Home / Pernikahan / Cinta Istri Muda / 6. Ini Suatu Kebetulan, atau ...?

Share

6. Ini Suatu Kebetulan, atau ...?

Author: Nada Egan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bukan hanya sekali ini Aisha mengajak Adrian makan di restoran Syahlana. Hampir setiap beberapa hari sekali. Makan siang atau makan malam. Setiap kali itu juga, Aisha selalu menyertakan Syahlana dalam obrolan mereka. Lama-lama, Adrian bisa membaca niat Aisha.

"Sha, jujur sama aku. Apa tujuan kamu?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar pada istrinya.

"Tujuan apa sih, Mas?" Aisha balik bertanya demi menghindari prasangka. Demi mengamankan niat sesungguhnya. "Kan makanan di sana lezat. Aku sendiri gak pandai masak. Jadi, gak ada salahnya dong, aku ngajakin kamu makan di sana."

"Tapi ini keseringan loh. Seminggu, kita bisa tiga kali makan di sana. Pernah gak, sekali aja kamu ngajak ke restoran lain, kalau emang tujuannya buat makan aja?" Rupanya Adrian begitu teliti mengamati gerak-gerik Aisha.

Aisha mendesah. Belum saatnya ia mengungkapkan yang sebenarnya. "Ah, kamu nih, kebanyakan mikir ke mana, sih? Menu di restorannya Syahlana itu banyak. Banyak juga yang belum aku cobain, makanya sering banget dateng ke sana. Udahlah, gak usah mikir yang aneh-aneh."

"Ya udah, kalo kamu gak mau terus terang. Lain kali, aku gak mau makan di sana lagi." Sebenarnya apa yang Adrian hindari? Dirinya juga tidak mengerti.

Aisha tidak peduli. Ia harus memuluskan rencananya.

Suatu hari.

Rosana menghubungi Syahlana melalui telepon. "Sayang, akhir pekan ini sibuk, gak?"

"Engga juga, Tante. Kenapa?" tanya Syahlana.

"Tante mau undang kamu dateng di makan malam di rumah kami. Dateng, ya?"

"Insya Allah, Tante. Boleh Lana ajak adik?"

"Boleh banget."

Rosana masih melanjutkan rencanaya mencari calon istri kedua buat Adrian, agar bisa memberikan keturunan pada keluarga Sudiro. Kandidat terkuatnya saat ini adalah Syahlana.

"Ian, malam minggu besok jangan ke mana-mana. Mama mau ngenalin kamu sama anak temen Mama."

"Astaga. Mama masih aja dengan rencana itu?" keluh Adrian.

"Masih. Mama sangat mendambakan cucu, Ian. Kamu jangan merusak harapan Mama. Bisa, kan?"

"Tapi, Ma..."

"Kalau memang Mama gak diizinkan punya cucu, buat apa hidup lebih lama dengan membosankan? Lebih baik Mama mati aja."

"Ma, jangan ngomong begitu. Bukankah Adrian udah setuju untuk menikah lagi. Cuma, apakah ini gak terlalu cepat?"

"Kamu mau tunggu sampai kapan? Mama sudah tua. Entah kapan hidup Mama akan berakhir dimakan usia. Lebih cepat, lebih baik, bukan?"

Aisha mendengar perdebatan antara Adrian dan Rosana di ruang keluarga. Suaranya keras, sampai terdengar ke kamarnya di lantai dua. Mama mau ngenalin Adrian ke siapa? Aisha tidak boleh telat langkah. Ia buru-buru menelepon Syahlana.

"Lana, akhir pekan ini ada acara gak?" tanya Aisha.

"Ada, Sha," jawab Syahlana. "Emang kenapa?"

"Rencananya mau ngajakin jalan. Sebenernya pengen ke salon. Kita me time gitu, loh." Aisha menjelaskan.

"Waduh, kamu telat, Sha. Aku udah terlanjur ada janji sama orang. Kapan-kapan aja gimana? Gak mesti akhir pekan juga bisa."

Aisha benar-benar terlambat. Syahlana mungkin sibuk dengan orang-orang di restorannya pada akhir pekan. Semoga saja, Adrian bisa menolak wanita pilihan Rosana.

Syahlana mengajak Zivara datang ke kediaman Sudiro. Rupanya rumah Rosana ini tidak jauh dari CDM. Hanya beberapa kilometer. Menyetir beberapa menit saja sudah sampai.

