Share

Mulai Tumbang

Author: Lia Dee
last update Last Updated: 2024-02-14 19:24:42

Tidak seperti biasa, hari ini badanku terasa kurang fit. Aku menatap langit-langit kamarku.

Aku meraih selimut disamping tempat tidurku dan mulai meringkuk didalamnya. Aku merasa badanku panas, tapi rasanya dingin sekali.

Kemarin, aku kehujanan saat pulang kuliah. Tapi malam sebelum aku tidur, rasanya badanku masih sehat. Tiba-tiba aku meriang ditengah malam.

Pagi ini, kepalaku pening, badanku lemah. Aku tak mampu berdiri.

Tanganku keluar dari dalam selimut. Menggapai ponsel di atas meja samping kasur. Aku melihat jam, sudah pukul 08.00, aku belum sarapan.

Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rena. Aku berusaha menghubunginya kembali. Aku akan memintanya datang dan membawa sarapan.

Beberapa kali aku menghubunginya, Rena tetap tidak menjawab panggilanku.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang diluar mengetuk pintu kamarku. Mungkin itu Daniel.

Aku bangun dengan sekuat tenaga. Langkahku goyah. Aku berjalan tertatih. Tapi aku berusaha menggapai daun pintu untuk membukanya.

“Kamu kenapa, Sofi? Kamu sakit, ya? Muka kamu pucat.” Suara Daniel sayup terdengar ditelingaku.

Mataku berkunang. Badanku mulai goyah tak tertahan. Dan aku terjatuh.

***

“Sofi.. Sofi..” Aku mendengar suara Daniel.

“Bangun, Sofi..” Aku berusaha membuka mataku.

Dengan pandangan yang masih samar, aku mencoba mencerna satu persatu sekelilingku. Ternyata aku sudah berada diatas kasur.

Ada dua orang laki-laki berdiri di depanku. Yang satu adalah Daniel, dan satunya lagi aku tidak mengenalnya.

Dari seragamnya, sepertinya dia seorang dokter. Aku menatap majikanku Daniel. Aku berusaha untuk duduk.

“It’s okee.. Kamu istirahat dulu..” Daniel menahanku yang berusaha bangun sekuat tenaga.

“Ini aku kasih obat penurun panas dan penghilang rasa pusingnya. Gak perlu khawatir, dia cuma sakit biasa." Dokter itu menjelaskan pada Daniel.

"Mungkin karena pergantian cuaca atau efek kelelahan aja. Dia cuma perlu istirahat yang cukup dan banyak minum air putih. Jangan lupa obatnya suruh minum secara teratur.”

Dokter itu menyodorkan bebeberapa lembar obat-obatan pada Daniel.

“Baik, dok.” Mereka tertawa. Sepertinya dokter itu teman Daniel. “Makasih yah udah mau dateng ke sini. Maaf udah ngerepotin.”

“Ya elah bro, kayak siapa aja!” Dokter itu menyenggol tangan Daniel. “kalo gitu aku pamit dulu, ya..” Daniel mengangguk.

Mereka bersalaman, lalu dokter itu pergi.

Daniel menatapku. Aku menunduk malu. Malu karena harus terlihat lemah didepannya, dan malu karena membuatnya kerepotan mengurusiku.

“Terima kasih, Bos." Ucapku lirih.

“Terima kasih, buat apa?”

“Buat semuanya. Bos, udah bantuin aku banyak.”

“Enggak juga! Saya nggak bantuin kamu. Saya hanya menjalankan kewajiban." Daniel duduk ditepi ranjang diujung kakiku.

"Kamu kerja dirumah saya. Saya hanya ngelakuin apa yang harusnya majikan lakuin saat maidnya sakit. Nggak mungkin kan saya ngebiarin kamu."

“Apapun itu, saya tetep ucapin terima kasih. Bos udah sudi bertanggung jawab atas saya, maid bos.”

Iya, harusnya aku sadar aku hanya seorang maid. Tapi apa ucapan terima kasihku salah. Ah, aku sedang malas berdebat.

Apapun alasan Daniel, aku sudah sangat bersyukur dia mau membantuku saat aku sakit. Aku tidak punya siapa-siapa selain dia dan Rena dikota ini.

