Adrian mendengar kabar bahagia itu, dari Rosana. "Beneran, Ma? Syahlana udah gak lagi menolak kembali sama kita?" Rasanya hampir tidak percaya. Apalagi mendengar cerita tentang perubahan sikap Aisha. Rasanya seperti mimpi.
"Bener, Ian. Maka dari itu, Mama ingin kamu menjemput Syahlana dan San, untuk kembali melangkah masuk di rumah kita." Rosana juga terdengar begitu antusias.
Memang, Syahlana menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Aisha, agar bisa kembali ke keluarga Sudiro. Tetapi, ada hal lain yang menjadi beban pikirannya. Apa yang harus dia katakan kepada San, kenapa mereka tinggal di rumah keluarga itu? San adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pertanyaan "kenapa" tidak cukup satu kali diutarakan. Lagi pula, secara agama, hubungan Syahlana dan Adrian, bukan lagi suami dan istri.
Zivara kembali ke Bandung. Acara tahlilan akan segera berakhir. Sesampainya di Bandung, ia menceritakan yang terjadi di Jaka
Ilham tidak habis pikir. Bagaimana Syahlana dengan begitu mudahnya setuju kembali pada Adrian. Setidaknya itu menurut Ilham. Bahkan anak-anak mereka sudah tahu siapa yang sebenarnya disebut orang tua kandung."Aku udah pikirin semuanya dengan serius, Ham. Tapi jalan ini yang akhirnya kutemukan." Syahlana menjelaskan. "Jadi, gak tepat kalau kamu bilang aku gampang memutuskan semua ini."Sebelum menjelaskan semuanya, Syahlana sudah meminta Gala untuk membawa San bermain di luar."Maksud aku tuh, setelah apa yang keluarga itu lakukan sama kamu, Lana," ungkap Ilham. "Tapi ini belum terlambat, kalau kamu mau berubah pikiran." Ia menatap Syahlana. "Setelah kelar acara tahlilan ayah kamu, ayo, kita balik ke Paris! Bawa San sekalian. Kita lanjutin kehidupan yang menyenangkan di sana. Kamu gak perlu pusing mikirin semua yang di sini."Sebelum ini, sejujurnya Syahlana sangat ingin melakukan apa yang Ilham sarankan. Namun, saat ini, pasti Adrian sudah menjelaskan pa
Dokter Zafran sudah mengizinkan Rosana meninggalkan rumah sakit, dengan syarat wajib control setiap dua minggu sekali. Hari itu, Adrian dan Syahlana, juga si kembar yang menjemputnya. Betapa bahagia hati Rosana melihat keluarga kecil putranya ini. Tampak, Adrian mendorong kursi roda, menuju keluar dari rumah sakit. Di samping mereka berjalanlah Syahlana yang anggun. Sedangkan San dan Aurora berjalan di depan mereka. "Mama seneng deh melihat kalian barengan kayak gini, sebagai keluarga," ungkap Rosana. Ia terus saja memegangi tangan Syahlana. "Kalian jangan lagi berpisah, ya. Kalau terjadi lagi, Mama gak akan mampu menerima situasinya." Syahlana membungkuk, dan bicara kepada mertuanya, "Ma, semua hal ada jalannya. Ada yang bisa kita rencanakan, tapi tetap Tuhan yang memutuskan." "Makanya, rencanakan yang baik-baik aja. Supaya hasilnya gak jauh dari yang baik-baik juga." Permintaan Rosana ini mendapat anggukan dari Syahlana. "Trus, kapan kamu akan tingg
Beberapa hari setelah pengajian, Ilham Bellamy pamit hendak kembali ke Perancis. Alasannya, ia mendapat telepon dari Abiel, kasir toko pastri, toko sedang sangat ramai, beberapa hari ini, menjelang Paris Fashion Week bulan ini, kota fashion dunia itu akan sangat ramai. Bidang kuliner pasti kecipratan.Walau alasan sesungguhnya bukan seperti itu. Ilham tidak mau melihat Syahlana menikah lagi dengan Adrian. Ia tidak akan bisa menahan dirinya.Syahlana tidak bisa menghalangi. Dirinya juga tahu, kalau pas Fashion Week, betapa ramainya toko pastri mereka.Sebulan setelah 40 hari meninggalnya Jamal, Syahlana dan Adrian mempersiapkan acara mbangun nikah. Mbangun nikah adalahdilangsungkannya akadnikahuntuk yang kedua kali oleh pasangan suami istri karena suatu alasan. Alasan tersebutadalah untuk memperindah perkawinan, memperkokoh atau untuk kehati-hatian.Aisha menjadi orang yang paling sibuk mempersiapkan acara tersebut. Me
