribadi bagi Gavin. “Apakah aku tidak punya pacar selama enam tahun ke belakang ini?” tanya Gavin pada Dava yang menemani dirinya menghirup udara segar di taman rumah sakit. “Kenapa menanyakan hal itu?” “Hanya aneh, kenapa tidak ada satu wanita pun yang menjengukku selama di rumah sakit.” Gavin merasa enam tahun yang lalu ia masih menjadi pria tampan yang banyak di idolakan banyak wanita, tapi ia merasa aneh ketika hampir dua minggu di rumah sakit bahkan tak ada satu wanita pun yang menjenguk dirinya. “Enam tahun ini, para g

Latest chapter

  • Cinta Para Cassanova   157 : Lima Tahun Kemudian (Tamat)

    Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar

  • Cinta Para Cassanova   156 : Kekacauan

    Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me

  • Cinta Para Cassanova   155 : Persyaratan Nikah

    Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s

  • Cinta Para Cassanova   154 : Pernikahan Dava

    Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.

  • Cinta Para Cassanova   153 : Taruhan

    Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare

  • Cinta Para Cassanova   152 : Malam Pengantin

    Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang

  • Cinta Para Cassanova   151 : Hari Pernikahan

    Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela

  • Cinta Para Cassanova   150 : Jatuh Miskin

    Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz

  • Cinta Para Cassanova   149 : Penjelasan

    Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah

DMCA.com Protection Status