“It’s okee..” Dia mengangkat kedua bahunya dengan angkuh.

Daniel memang seringkali menyebalkan. Tpi entah kenapa aku tak perduli. Mungkin aku butuh pekerjaan ini, atau tidak bisa meninggalkannya.

“Saya udah telpon Rena untuk buatin kamu bubur dan nganterin kesini. Nanti kamu makan, terus minum obat. Biar cepet sehat.”

“Gak usah, bos. Saya takut merepotkan Rena. Saya bisa bikin bubur sendiri.”

“oh iya, aku lupa. Kamu kan kuat. Sampe-sampe jalan dari atas kasur kepintu aja kamu pingsan.” Aku kembali menunduk malu.

Aku rasa tidak perlu lagi banyak bicara. Semua yang Daniel katakan benar. Sekarang aku benar-benar lemah.

Aku memang butuh Rena untuk menemani dan membantuku saat ingin ke kamar mandi. Lagipun, Daniel tidak pernah menyentuhku.

“Bos, tadi siapa yang gendong saya keatas Kasur?” Tiba-tiba aku teringat bahwa Daniel tidak mungkin menyentuhku.

“Sayalah.” Jawab Daniel sambil mengangkat kerah bajunya sok cool.

“Pake tangan?”

“Enggak. Pake kaki! Saya tendang kamu dari pintu sampe atas Kasur. Hebat kan, saya?”

iiiih.. menyebalkan sekali jawaban Daniel.

“Heiii..” Dia memetikkan jari didepan mataku. Membuatku terkejut.

“Kamu gak usah mikir macem-macem. Saya angkat kamu pake selimut. Gak ada sedikit pun tangan atau badan saya nyentuh badan kamu."

Aku mengerutkan dahi.

"Kamu saya bungkus kayak pocong. Tuh, selimutnya disamping kamu. Aku nggak sudi nyentuh kamu.”

Daniel bangun dan pergi membuka pintu. Ada suara bel dari pintu luar.

Aku lega Daniel tidak berani menyentuhku. Tapi aku tersinggung dengan pernyataannya yang tidak sudi menyentuhku.

Harusnya aku biasa saja kalau tidak punya perasan pada Daniel. Tapi ini menjadi sakit karena aku menyukainya.

"Ya Tuhan, hatiku rasanya sakit sekali. Kenapa dia harus bilang tidak sudi menyentuhku?" Aku bergumam.

Terdengar suara Rena diluar kamar sedang berbicara dengan Daniel.

“Sofiiii..” Dia berlari kearahku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

“Beginilah akibatnya kalo gak mau denger nasihat temen. Aku kan udah bilang, ikut aku aja. Biar aku anter pulang. Malah milih naik ojek."

Aku tersenyum mendengar celoteh Rena.

"Kalo udah gini kan aku jadi sedih. Tadi pagi aku nyariin kamu dikantin. Aku telpon kamu, kamu gak angkat. Aku khawatir."

“Maaf. Kemaren aku buru-buru pulang karena mau hujan. Dan aku gak mau ngerepotin kamu. Kita kan gak searah.”

“Mungkin berharap dianterin abang-abang yang pulangnya searah, Ren.” Daniel nyeletuk.

“Kak Di..” Rena memelototi Daniel. Dia melemparkan bantal kearah Daniel. Daniel mengangkat kedua tangannya.

Aku malas menanggapinya.

“Udah. Mulai besok, pulang pergi kuliah sama saya aja!” Ucap Daniel.

“Gak usah, Bos. Saya nggak mau ngerepotin, Bos.”

“Kenapa? Gak enak sama Abang Salman? Oke.. Bareng dia aja kalo gitu.”

“Udah dong kak Di..” Rena menunjukkan wajah marahnya. Aku berkedip menenangkan Rena.

“Bukan gitu, Bos. Saya nggak enak sama temen-temen. Dengan penampilan saya yang begini, saya diantar jemput sama mobil mewah.

Saya takut mereka mikir macem-macem tentang saya. Tinggal disini aja kadang saya ngerasa takut, karena kita lawan jenis.

