"Naura, bisakah kita kembali bersama lagi? Seperti lima tahun yang lalu?" tanya Alfa lirih.
Naura menatap Alfa sendu. "Nggak bisa, Alfa. Sudah terlambat."
"Nggak, aku merasa belum terlambat," balas Alfa menyangkal.
"Lalu apa? Apa yang bisa kamu lakukan? Aku sudah punya tunangan, dan aku sudah akan menikah."
"Jangan tanya apa yang bisa aku lakukan, Naura. Aku bisa melakukan apapun demi dirimu, meskipun nyawa taruhannya," kata Alfa sangat yakin.
Deg!
Naura langsung teringat Eza, teringat pada ucapan yang Eza tuturkan semalam. Eza juga mengatakan hal serupa seperti yang Alfa katakan. Eza akan mempertahankan Naura agar tetap disampingnya meski myawa taruhannya.
Astaga ... seketika Naura merasa dirinya tengah berkhianat, sekarang. Apa ini? Berpelukan dengan laki-laki lain? Sial! Kenapa Naura bisa tidak terkendali seperti ini?
"Naura,—"
Ting!
Pintu lift terbuka dan Naura langsung keluar dari lift, berlari meni
Naura tengah menyisir rambutnya di depan cermin ketika ponselnya berdering, ia baru saja selesai mandi. Naura meraih ponselnya lalu menjawab panggilan dari Eza. "Hallo, Za," sapa.Naura lebih dulu. "Hai, Sayang, lagi ngapain?" tanya Eza. "Aku baru selesai mandi," jawab Naura. "Kalau gitu dandan yang cantik ya," pinta Eza. "Untuk apa?" "Untukku. Nanti malam aku dan keluargaku akan datang, kamu nggak lupa kan?" tanya Eza. "Ohh, aku nggak lupa kok tapi aku nunggu kepastian dari kamu dulu. Nanti abis ini aku kasih tahu orang tuaku kalau kalian akan datang ya." "Iya," balas Eza singkat. Kemudian merrka saling diam selama beberapa saat. "Ra," panggil Eza. "Ya?" "Orang tuaku ingin kita secepatnya melangsungkan pernikahan, apa kamu nggak keberatan? Mereka ingin dalam waktu dekat ini kita sudah menikah, Ra," ujar Eza. "Aku nggak keberatan, Za. Mana mungkin aku keberatan dinikahi tunanganku sendiri?
"Kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak-anak kita, Bu, Pak. Dan mendukung apa yang anak-anak kita cita-citakan," ujar Dahayu kepada orang tua Eza."Benar sekali, Bu, jika ini sudah menjadi keputusan anak-anak kita maka kita hanya bisa mendukung saja," ujar Rania—ibu Eza menambahi."Jadi begini, Bu Dahayu, Pak Dharma. Anak-anak kita ini kan sudah cukup lama menjalin hubungan, kalau bahasa gaulnya itu pacaran. Nah sekarang sudah saatnya bagi mereka untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Menurut bapak dan ibu Aswangga ini, apakah tidak masalah jika kita melangsungkan pernikahan anak-anak kita dalam waktu dekat? Karena biar bagaimanapun mereka tentu sudah jauh saling mengenal, bukan?" tutur Vikram—ayah Eza."Karena anak-anak yang akan menjalaninya jadi sebaiknya kita biarkan anak-anak saja yang mengambil keputusan, Pak. Kita bantu saja mereka," ucap Dharma—ayah Naura."Sebenarnya tadi kami sudah
PRANG!Naura menjatuhkan sebuah piring yang tengah ia cuci hingga piring itu pecah."Naura!" pekik Dahayu terkejut. Dahayu langsung mematikan kompor dengan cepat dan langsung menghampiri putrinya. Begitu pula dengan Dharma dan Alfa yang juga ikut berlari menghampiri Naura."Akhh!" Naura mendesis kesakitan karena pecahan piring itu melukainya ketika ia hendak mengumpulkan serpihan itu.Alfa datang dan langsung menarik tangan Naura. "Hati-hati, Naura," kata Alfa peduli. Alfa pun tak ragu untuk memasukkan jari Naura ke dalam mulutnya untuk diisapnya.Naura tak menolak. Ia diam saja mendapatkan perlakuan dari Alfa. Justru tatapannya tak lepas memperhatikan Alfa."Masih sakit?" tanya Alfa lembut. Namun Naura tak menjawab. Ia masih melamun karena perlakuan Alfa yang sebenarnya biasa saja namun ternyata berhasil membuat Naura tidak berkutik. Debaran jantungnya terpompa begitu ken
*FLASHBACK DARI SISI ALFA*15 September 2016Pagi ini Alfa sangat bersemangat. Bangun sangat awal, mempersiapkan segala hal untuk kejutan yang akan diberikannya pada Naura.Anniversary. Satu kata itu berhasil membuat Alfa terus mengembangkan senyum pagi ini. Sampai membuat ibunya geleng-gelang."Kamu pasti mau pergi kencan sama Naura?" tanya Nalin—ibu Alfa sambil mengelap piring."Kok tahu?" balas Alfa."Ibu sudah sangat hafal. Setiap kali mau pergi sama Naura kamu pasti sangat sibuk di pagi hari, tampil sangat rapi, dan ya ... seperti ini lah contohnya."Alfa terkekeh. "Iya, Bu, kami berniat merayakan anniversary kami, kecil-kecilan aja, yang penting ada kenangannya," jelas Alfa."Iya, ibu doakan kalian langgeng ya. Ibu sangat suka pada Naura. Dia gadis yang sangat mandiri dan kepribadiannya sangat baik. Ka