"Kak, kata Mama, anaknya Tante Rosana itu temen TK nya Kakak, ya?" tanya Zivara.

"Iya. Kakak juga akhirnya inget sama ini Tante," jawab Syahlana. "Mereka pindah ke Amrik, sebelum kamu lahir."

Zivara manggut-manggut. "Jangan-jangan, itu Tante, mau ngejodohin Kakak sama anaknya," seloroh Zivara.

"Gak mungkin! Kata Mama, anaknya itu udah menikah, kok."

Zivara tertawa. "Ada sodaranya, kali."

"Ih, kamu... maksain kemungkinan yang gak mungkin."

Zivara terus menggoda kakaknya yang masih saja jomblo di usia segini.

Di rumahnya, Rosana sibuk menyiapkan menu makan malam. Dibantu Sumi, asisten rumah tangga. Ia sengaja tidak memanggil Aisha. Melihat wajah menantunya itu saja sudah enggan. Tidak sebanding, bila dibandingkan dengan tamunya kali ini.

Tidak lama kemudian, tamu yang dinanti-nanti sejak sore tadi datang.

Rosana sendiri yang membukakan pintu. "Ya ampun, mimpi apa sih Tante tadi malam, didatengin sama bidadari-bidadari cantik gini?" Lalu ia memperhatikan Zivara. "Dua-duanya cantik semua. Adikmu ini persis Akasma, deh."

"Kalo Mama bilang, aku mirip sama Nenek," kata Zivara.

"Oh iya. Tante pernah lihat foto nenek kalian." Sejurus kemudian, Rosana mengajak kedua tamu cantiknya masuk ke dalam rumah. Mempersilakan duduk di ruang tamu.

Baru saja mereka duduk, keluarlah Sumi, menyajikan minuman berupa teh hangat dalam wadah cangkir kristal.

"Kalau Zivara, sibuk apa sekarang?" tanya Rosana. Agar tidak melulu menanyai Syahlana, juga agar rencananya tidak terlalu kentara.

"Kuliah aja, Tante," jawab Zivara. "Ambil hukum, kayak Mama."

"Keren, deh."

Kemudian...

"Syahlana?" Aisha terkejut melihat sahabatnya berada di rumah ini, dan merupakan tamu Rosana.

Rasa terkejut itu sedikit menghampiri benak Adrian. Memang benar, dia Syahlana, yang saat kecil merupakan anak pemberani dan melankolis. Suka membela dan menolongnya saat ditindas anak-anak lain.

"A-aisha?" Syahlana pun turut terkejut.

Lebih kaget lagi, Rosana. "Kalian sudah kenal?" tanyanya.

Syahlana tersenyum. Ia menjelaskan pada Rosana. "Sudah, Tante. Kenal dengan baik. Bahkan dengan Adrian."

Rasa terkejut Rosana diikut rasa bahagia. "Memang ya, jodoh itu bukan hanya untuk sejoli, tapi buat sahabat juga. Ian, kamu inget gak, temen TK kamu dulu? Ya, Syahlana ini. Anaknya Tante Akasma."

"Jadi, kamu Adrian yang itu?" tanya Syahlana, tanpa maksud apapun. Hanya sebagai teman lama.

"K-kamu... Syahlana yang... itu?" Adrian balik bertanya. Tetapi dirinya enggan menatap Syahlana. Apalagi matanya. Ia menghindar.

Obrolan mereka lanjut di ruang makan.

"Lana, ini Tante masak sendiri loh," kata Rosana. "Gak sebanding sama masakan di CDM."

"Ah, Tante. Semua makanan itu sebenernya lezat," ujar Syahlana. "Tergantung selera masing-masing orang."

"Kalo gitu, semoga cocok dengan selera kalian. Ayo, silakan disantap."

Rosana adalah keturunan Jawa. Asli Solo. Beliau menyajikan aneka menu makanan khas Jawa Tengah. Sebagai pembuka, ada lumpia basah.

Zivara yang paling doyan makan, berbanding terbalik dengan kakaknya yang tukang masak, terlihat begitu menikmati kue basah itu. "Ini lezat banget, Tante. Zi baru ini makan lumpia basah."

"Ayo, nambah lagi, Zi. Masih banyak. Nanti Tante suruh Sumi kemas buat bawa pulang."

"Ih, Tante, jangan repot-repot," kata Syahlana. "Zi emang gini kalau makan nomor satu."