Saya takut, nanti ada temen yang tahu. Takut mereka memberitakan hal yang gak bener. Cuma saya ngerasa aman karena kita jarang ketemu.

Kalo harus antar jemput, itu artinya kita bakal sering ketemu.”

“Nikah aja kalo gitu biar aman.” Aku dan Rena saling menatap terkejut. “Hahahahaa…” Daniel tertawa puas.

Aku tahu dia tidak benar-benar ingin menikah denganku yang hanya seorang maid. Dia hanya asal ceplas ceplos.

“Oke..Oke.. I’m just kidding.” Daniel mengklarifikasi dengan santainya.

“Ya udah. Besok-besok, kalo kamu pulang kuliah cuaca lagi mendung aku anterin. Jangan ngebantah! Aku gak mau kamu sakit.” Ujar Rena.

Aku mengangguk. Aku melihat ketulusan Rena. Aku bersyukur bisa bertemu Rena, sahabat yang baik dan perduli.

“Udah, Ren. Cepet kasih buburnya. Biar dia cepet minum obat, terus suruh istirahat.”

“Iya ka Di..” Rena membuka bungkusan plastik yang dibawanya. Menyodorkan Tupperware berisi bubur padaku.

“Suapin dong, Ren. Dia belum bisa bangun.” Daniel mengambil Tupperware dari tanganku dan memberikannya pada Rena.

“Oh, iya.” Rena menyeringai.

“Malam ini kamu nginep disini. Takut dia butuh bantuan untuk ke kamar mandi atau lainnya.”

“Siap, Kak Di.” Rena mengangkat tangannya dan meletakkan didahinya.

”Oke, thank’s. Maaf ngerepotin kamu.” Ucap Daniel.

“It's oke, sama-sama. Sofi itu udah lebih dari seorang sahabat buat aku, kak. Aku rela ngelakuin apa aja buat dia."

“Thank’s, Rena.” Aku menggapai tangannya.

“Oke.. Cukup dramanya!” Daniel melangkah keluar dari kamar.

Related chapters

  • Cinta Maid Belok Kanan   Daniel yang Mulai Menyebalkan

    Daniel tiba-tiba masuk dengan kaos oblong warna hitamnya. Mungkin dia baru pulang jogging. Daniel selalu pergi jogging setiap pagi. Mungkin itu sebabnya badannya selalu sehat dan memberikan vibes positive untukku. Untukku? Aku tersenyum.​“Ada apa?” Daniel merapat kemeja mini bar. Dia mengagetkan aku yang sedang terpesona melihat ketampanannya.​“Eng.. Enggak papa, Bos.” Aku langsung memalingkan wajahku dan beralih memandangi sayuran yang tengah kupotong-potong.​“Kamu udah sehat?” Tanya Daniel sembari berjalan lalu duduk menyandarkan tubuhnya disofa. Daniel terlihat letih. Aku mengambilkan air putih untuknya.​“Mendingan, Bos. Hari ini saya mau berangkat kuliah. Biar gak tambah sakit. Bosen tidur terus. Tapi saya belum beres-beres rumah, Bos.”Aku melihat rumah Daniel sudah tidak rapi. Kertas kerjanya berserakan diruang tamu. Daniel terlalu sibuk untuk membereskannya sendiri."It's oke. Saya udah biasa sama rumah yang berantakan." Daniel mengangkat kakinya dan meneguk air putih yang

    Last Updated : 2024-02-17
  • Cinta Maid Belok Kanan   Ulah Salman

    "Aduh! Pelan-pelan dong, Bos." Kepalaku hampir terantuk dashboard mobil. Aku terkejut Daniel ngerem mendadak. ​“Udah sampe, tuh! Makanya jangan ngelamun terus.” Daniel memarkirkan mobilnya tepat didepan gedung jurusanku, Fakultas Ekonomi.Aku memonyongkan bibirku sembari membuka pintu mobil. Aku menuruninya perlahan, karena mobil Daniel yang tinggi.Sepanjang perjalanan kami memeng diam. Aku hanya sibuk melihat jalanan. Danielpun tidak menegurku. Aku malu memulai obrolan. Sebuah mobil sedan berwarna hitam merapat terparkir di samping mobil Daniel.​“Hei, Sofi. Gimana keadaanmu? Udah sehat?” Seseorang mengulurkan tangannya setelah menuruni mobil tersebut. Aku terkejut dan melihatnya. Ternyata Salman yang datang menghampiriku.“Oh iya, Bang. Sudah agak baikan.” Aku menyambut tangannya lalu bersalaman.Daniel turun dari mobil menghampiri kami. Salman tersenyum menyambut Daniel.​“Salman, Mas” Salman mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.​“Daniel.” Daniel meraih tangan Salman la