"Demi Allah, Ra, dia itu adik sepupu aku. Mana mungkin aku mencari perempuan lain sedangkan perempuan yang begitu sempurna udah aku miliki. Apalagi yang aku cari?" kata Alfa setelah ia menceritakan kejadian masa lalu yang ia alami hingga membuatnya terputuk selama beberapa waktu.'Apa? Jadi itu adalah adik sepupunya? Benarkah apa yang Alfa katakan?' batin Naura."Benarkah? Aku nggak pernah tahu kamu punya sepupu dia. Dia cantik dan molek, aku pikir petempuan seperti itu lah yang kamu inginkan.""Dia tinggal di luar kota, Ra, kami jarang ketemu. Wajar kalau kamu nggak tahu," jelas Alfa."Kamu seharusnya percaya diri saat kamu memiliki kesempurnaan. Kecantkan paras bukanlah menjadi tolak ukur untuk perempuan yang akan mendapatkan cintaku, kenapa kamu bisa mengira aku memiliki wanita lain saat kamu tahu hatiku hanya milikmu, Ra?" lanjut Alfa."Aku nggak sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan."Alfa terkekeh."Lagipula aku nggak merasa
"Naura, katakan yang sejujurnya. Katakan apa kamu masih mencintaiku atau enggak?" Alfa kembali mendesak Naura dengan pertanyaannya."Apa aku masih harus menjelaskannya, Alfa? Aku akan menikah dengan Eza, aku pikir sudah cukup menjelaskan, bukan?" ujar Naura."Kamu hanya bagian dari masa lalu, yang tertinggal di belakang," lanjut Naura dengan suara lebih lirih.Alfa tercengang. Sungguh, apakah yang dikatakan Naura itu benar? Lalu kenapa ciuman itu masih terasa penuh cinta? Kenapa Naura tidak menolak ciuman itu? Alfa meragukan pernyataan Naura."Tolong katakan yang sejujurnya. Kalaupun aku harus pergi, biarkan aku pergi setelah mendengar kejujuranmu, Naura," pinta Alfa lirih."Alfa, aku mencintaimu ... tapi itu dulu. Sekarang aku sudah bahagia dengan kehidupanku dan kamu pergilah dan carilah kebahagiaanmu sendiri," pungkas Naura.Naura sudah tidak bisa lagi bertahan lebih lama bersama Alfa. Naura beranjak dan iapun berlari masuk ke dalam kamar
Drtt ... drrrttt ....Ponsel Naura berdering tepat saat Naura keluar dari kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang sudah membengkak akibat menangis.Naura meraih ponselnya lalu mengangkat telepon dari Eza. Ya, tadi Eza mengatakan akan menelpon Naura setelah sampai di rumah."Hallo," sapa Naura yang kentara sekali suaranya parau."Naura, kamu kenapa? Kamu flu? Tapi bukannya tadi kamu baik-baik aja?" tanya Eza berbondong, khawatir pada kekasihnya itu."Ah, iya, nggak tahu nih, tapi nggak papa kok. Ini paling cuma kedinginan aja, besok juga pasti sembuh," kata Naura."Ohh syukurlah kalau nggak papa. Kalau kedinginan matikan aja ac-nya, Ra," ujar Eza."Iya, Za, nanti aku matiin.""Oh ya, besok mumpung hari Minggu, ayo kita pergi cari wedding organizer. Waktu kita nggak banyak kan, Ra? Sebaiknya kita menyiapkan segala sesuatunya segera," ujar Eza.Naura terdiam cukup lama. Dadanya kembali sesak.'Astaga ... apa yang ka
Naura dan Eza telah sampai di tempat yang disetujui dengan seorang WO yang sebelumnya telah dihubungi oleh Eza."Selamat pagi, benar dengan mas Eza dan mbak Naura?" sapa seorang wanita yang terlihat cerdas dengan penampilan rapi dan luwes serta tutur kata yang tegas."Selamat pagi, ya saya Eza dan ini Naura, calon istri saya," balas Eza."Perkenalkan, saya Riska, wedding organizer yang tadi sudah mas Alfa hubungi," ucap perempuan bernama Riska itu sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Alfa dan Naura."Boleh saya duduk dan bergabung dengan kalian?" tanya Riska."Oh, ya, silakan, Mbak Riska," ujar Naura. Riska pun menarik satu kursi untuk ia duduki."Baiklah, disini saya akan menjelaskan beberapa tema wedding yang banyak dipilih beberapa pasang calon pengantin. Atau kalian ada ide silakan beritahu saya dan saya akan coba bantu dengan maksimal," ujar Riska."Ya, sebenarnya calon istri saya ingin pernikahan kami bersuansa puti