"Gak papa, lah... Tante tuh gak ada anak perempuan. Jadi suka gitu kalau ada yang minta dimanjain." Rosana begitu mengakrabi Zivara.

Sesaat kemudian, Sumi mulai menyajikan menu utamanya yaitu Selat Solo. Sebuah hidangan khas Jawa yang memiliki pengaruh hidangan Eropa dan berasal dari Jawa Tengah, terutama kota Solo. Makanan ini terdiri dari daging sapi has luar yang direbus dalam kuah encer yang terbuat dari bawang putih, cuka, kecap manis, kecap Inggris, air serta dibumbui dengan pala dan merica.

"Oh ya, aku baru tahu loh, kalau Mas Ian dan Lana ternyata temen waktu TK," kata Aisha membuka pembicaraan. Topik itu tidak diharapkan Adrian.

"Iya, bener. Bener-bener baru hari ini tahunya."

"Cerita dong, waktu kecil Mas Ian seperti apa?" tanya Aisha.

Adrian berharap, Syahlana tidak menceritakan apapun.

"Apa, ya? Udah terlalu lama, mana ingat." Sebenarnya ada beberapa hal yang diingatnya, cuma tidak mungkin mengungkapkannya di depan Aisha.

Saat kecil, sesuatu yang paling Syahlana ingat adalah ketika suatu hari ia dan Adrian bermain di taman rumah lama keluarga Sudiro.

"Nanti kalau sudah besar, kita jadi mama dan papa. Aku papanya, kamu mamanya." Begitu kata Adrian kecil.

Syahlana kecil langsung menolak. "Gak mau! Ian kan suka ngompol!"

"Pokoknya, aku papanya, kamu mamanya!"

"Gak mau!!"

Adrian kecil menangis karena ditolak. Karena tidak tega, Syahlana pun berkata, "Iya, iyaaa. Jangan nangis, dong!"

Barulah Adrian kecil berhenti menangis. "Janji, ya?" Ia mengajak Lana melakukan janji kelingking.

Karena tidak ingin membuat temannya menangis lagi, Syahlana pun mengaitkan kelingkingnya. "Janji, janjiii...."

Tidak lama setelah itu, keluarga Sudiro harus pindah ke Amerika.

Hal ini tidak mungkin Syahlana ceritakan di depan Aisha. Walau hanya janji anak kecil.

"Kalo kamu, Mas? Ingat gak, waktu kecil Lana seperti apa?"

Apa tujuan Aisha menanyakan hal ini? "Ee, seingetku... dia pemberani tapi juga cengeng. Dia suka permen kapas. Kalau sudah makan itu, dia gak akan mau berbagi."

"Masa sih, aku gitu?" Syahlana tidak menyangka, Adrian mengingatnya.

"Ya. Seingetku gitu," jawab Adrian.

"Sampe sekarang masih, Kak!" sahut Zivara. "Kak Lana tuh rela berantem sama Zi, kalo soal permen kapas. Pelit banget."

"Ih, apaan, Zi!" tegur Syahlana.

Zivara cengengesan. Lantas ia berbisik pada kakaknya. "Dari tadi Kak Ian itu ngeliatin Kakak terus."

Syahlana tidak peduli.

Sebagai makanan penutup, Sumi menyajikan es dawet ireng, yaitu dessert khas Jawa Tengah. Es dawet ireng adalah minuman dari tepung beras berwarna hitam pekat. Berbeda dengan es dawet biasa yang berwarna hijau karena memakai daun suji, dawet yang satu ini memakai abu merang atau jerami yang alami, sehingga menghasilkan warna hitam pekat atau keabu-abuan.

Lagi-lagi, yang paling menikmati sajian itu adalah Zivara. 

"Oh ya, Lana, kenapa sih, sampai sekarang belum punya cowok? Mamamu khawatir kamu gila kerja, jadi gak kepikiran menikah." Pertanyaan Rosana sekaligus ingin membuka mata Adrian, bahwa ada calon istri yang luar biasa baik.

"Belum ketemu jodohnya aja, Tante. Bukannya Lana gak mau menikah. Mama dan Papa aja yang terlalu khawatir."

"Iya sih. Suatu saat pastilah ketemu jodohnya. Lana cantik dan baik. Pasti banyak yang suka," pungkas Rosana.

Usai makan malam, mereka semua kembali ke ruang tengah.