    Last Updated : 2024-02-20
  • Cinta Maid Belok Kanan   Perempuan Dalam Cafe

    Aku dan Rena memasuki salah satu mall besar di Surabaya. Kami turun dari mobil setelah berhasil parkir dibasement. Aku berjalan disamping Rena. Kami masuk kedalam mall dan menyisiri lorong demi lorong rak makanan ringan, keperluan dapur, alat mandi dan lainnya. Setelah beberapa barang yang dibutuhkan sudah masuk semua kedalam keranjang, kami berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Seorang kasir dengan seragam warna biru menscan satu persatu belanjaan Rena. Dia menyebutkan angka yang harus Rena bayar. Rena mengeluarkan ATM card dalam dompetnya. Mengetikkan pin dan mendapatkan struk dari kasir tersebut.“Okey, belanjaanku dah selesai. Sekarang, waktunya makan.” Rena menarik tanganku, tapi aku menahannya.​“Makan dirumah aja, yuk. Aku yang masakin.” Pintaku pada Rena. Aku tidak mau merepotkannya.​“No! Kamu udah capek-capek nemenin aku. Masa aku tega sih, bikin kamu capek lagi?”​“Aku suka masak, Ren. Cuma masak doang gak akan bikin aku capek.”​“Enggak! Kita cari café dan makan se

    Last Updated : 2024-02-20
  • Cinta Maid Belok Kanan   Siapa perempuan itu?

    Rena melempar tasnya. Dia berbaring diatas sofa ruang tamu rumahnya dengan wajah nampak kesal.Aku mengambil dua gelas air dingin didapur, memberikan salah satunya pada Rena agar dia sedikit tenang.Rena bangun dan meneguk air yang kusodorkan kepadanya. Ponselnya berdering dari dalam tas. Tangannya masuk kedalam tas dan meraihnya.​“Ngapain sih, nelpon-nelpon?!” Rena melempar ponselnya keatas sofa.​“Siapa, Ren?” Tanyaku.​“Kak Di lah. Siapa lagi?.” Jawabnya ketus.​“Oooh.” Aku mempersingkat jawabanku agar tidak ribut lagi.​“Kamu kok kayaknya biasa aja sih, Sof? Kamu punya hati nggak, sih?” Tanya Rena sembari memandangku heran.​“Kata siapa? Aku juga sakit, Ren.” Aku merasa serba salah meresponnya. Aku tidak mau Rena semakin kesal. Aku bingung memilih jawaban yang pas.“Aku sama kamu itu beda, Ren. Aku nggak bisa marah kayak kamu. Aku kan, cuma maid dia. Sedangkan kamu, sepupunya.Meskipun kita sama-sama kesal, sama-sama marah, sama-sama sakit hati, kita akan memberikan respon yang b

    Last Updated : 2024-02-22
  • Cinta Maid Belok Kanan   Waktu yang Menyebalkan

    Pagi hari yang sejuk, aku membuka jendela disudut-sudut ruangan. Matahari mengintip kedalam rumah melalui sela-sela jendela.Aku bergegas mengambil sapu dan mulai menggoyangkannya ditanganku. Aku merapikan beberapa kertas kerja Daniel yang berserakan.Butuh waktu sebentar untuk membersihkan dan merapikan rumah ini. Karena rumah Daniel tidak terlalu besar.Daniel dan Rena memang sepupu dengan karakter yang sama. Mereka sama-sama orang kaya yang baik juga sederhana.Mungkin juga karena Daniel belum berkeluarga, jadi dia tidak terlalu membutuhkan rumah yang besar nan mewah."Tapi, kalau aku jadi istrinya, aku nggak masalah harus tinggal dirumah sederhana ini. Ah, aku mulai bermimpi disiang bolong." Gumamku.​“Sofi, Kamu gak kuliah hari ini?” Daniel membuatku terkejut. Dia baru saja pulang dari jogging. Badannya masih kuyup dengan peluh.​“Gak ada, bos.” Sahutku. Daniel sedang menyeka lehernya yang berpeluh dengan handuk kecil ditangannya. ​“Kalo gitu, boleh bikinin saya sarapan?” Danie