Suatu malam, Syahlana mendapat telepon dari Abiel, karyawannya di toko pastri di Paris sana. "Sérieusement! Mansour Bellamy a eu un accident de voiture alors qu'il se rendait au magasin la nuit dernière." (Gawat! Tuan Bellamy mengalami kecelakaan mobil saat dalam perjalanan ke toko." "Comment ça va maintenant?" (Trus gimana kondisinya?) tanya Syahlana yang terkejut setengah mati. Abiel menjelaskan, "La blessure est assez grave. Il avait des fractures aux mains et aux pieds. Le problème sérieux n'est pas là, Syahlana." (Cederanya cukup parah. Dia mengalami patah tulang dan kaki. Tapi masalahnya bukan di situ, Syahlana.) "Et alors?" (Lalu apa?) Syahlana bertanya lagi. "Depuis quelques jours, le chef Dior doit se rendre en Allemagne, pour des raisons familiales urgentes.Forcément, nous n'avons pas de chef qui s'occupe des pâtisseries en cuisine." (Dalam beberapa hari ini, Chef Dior harus pergi ke Jerman, karena urusan keluarga yang mendesak.Otomatis, kit
Aisha hanya mengizinkan Aurora yang duduk di depan, menemaninya menyetir. Sedangkan San di jok belakang. Juga, hanya sang anak perempuan yang diajak bicara, sementara anak lelaki diabaikannya. Kenapa begini? Namun anak-anak itu belumlah peka, sehingga tidak terlalu memahami sikap Aisha ini.Di rumah.Rupanya, sudah datang Zivara, sambil membawakan menu makanan dari restoran. Ia terlihat menemani Rosana mengobrol. "Zi ke sini mau ketemu San, Oma. Dia pasti kepingin ikut maman-nya ke Paris. Tapi gak dibolehin.""Iya, Zi. Kamu bener. San minta ikut, tapi gak diajak sama Lana." Rosana membenarkan. "Soalnya kan anak-anak ini harus sekolah.""Nah, makanya itu, Oma. Zi ke sini," kata Zi. "Biar anaknya gak terlalu kecewa."Tidak lama kemudian, Aisha dan anak-anak datang.San sangat senang melihat tantenya datang. "Tante!" Ia menghambur, menghampiri tantenya.Zivara juga senang melihat San yang makin sehat dan ceria
Pesawat mendarat di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis pada Hujan gerimis seolah menyambut kedatangan Syahlana kembali di kota pusat mode dunia ini.Sesampainya di lobi bandara, Syahlana segera memeriksa jam. Beda enam jam antara Jakarta dan Paris. Ia coba menghitung-hitung waktu."Kamu ngapain, Sayang?" tanya Adrian."Aku mau telepon anak-anak," jawab Syahlana."Nanti aja. Setelah hilang capek kita, baru telepon mereka," saran Adrian. "Lagian jam segini, di Jakarta udah malam. Mungkin mereka juga udah tidur.""Iya juga, sih." Syahlana rasa, Adrian ada benarnya. Entah kenapa, tiba-tiba Syahlana kepikiran San. Semoga saja sang anak lelaki tidak berbuat nakal dan menimbulkan masalah. "Ya udah. Ayo, kita ke apartemen aku dulu."Mereka pun berjalan menuju keluar dari bandara ini, dan Syahlana memanggil sebuah taksi. Sang sopir membantu Adrian memasukkan tas koper mereka ke bagasi."Emmenez-nous à la défense," k
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila aka impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata/secara nyata. Gerak pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak. Sedangkan untuk tumbuhan, gerak yang dilakukan tidak akan terlihat oleh kasat mata karena terjadi di dalam suatu organ atau sel tumbuhan. Dengan demikian tidak dapat disamakan arti gerak pada seluruh makhluk hidup. Gerak pada tumbuhan juga melibatkan alat gerak, tetapi alat gerak yang digunakan tergantung dari impuls atau rangsangan yang mengenai sel/jaringan/organ tumbuhan tersebut. Pembahasan gerak pada tumbuhan akan lebih rinci pada bab selanjutnya di semester yang