Tidak sengaja, Zivara melihat koleksi tanaman bunga milik Rosana di teras belakang. "Wah, bunganya bagus-bagus ya, Tante. Zi boleh lihat?" Anak itu memang rada tomboi, tapi juga suka bunga seperti mamanya.

"Boleh dong, yuk, Tante kasih lihat." Rosana mengajak Zivara ke teras belakang.

Lalu, ponsel Aisha berdering. "Ini dari sepupu aku. Aku jawab dulu." Ia membawa ponselnya ke ruangan lain.

Tinggallah Syahlana dan Adrian berdua di ruang tengah.

Syahlana menyesap tehnya yang sudah dingin. Adrian duduk tidak jauh darinya. Berjarak beberapa sofa.

"Terima kasih, kamu gak cerita soal masa kecil kita tadi," ucap Adrian.

"Sesuatu yang gak penting, gak perlu diceritakan," kata Syahlana. "Apalagi jika menimbulkan perasaan tidak enak hati."

"Kamu bener."

"Maaf, aku gak langsung mengenali kamu, Ian. Wajah kamu banyak berubah."

Adrian mengangguk. "Gak papa."

Related chapters

  • Cinta Istri Muda   7. Enggan Mengingat, Sulit Melupakan

    Dahulu, hubungan persahabatan Adrian dan Syahlana saat kecil sangat dekat dan erat. Walau sering berantem dan rebutan sesuatu, keduanya tetaplah sahabat baik yang tidak bisa dipisahkan. Ketika keluarga Sudiro membawa putra mereka pindah ke Amerika, Adrian sempat jatuh sakit karena tidak bisa lagi bertemu dengan sahabat baiknya. Saat itu komunikasi tidak semudah sekarang. Belum ada WhatsApp, apalagi melakukan panggilan video.Kala itu, Adrian kecil sampai mengalami tantrum. Tantrum biasanya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan anak untuk mengekspresikan perasaannya. Karena itu, mereka hanya bisa meluapkan emosinya dengan cara menangis, berteriak-teriak dan menjerit. Tidak hanya anak-anak yang masih kecil, anak yang lebih besar pun juga bisa mengalami tantrum. Begitulah yang terjadi kepada Adrian. Setiap hari tidak pernah absen mencari sahabatnya.Dengan bantuan psikolog anak di Amerika tempat mereka tinggal, yaitu di Los Angeles, Rosana dan Ramadhan mengatasinya.

  • Cinta Istri Muda   8. Harus Segera Disampaikan

    Pagi itu. Adrian sengaja berangkat ke kantor agak siang. Katanya ada pekerjaan yang mesti segera ia selesaikan menggunakan laptop. Aisha tidak banyak menanyainya. Melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh, barulah Adrian mengungkapkan pada Aisha alasannya berangkat siang.Begitu mengetahui rencana Adrian, Aisha agak sebal. "Kok kamu gak bilang dari tadi sih, Mas? Tahu gitu aku kan bisa ikutan.""Biar kamu juga ikut merasakan kejutan ini," kata Adrian. "Yuk, kita mulai!" Ia mengajak Aisha menemui Rosana di teras belakang, sambil membawa sesuatu yang sejak kemarin Adrian simpan di dalam kulkas pribadinya di ruang kerja.Rosana sibuk merangkai bunga untuk hiasan baru di ruang tamu. Karena yang lama sudah pada layu. Sebenarnya ia sudah tahu ini hari apa, tetapi tidak satu pun orang di rumah mengingatnya. Dirinya merasa dilupakan. "Andai aku punya cucu, gak akan sebegini nelangsanya."Tiba-tiba..."Happy Birthda

  • Cinta Istri Muda   9. Membujuk

    Di kediaman Keluarga Sudiro malam itu, juga terjadi pembicaraan yang hampir sama. Bedanya, ini keluar dari mulut Aisha."Aku mengizinkan kamu menikah lagi, hanya dengan Syahlana. Aku gak akan rela jika posisi itu diberikan ke orang lain.""Engga, Sha. Jangan paksa aku menikah lagi hanya karena ingin punya anak. Aku gak bisa menyakiti hati kamu." Adrian masih menolak."Mas, demi aku, demi Mama, demi masa depan keluarga ini, gak ada yang tersakiti. Aku gak akan sakit hati. Sebenarnya udah lama aku menyiapkan hatiku. Menyiapkan Lana buat kamu. Aku mohon.""Gak bisa, aku gak bisa, Sayang..." Adrian terus menolak."Ayolah, Mas... Jangan menolak dulu. Kamu pikirin baik-baik. Kamu melakukannya bukan cuma buat aku."Adrian menggeleng."Kalau kamu cinta dan sayang sama aku, tolong lakukan. Nikahi Syahlana." Aisha terpaksa mengucapkan kalimat seperti ini. Agar Adrian berhenti menolak.Adrian mendekapnya. "Kalau kamu bilang Syahlana itu b