    Last Updated : 2024-02-22
  • Cinta Maid Belok Kanan   Mulai Berdamai

    Aku membuka mata dan melirik jam didindingkamarku. Ternyata sudah jam 09.00 siang. Dua jam sudah aku tertidur karenaletih menangis.Aku bangun lalu duduk ditepi ranjang. Mengahadapcermin yang menempel pada lemari. Aku melihat mataku yang sedikit bengkak.Aku menghela nafas Panjang. Aku berdiri laluberjalan kekamar mandi untuk mencuci mukaku yang lusuh.Seusai dari kamar mandi, mataku berkelilingmencari sosok Daniel. Aku menangkap sosok Daniel sedang duaduk disofa ruangtamu.Mungkin labih baik aku meminta maaf untukmengakhiri perselisihan ini.Aku hanya seorang maid. Aku tidak berhak untukmarah-marah apa lagi sampai sok-sokan ngambek dan meninggalkan dia sebelum diaselesai berbicara.Daniel adalah bosku, kalau sewaktu-waktu dia marahdan memecatku, kemana lagi aku harus mencari pekerjaan?Kakiku berjalan menghampirinya.​“Bos.”Aku menyapa Daniel.Aku berdiri disamping sofa tempat Daniel duduk.Tapi Daniel tidak mau menoleh kearahku.​“Hemm..”Jawabnya singkat.Daniel terlihat

    Last Updated : 2024-02-22
  • Cinta Maid Belok Kanan   Kejutan Daniel

    Aku dan Danielmemasuki sebuah mall. Tangan Daniel mempersilahkan aku untuk berjalandisampingnya.Aku maju kedepan dan mulai berjalan disampingDaniel. Ada perasaan bahagia karena Daniel lagi-lagi membuat aku merasadihargai.Aku merasa dia tidak pernah merendahkan aku yanghanya seorang maid.Daniel membawaku masuk ke outlet baju. Mungkin diaingin membelikan baju untuk Farah.​“Pilihbaju yang kamu suka.” Ucap Daniel.​“Buatsiapa, Bos?” Aku bertanya heran.​“Buatkamu.” Jawab Daniel.Dia semakin membuatku bingung. ​“Enggak usah, Bos. saya nggak punya duitbuat beli baju mahal disini.” Akumengelak.​“Aku yangbayar.” Jelasnya.​“Tapi,Bos.”​“Kamubaru tadi loh, minta maaf sama saya karena kamu ngebantah. Sekarang kamu maungebantah lagi?” Aku menggelengkan kepalaku.​“Okey,sekarang kerjakan apa yang saya perintahkan. Please!” Aku mengangguk danberjalan menuju baju-baju yang berjejer.Aku mengambil satu dress cantik berwarna hitam.Kemudian masuk ke fitting room untuk mencoba dr

    Last Updated : 2024-02-22
  • Cinta Maid Belok Kanan   Kesan Pembelaan yang Indah

    "Plak" Aku terpental kesofa. Tamparan Farah sangat keras. "Jangan kurang ajar kamu Farah!" Daniel mendorong Farah dan membantuku berdiri. Entah apa salahku sampai Farah datang kerumah Daniel dan menyerangku. "Eh, gembel. Ngapain kamu disini?!" Teriak Farah. "Farah!" Suara Daniel melengking dalam rumah. "Duduk!" Telunjuk Daniel memberi aba-aba. Farah duduk dengan raut wajah murka disofa ruang tamu. "Kamu nggak apa-apa, Sofi?" Daniel duduk disampingku. Mengelus pipiku dengan lembut. "Nggak usah deket-deket." Farah menarik bahuku sangat kencang. Air mataku jatuh tak tertahan. “Heii..!” Daniel membentak Farah lagi. “Siapa dia, Dan? Kenapa kamu belain dia terus?” Farah menoleh kearahku penuh amarah. Daniel berjaga didepanku. "Kalo kamu masih kayak gini, mending kamu keluar sekarang!" Usir Daniel. Farah diam dan membuang muka. "Kamu ngusir aku demi gembel ini, Dan?! Hah.." Farah tertawa picik. "Kalo kamu gak bisa tenang, aku minta kamu keluar dari sini!" Usir Daniel.

    Last Updated : 2024-02-23

Latest chapter

  • Cinta Maid Belok Kanan   Mimpikah aku?

    “So beautiful, anak Mamah.” Aku memeluk Mamah Daniel. Aku mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Memeluk mamah Daniel serasa memeluk Ibuku. Aku merasa sedikit damai dalam pelukannya. “Makasih, Mah. Makasih juga udah mau dateng.” Dia melepas pelukanya dan tersenyum sambil menatap mataku. Mata Mamah Daniel berbinar. Terpancar kebahagiaan disana. Ada perasaan kecewa dalam hatiku atas kebahagiaannya. Kecewa, karena Ia bahagia atas pernikahanku yang bukan dengan anaknya. “Mamah pasti dateng sayang. Kan, yang nikah anak Mamah.” Jawab Mamah Daniel teduh. 'Iya. Mamah Daniel bahagia, karena dia menganggapku anaknya. Ah, aku terlalu berlebihan karena kecewa.' “Mas Di nggak dateng?” Dia Kembali melempar senyumnya. “Dateng, dong.. kalau nggak dateng, gimana kamu nikahnya?” Balasnya. Aku mengernyitkan dahiku. Aku memang berharap Daniel bisa datang, tapi kalaupun dia tidak datang, itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada pernikahanku. Aku mengangguk, meskipun aku tidak meng

  • Cinta Maid Belok Kanan   Hari Pernikahanku

    Untuk Mas Daniel, Daniel, Satu nama yang terpateri dalam hati ini. Terima kasih karena sempat menjadi warna dalam hidupku. Sampai saat ini, aku masih mencintaimu. Sangat. Meski raga ini sudah tak mampu lagi berlari mengejarmu, tapi hati ini senantiasa merindumu. Semua memang sudah terlambat. Aku tidak bisa melawan takdirku.Tapi tak salah bukan, kalau aku berharap, suatu saat takdir berpihak padaku. Aku masih mengaharapkanmu, mas. Meski secuil saja harap adalah sesuatu yang mustahil. Tapi, bukankah berawal dari kemustahilan mencintai dengan derajat yang berbeda sudah kita lewati? Sekarang, aku hampir menjadi isteri orang, dan kamu masih sendiri. Apakah ini juga akan menjadi mustahil? Ah, entahlah! Kamu terlalu dalam untuk aku keluarkan dari lubuk hatiku. Kamu terlalu berkuasa dalam otakku hingga aku tak mampu melupakanmu. Kalau boleh aku bilang ‘aku benci takdirku’. Tapi itu tidak boleh, kan? Karenanya, aku tidak membencinya. Apapun dan siapapun. Selamat tingg

  • Cinta Maid Belok Kanan   Merayu Daniel

    "I love you, Mas." Aku terisak dibahu Daniel. Bahu yang selalu kuharapkan dapat menopang kepalaku saat aku sedih."Love you too, sayang." Jawab Daniel. Malam ini kami sedang duduk bersama diteras rumah Daniel. Aku ingin menghabiskan malamku bersama Daniel.Orang tua Daniel sedang keluar untuk menemui koleganya.Besok, aku harus kembali menjadi Sofi tunangan Salman. Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahanku atas permintaan Daniel.Daniel memberikan alasan yang masuk akal untuk tidak merebutku dari tangan Salman. Daniel bukan tipikle laki-laki curang dan licik.Dan aku harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang kuambil. Sebenarnya, bisa saja waktu itu aku menggagalkan pertunanganku.Tapi aku memilih meresmikan pertunanganku dengan Salman."Mas, udah beberapa hari lagi aku akan nikah sama Salman. Aku akan jadi milik dia Mas." Daniel menatapku. Hatiku sakit melihat mata Daniel yang juga meneteskan air mata."Apapun yg terjadi esok, aku harap kamu akan selalu bahagia sayan