  • Cinta Istri Muda   10. Perasaan yang Nyata

    Persiapan pernikahan kedua Adrian dengan Syahlana dimulai. Aisha mendamping kedua calon mempelai ke pengadilan agama, guna mengurus pendaftaran pernikahan kedua ini. Tidak ada obrolan khusus antara Adrian dan Syahlana.Ketika ditanya mengenai kesiapan Adrian menjadi suami yang adil, dirinya terdiam sejenak, lalu berkata, "Saya akan berusaha seadil-adilnya."Kemudian, Aisha menandatangani persetujuan atas pernikahan kedua suaminya.Usai dari pengadilan agama, mereka mengantar Syahlana ke restoran, karena masih harus bekerja hari itu.Rupanya, setelah mengantar Aisha pulang, Adrian kembali mampir ke restoran Syahlana. Tadinya, Adrian mau mengajaknya bicara berdua di dalam ruang kerjanya. Tetapi Syahlana menolak."Kita belum sah menjadi suami-istri," katanya. Lantas ia memanggil Lia untuk mendampingi.Tetapi Adrian memintanya memakain headset agar tidak mendengar obrolan mereka dengan jelas."Tenang aja, Mas," kata Lia. "Li

  • Cinta Istri Muda   11. Membiasakan Diri

    Susai sholat subuh, Syahlana tidak lantas kembali tidur. Ia coba melakukan apa yang biasa mamanya lakukan saat pagi hari. Mengaji sebentar, lalu membuat sarapan. Ia memeriksa apa saja isi lemari es dan bahan makanan di dapur. Sumi melihat nyonya muda baru itu begitu sibuk di dapur. "Non, biar saya aja yang kerjakan." "Gak papa, Mbak. Kamu kerjakan yang lain aja," kata Syahlana. "Biasanya mereka sarapan jam berapa?" "Biasanya jam tujuh sudah pada siap, Non," jawab Sumi. "Karena Den Adrian berangkat ke kantro jam delapan." "Oh, oke." Karena tidak terlalu banyak bahan makanan yang bisa Syahlana temukan, ia berinisiatif memasak nasi goreng untuk sarapan keluarga ini. Dibantu Sumi. Aroma lezat makanan sampai ke indera penciuman setiap orang di rumah ini. Rosana, Adrian, juga Aisha. Saat bangun, Adrian tidak melihat istri barunya di sisi. Sepertinya, seusai sholat subuh tadi, Syahlana tidak kembali ke kamar. Ia segera

  • Cinta Istri Muda   12. Yang Terabaikan

    Setelah menikah ini, memang, Syahlana masih aktif di restoran, seperti saat belum menikah. Ia baru menyadari hal ini, ketika mengobrol dengan Akasma lewat video call."Meskipun istri muda, bakti dan tugasnya sebagai istri tetep sama, Lana," kata Akasma."Iya, Ma. Lana akan atur, supaya dua-duanya berjalan dengan baik," jawab Syahlana."Gimana dengan program kehamilan?" tanya Akasma."Baik, Ma. Lancar."Seusai bicara di telepon, Syahlana berinisiatif menghubungi Zivara. Menyuruhnya datang ke restoran. Sang adik baru bisa datang setelah jam kuliahnya selesai."Ada apa sih, Kak?" tanya Zivara. "Gak biasanya nyuruh dateng.""Kakak mau minta bantuan kamu," jawab Zivara. "Ini penting.""Bantuan apa, Kak?" tanya Zivara lagi. "Kakak mulai ditindas?" Ia malah asal menebak."Duh, asal ngejeplak!" omel Syahlana. "Makanya dengerin dulu.""Iya, iya, kenapa sih emangnya?"Syahlana mulai menjelaskan

  • Cinta Istri Muda   13. Hari-Hari Berlalu

    Syahlana semakin mahir mengerjakan urusan rumah tangga. Belajar pada Aisha, Rosana, bahkan Sumi. Seperti pagi ini. Seusai sholat shubuh, ia tidak lantas kembali tidur. Ia menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, dan menjemurnya. Semua dikerjakan dengan dibantu Sumi. Masih ada waktu, ketika menunggu semua orang bangun. Syahlana berinisiatif membersihkan daun-daun yang mengambang di kolam renang, dengan gala dan jaring di ujungnya.Sebenarnya, Adrian juga tidak lanjut tidur. Diam-diam, ia memperhatikan apa yang dikerjakan istri mudanya. Sampai, ia melihat Syahlana begitu fokus membersihkan daun di kolam renang. Lalu ia berpura-pura baru bangun tidur. Mengendap-endap di belakangnya, dan... "Aku bantuin, ya!!"Suara Adrian yang mengejutkan, membuat Syahlana hilang fokus dan keseimbangan. Dirinya tercebur ke kolam renang.Adrian malah tertawa. "Sini, aku bantu naik."Iseng, Syahlana membalasnya, dengan menariknya hingga tercebur juga. "Rasain,

  • Cinta Istri Muda   14. Berbanding Terbalik

    Eliza mengomel. "Kamu tuh baiknya aja boleh kebangetan. Tapi bodoh jangan ikut kebangetan pula, lah!""Aku cuma gak mau jadi obat nyamuk saat mereka bulan madu, Za," kilah Aisha."Tapi kamu punya perasaan gak rela kan, membiarkan mereka pergi berdua sejauh itu, selama itu? Dua minggu, loh!" Eliza benar-benar jadi kompor dalam pikiran Aisha."Udah, ya, Za," kata Aisha, yang masih waras. "Aku gak mau lagi denger kamu ngerecokin rumah tangga kami. Keputusanku bulat. Aku gak akan ikut mereka."Tibalah saatnya Adrian dan Syahlana berangkat berbulan madu ke Singapura. Sumi dibantu Ujang memasukkan tas koper bawaan mereka ke bagasi mobil. Rosana dan Aisha sama-sama mengantar mereka ke mobil."Pokoknya, Mama akan menunggu kabar baiknya!" pesan Rosana.Mereka hanya tersenyum, tidak mengatakan apapun. Lalu, Adrian menghampiri Aisha. "Kamu baik-baik di rumah ya, Sayang."Aisha mengangguk. "Iya. Kalian juga bersenang-senanglah."

Latest chapter

  • Cinta Istri Muda   63. Lembaran Baru

    Beberapa bulan kemudian Syahlana melahirkan seorang bayi perempuan. Ia dan Adrian pun sepakat menamai bayi baru mereka Rosana Aisha Ramadan. Sebagai bentuk sayang dan rasa terima kasih kepada kedua wanita yang telah menghadap Sang Kuasa terlebih dulu. Pagi itu, Syahlana menggendong bayinya yang berusia satu bulan, di balkon. Berjemur matahari pagi, menuai vitamin dari kehangatannya. Lalu San masuk ke dalam kamar. Anak itu sudah mengenakan seragam sekolah pramukanya. Membuat Syahlana lantas ingat, ini sudah akhir pekan. "Maman, hari ini waktunya San dan Rara terima raport semester pertama," kata San. "Nanti Maman atau Pere yang ambil?" Syahlana tersenyum. "Pere yang ambil ya, San. Soalnya ini, Maman gak bisa tinggalin adek Ocha." San tampak manyun. "Nanti itu, kan San tampil baca puisi. Maman dan Pere datang, ya?" Astaga, Syahlana hampir lupa, kalau San menganggap hari ini sangatlah penting

  • Cinta Istri Muda   62. Restu Seorang Istri

    Bagaikan mendengar guntur terbesar dalam sejarah hidupnya. Adrian menolak keinginan Syahlana. "Aku pernah mengalami situasi seperti ini, dan tidak, Sayang. Tidak lagi. Apalagi, sekarang ini, seluruh perasaanku hanya buat kamu. Aku gak sanggup membaginya.""Mas, coba pakai hati nurani kamu. Aisha itu sebatang kara. Dia tidak punya orang tua, saudara, apalagi anak. Suami yang dia cintai meninggalkannya. Betapa hidupnya sangat menyedihkan sekarang ini." Syahlana ingin Adrian rujuk dengan Aisha. Menikahi kembali wanita itu. "Aku tahu, di dalam lubuk hati kamu yang paling dalam, perasaan kamu pada Aisha masih ada.""Gak ada, Sayang! Aku hanya mencintai kamu. Semenjak apa yang sudah diperbuat Aisha pada keluarga ini, perasaanku sama dia luntur begitu saja. Lenyap. Sudah gak ada lagi." Adrian bersikukuh menolak."Mas, tolong kamu pertimbangkan baik-baik. Pikirkan dengan matang. Tetapi, kalau memang pada akhirnya keputusan kamu tetap sama, aku akan berhenti memohon. Han