  • Cinta Maid Belok Kanan   Diratukan Keluarga Daniel

    “Ada apa Di?” Samar-amar aku mendengar suara Mamah Daniel.“Sofi sakit, Mah.” Jawab Daniel sambil menggendongku dan berjalan terburu-buru. Daniel membawaku kekamarnya. Kamar Dimana aku meninggalkan Daniel saat dia terbaring lemah.“Kamu nggak apa-apa, sayang?” Tanya Mamah Daniel. wajah yang seiras dengan Daniel inipun sama-sama mengkhawatirkanku. Aku melihat ketulusan mereka menyayangiku.“Nggak apa-apa, Mah. Mamah nggak usah khawatir, yah..” Jawabku menenangkan Mamah Daniel.Aku melihat Daniel yang sedari tadi tidak tenang.“Ini buburnya, Pak.” Maid Daniel mengantarkan mangkuk berisi bubur pada Daniel.“Makasih, Bi.” Daniel meraih mangkuk itu dan menghampiriku. “Makan dulu ya, sayang.” Ucap Daniel. Aku melirik Mamah Daniel. Aku malu Daniel memanggilku sayang didepan Mamahnya. Aku mengangguk dan membuka mulutku saat Daniel menyuapiku. Entah kenapa aku bisa jatuh ketangan Salman, padahal begitu lebarnya jalan untukku masuk kekeluarga Daniel.Aku sangat yakin, ini bukan takdir. Mela

  • Cinta Maid Belok Kanan   Kondisiku Melemah

    ​Seusai meeting, semua staff keluar dari ruang meeting. Aku tidak benar-benar fokus pada meeting hari ini."Rena nggak masuk lagi, Mas?" Tanyaku pada Daniel. Aku tidak melihat Rena sedari pagi. "Begitulah." Jawab Daniel yang masih sibuk memeriksa kertas-kertas laporan hasil meeting. Aku masih duduk terpaku melihat Daniel sambil berfikir keras bagaimana cara menggagalkan penikahanku tanpa menyakiti dan membuat malu pihak manapun. Selain itu juga, aku teringat bagaimana kemarahan Ayah Salman dan ancamannya terhadapku semalam. Aku takut. Tanganku mulai gematar lagi.Dari semalam aku belum makan. Aku letih memikirkan semuanya.​“Sofi.” Daniel menoleh kearahku lalu memanggilku. Aku mencoba menahan semua rasa sakit. “Heii.. kamu kenapa, sayang?” Daniel menghampiriku.Terlihat wajah Daniel nampak khawatir melihat kondisiku. Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku yang lemah. Tapi aku masih berusaha kuat. “Kita pulang, ya.” "Aku nggak apa-apa, Mas. Aku cuma terlalu panik menghadapi semuany

  • Cinta Maid Belok Kanan   Menemukan Titik Terang

    Daniel menghampiriku dan memberikan kotak kecil yang ia ambil dimeja kerjanya. “Buka.” Pinta Daniel. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Ada cincin cantik dengan permata hitam diatasnya. Warna favorite kami. “Apa ini?” Tanyaku masih bingung. “Cincin. Cincin ini aku beli buat aku kasih kekamu untuk menyatakan perasaanku sama kamu. Waktu itu, Rena masuk keruangan ini dan dia liat cincin ini. Aku bilang, kalau aku mau melamar kamu. Tapi dia nggak ngizinin aku dengan alasan, kalau kamu nggak suka sama aku. Dia bilang, kamu cinta sama Salman. Dan hampir bertunangan sama dia.” Mataku terbelalak mendengar penjelasan Daniel. sebelumnya, aku sudah bisa menebak, bahwa Rena adalah dalangnya. Tapi aku tidak menyangka, sejauh ini dia menipu kami. “Oke, satu lagi yang masih jadi teka teki dan sampai sekarang Mas belum ngasih tahu aku. Mas inget kan, waktu aku masih kerja dirumah Mas sebagai maid? Waktu itu Mas pergi ke Turki. Dan sepulang Mas dari Turki, Mas marah dan nuduh

  • Cinta Maid Belok Kanan   Mencari Titik Terang Dari Daniel

    ​Aku sampai dikantor pukul 07.00 pagi ini. Kondisiku sedang tidak baik-baik saja. Semalaman aku terus menerus memikirkan ancaman Ayah Salman, tapi aku juga harus menyelesaikan masalahku dengan Daniel. Aku sudah janji untuk menemui Daniel pagi ini,dan sebelum Daniel samapi kantor, aku juga harus menyelesaikan laporan untuk persiapan meeting. Aku langsung menghadap komputer dimeja kerjaku. Menyelesaikan semua tugas yang dibutuhkan. Sesekali aku menyeruput kopi yang aku buat sebelum aku duduk dimeja kerjaku.​Beberapa staff mulai berdatangan dan menyapaku. Mereka menempati kursi mereka masing-masing.​“Temen-temen, kita nanti meeting jam 10.00. Maaf ngasih tahu mendadak. Soalnya Bos baru ngasih tahu kemaren. Jadi sekarang kalian masih punya waktu sampe jam 10.00 buat ngerjain laporan. Okey..​“Oke, Mba Sofi.” Jawab mereka Bersama-sama. Aku Menyusun lembaran demi lembaran laporan yang sudah selesai kubuat. Aku menatap pintu ruangan Daniel yang belum juga dibuka oleh tuannya. Aku me

  • Cinta Maid Belok Kanan   Kemarahan Ayah Salman

    ​Aku berjalan masuk kedalam salah satu Restoran mahal dikota Surabaya. Mahal menurutku yang tidak mampu membeli makanan didalamnya. Aku belum pernah masuk ke Restoran ini.Aku melihat kesekeliling Restoran, mencari sosok yang memintaku untuk datang kesini.​“Maaf, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang pelayan Restoran berseragam hitam putih penghampiriku. Pelayan itu menanyaiku. Mungkin dia melihatku yang sedang kebingungan.​“Oh, iya, Mba. Aku nyari meja pesanan atas nama Salman.” Aku memberi tahu pelayan tersebut.“Mari ikut saya, Bu.” Pelayan itu menunjukkan jalan dengan sangat sopan. Ia berjalan perlahan, dan aku menyusulinya dari belakang. Aku diantarkan kemeja makan tertutup dipojok Restoran ini. “Silahkan duduk, Bu." Pelayan itu menarik kursi dan mempersilahkan aku untuk duduk. "Ini buku menunya, Bu. Silahkan diliat-liat dulu." Dia menyodorkan buku menu padaku. "Nanti kalau mau pesan bisa pencet bel aja disini.” Pelayan itu menunjuk tombol bel disamping meja.Aku menatap b

  • Cinta Maid Belok Kanan   Bertemu Mamah Daniel

    ​Hari ini kepalaku masih sakit. Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku tidak berhenti memikirkan semua cerita Salman. Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengannya. Setelah semua yang terjadi, sepertinya kali ini aku harus terlebih dulu mencari kebenaran. Aku mulai ragu dengan semuanya.Aku harus mencari dalang dari semua skenario ini.​Aku mengambil tas yang tergantung dibalik pintu dan menjinjingnya dibahu. Aku berjalan keluar lalu menyetop taxi. Aku menaiki taxi dan meminta driver tersebut untuk mengantarkan aku kerumah Daniel. Aku harus meminta penjelasan Daniel sebelum meminta penjelasan dari Rena. Aku harus mendengarkan semua pihak.Atau mungkin dari Daniel aku akan menemukan sedikit jawaban kepada siapa aku harus percaya.​Setelah sampai didepan rumah Daniel, aku melihat gerbang rumah Daniel sudah menganga. Aku yakin Daniel sudah bangun. Aku melihat seorang Ibu paruh baya yang sedang menyapu diteras rumah Daniel. sepertinya dia adalah maid baru Daniel lagi.​ “Selam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status