  • Cinta Istri Muda   61. Penebusan

    Sidang putusan atas kasus yang menjerat Aisha digelar. Kasus yang menyeretnya berhadapan dengan hukum, antara lain adalah penculikan terhadap anak usia enam tahun Muhammad Hassan Ramadan, juga pembeli arsenik ilegal, dan pembunuhan berencana terhadap ibu mertuanya, Rosana Ramadan.Syahlana dan Adrian hadir dalam persidangan itu.Aisha mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Kepalanya terus tertunduk. Ia didampingi oleh seorang pengacara yang disediakan oleh lembaga hukum. Berita acaranya dibacakan hakim dan rekan-rekannya secara bergantian."Semua bukti telah diperiksa dan valid. Sedangkan saksi telah memberikan kesaksiannya. Kesemuanya itu telah membuktikan dengan akurat, bahwa terdakwa melakukan semuanya dengan sengaja. Oleh karena itu, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kami menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk terdakwa," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU).Hakim membaca kembali garis besar dalam berita acara. Be

  • Cinta Istri Muda   60. Kebahagiaan yang Dinanti

    Rumah Keluarga SudiroDi sana sudah ada Zivara, David, Gala, Lia, dan Juki, beserta beberapa guru sekolah dari TK Bunda Pertiwi, seperti Bu Zoya dan Bu Tia. Mereka sedang bersiap, hendak menyambut kepulangan San. Hari itu, David memasak menu yang spesial untuk sang jagoan cilik."Mereka udah sampai mana, Beb?" tanya David."Kak Lana tadi ngabarin, mereka sudah di jalan tol," jawab Zivara, yang sedang memeriksa ulang dekorasi di ruang tamu, bersama Zoya dan Tia.Lia dan Gala menata makanan di meja makan, dibantu Sumi. Sedangkan Juki ditugaskan mengupas kelapa, karena San sangat suka air kelapa muda.Zoya memasang balon-balon di dinding, dengan diikatkan pada sebuah kawat. Tia memasang gambar-gambar di dinding. Ada tokoh Captain America kesukaan San, juga Snow White kesukaan Aurora."Saya kangen lihat Rara dan San main bareng di sekolah," ungkap Tia."Ya. Aku juga," sambut Zoya. "Rasanya suda

  • Cinta Istri Muda   59. Menyambut Hari Bahagia

    Setahun lalu, ketika prosesi Mammanu'-manu', yaitu ketika calon mempelai laki-laki akan mendatangi orang tua mempelai perempuan dan meminta izin untuk mempersunting gadis pujaannya. Dan ketika momen ini juga dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panaidan mahar, jika memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki.Kedua orang tua Jannah yang merupakan orang asli Jawa Timur, kurang paham dengan adat mereka. Maka, mereka meminta Pak RT yang juga keturunan Bugis, mewakili keluarga ini untuk mendampingi mereka menjalani prosesi tersebut. Acaranya cukup meriah. Dihadiri banyak tetangga mereka, kala itu.Pada acara ini pula, selain menentukan uang panai, kedua mempelai juga menjalani proses pertunangan. Nah, untuk pertunangannya ini, Ibunya Jannah meminta adat Jawa. Namun, karena terbatasnya pengetahuan orang Bugis mengenai lamaran atau pertunangan adat Jawa ini, maka dilaksanakan secara informal.Kala itu, Naing menyatakan

  • Cinta Istri Muda   58. Aisha

    Lagi, Aisha harus merasakan dinginnya di balik jeruji besi. Akibat perbuatannya yang tidak termaafkan. Sendirian, duduk di sudut ruangan. Menunggu keputusan hukum. Seberapa lama hendak mendekam di tempat ini.Kenangan lama kembali menari di ingatannya. Ketika dahulu Adrian masih hanya jadi suaminya seorang. Setiap hari mengucapkan kata cinta. Lebih jauh lagi, Aisha teringat saat dulu pertama kali kenal Adrian, lalu saling jatuh cinta, dan memutuskan pacaran, pada akhirnya menikah.Saat itu, Aisha masih tinggal di Bandung, di sebuah panti asuhan Mentari Bunda. Sebagai salah satu orang dewasa yang tinggal di panti asuhan sejak kecil, dan belum pernah diadopsi, Aisha memutuskan mengabdi di tempat itu. Nah, yayasan yang menaungi Mentari Bunda, adalah perusahaan keluarga Sudiro.Suatu hari, di panti asuhan sedang diadakan sebuah acara untuk memperigati 17 Agustus-an. Semua anak hingga yang remaja, bahkan yang dewasa mengikuti lomba. Balap

  • Cinta Istri Muda   57. Kembali Bertemu

    Cuaca di desa Marukangan sore ini tidak panas, juga tidak dingin. Terasa hangat. Banyak anak-anak bermain di lapangan, depan rumah Herlin. Wanita pemilik warung ayam lalapan itu duduk di emperan warungnya. Melihat anak-anak bermain layangan. Menarik ulur senar layangan. Ada juga yang berlarian mengejar layangannya yang putus.Kemudian, Herlin melihat, di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu, ada San yang baru berhasil menaikkan layangannya ke udara. Dia begitu terampil menarik ulur layangannya yang berwarna merah. Ia tidak sendirian. Ada Faisal dan teman-teman lainnya.Semenjak Komang ditangkap, Jannah tidak lagi khawatir, dan bisa membiarkan San bebas main keluar rumah bersama anak-anak lainnya."San!" Herlin memanggilnya.Melihat Herlin, San jadi ingat, pertama kali datang ke tempat ini, terbangun di rumahnya. Anak itu sepertinya merasa takut dan trauma. Ia memilih pindah tempat bermain di dekat rumah Jannah, tempatnya tinggal sekarang.

  • Cinta Istri Muda   56. Bangkai yang Membusuk

    Marukangan, Sandaran, Kutai Timur, Kalimantan TimurSejak Komang ditangkap malam itu, Jannah tidak lantas membawa anak-anak kembali ke Marukangan. Untuk meringankan beban trauma pada mereka, Jannah memutuskan untuk membiarkan keduanya menikmati liburan di pantai ini. Bermain dan bersenang-senang.Tidak hanya bermain di pantai, Andi Fachri juga mengajak mereka bertandang ke rumah-rumah saudara di sekitar sana, guna menghibur mereka, terutama San. Anak itu dipertemukan dan dikenalkan dengan anak-anak lain yang rata-rata seumuran, dan membiarkan mereka bermain bersama.Hingga suatu malam, mereka bertandang ke sebuah rumah milik sepupunya Andi Fachri. Di rumah itu, jaringan telepon lumayan bagus. Jannah menerima pesan masuk pada handponenya yang bukan android. Dari Naing. Dalam pesannya itu, ia memberikan nomor handphone yang bisa menghubungkannya dengan orang di Jakarta, polisi yang menangani pencarian San, namanya Yahya. Jannah pun t

  • Cinta Istri Muda   55. Jalan-Jalan ke Prapat Tunggal

    Malam tiba. Mereka semua menginap di rumah pamannya Naing yang juga seorang Andi. Sepertinya anak-anak sudah capek bermain, sehingga mereka bisa tidur lebih cepat setelah makan malam. Jannah membantu Mamak Zainab dan putrinya Fira menyiapkan kopi dan teh untuk disuguhkan pada para pria yang sedang mengobrol di ruang tamu. "Memang, si Komang itu kapan coba mau tobatnya?" umpat Andi Fachri, pamannya Naing. "Memisahkan seorang anak dari orang tuanya, itu dosa besar. Apalagi menculik. Dia selalu kalau datang ke Marukangan, hanya untuk menghapus jejak kejahatannya." Lintang ikut kesal. "Kalau saya yang jadi orang tua anak itu, sudah saya parang kali itu Komang!" Lalu keluarlah Jannah, beserta Mamak Zainab dan Fira. Jannah menyajikan minuman. Memindahkan cangkir-cangkir dari nampan ke meja. Sedangkan Fira menyuguhkan gorengan singkong, juga secobek sambal gami sebagai cocolan. Sambal gami merupakan salah satu makanan khas masyarakat d

DMCA.com Protection Status