Entah apa yang dipikirkan oleh Aisha selama ini. Ia pernah melakukan kesalahan. Sudah diberi kesempatan, bahkan telah berhasil mendapatkan kasih sayang mertua yang selama bertahun-tahun ini didambakan. Namun seolah semua itu tidak pernah ada. Semakin hari, ia semakin bersikap pilih kasih terhadap San dan Aurora. Baginya, hanya Aurora-lah anaknya, sedangkan San? Seperti kuman yang tersesat di dalam kebersihan usaha yang Aisha lakukan selama ini.Pagi ini.Ketika mengantarkan anak-anak ke sekolah. Beberapa meter setelah meninggalkan rumah, Aisha menepikan mobilnya. "San, ingatkan apa yang Maman Syahlana bilang?""Ingat, Ma," jawab San. "San tidak boleh merepotkan orang lain.""Ya udah, sekarang kamu keluar dari mobil. Dari sini, terserah gimana caranya kamu bisa sampai ke sekolah, Mama Aisha gak peduli. Tapi, keberadaan kamu di mobil ini, sangat merepotkan. Kamu terlalu diam nyebelin, berisik juga gak enak didenger."Aurora terkejut. "M
Beberapa bulan kemudian Syahlana melahirkan seorang bayi perempuan. Ia dan Adrian pun sepakat menamai bayi baru mereka Rosana Aisha Ramadan. Sebagai bentuk sayang dan rasa terima kasih kepada kedua wanita yang telah menghadap Sang Kuasa terlebih dulu. Pagi itu, Syahlana menggendong bayinya yang berusia satu bulan, di balkon. Berjemur matahari pagi, menuai vitamin dari kehangatannya. Lalu San masuk ke dalam kamar. Anak itu sudah mengenakan seragam sekolah pramukanya. Membuat Syahlana lantas ingat, ini sudah akhir pekan. "Maman, hari ini waktunya San dan Rara terima raport semester pertama," kata San. "Nanti Maman atau Pere yang ambil?" Syahlana tersenyum. "Pere yang ambil ya, San. Soalnya ini, Maman gak bisa tinggalin adek Ocha." San tampak manyun. "Nanti itu, kan San tampil baca puisi. Maman dan Pere datang, ya?" Astaga, Syahlana hampir lupa, kalau San menganggap hari ini sangatlah penting
Bagaikan mendengar guntur terbesar dalam sejarah hidupnya. Adrian menolak keinginan Syahlana. "Aku pernah mengalami situasi seperti ini, dan tidak, Sayang. Tidak lagi. Apalagi, sekarang ini, seluruh perasaanku hanya buat kamu. Aku gak sanggup membaginya.""Mas, coba pakai hati nurani kamu. Aisha itu sebatang kara. Dia tidak punya orang tua, saudara, apalagi anak. Suami yang dia cintai meninggalkannya. Betapa hidupnya sangat menyedihkan sekarang ini." Syahlana ingin Adrian rujuk dengan Aisha. Menikahi kembali wanita itu. "Aku tahu, di dalam lubuk hati kamu yang paling dalam, perasaan kamu pada Aisha masih ada.""Gak ada, Sayang! Aku hanya mencintai kamu. Semenjak apa yang sudah diperbuat Aisha pada keluarga ini, perasaanku sama dia luntur begitu saja. Lenyap. Sudah gak ada lagi." Adrian bersikukuh menolak."Mas, tolong kamu pertimbangkan baik-baik. Pikirkan dengan matang. Tetapi, kalau memang pada akhirnya keputusan kamu tetap sama, aku akan berhenti memohon. Han
Sidang putusan atas kasus yang menjerat Aisha digelar. Kasus yang menyeretnya berhadapan dengan hukum, antara lain adalah penculikan terhadap anak usia enam tahun Muhammad Hassan Ramadan, juga pembeli arsenik ilegal, dan pembunuhan berencana terhadap ibu mertuanya, Rosana Ramadan.Syahlana dan Adrian hadir dalam persidangan itu.Aisha mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Kepalanya terus tertunduk. Ia didampingi oleh seorang pengacara yang disediakan oleh lembaga hukum. Berita acaranya dibacakan hakim dan rekan-rekannya secara bergantian."Semua bukti telah diperiksa dan valid. Sedangkan saksi telah memberikan kesaksiannya. Kesemuanya itu telah membuktikan dengan akurat, bahwa terdakwa melakukan semuanya dengan sengaja. Oleh karena itu, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kami menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk terdakwa," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU).Hakim membaca kembali garis besar dalam berita acara. Be
Rumah Keluarga SudiroDi sana sudah ada Zivara, David, Gala, Lia, dan Juki, beserta beberapa guru sekolah dari TK Bunda Pertiwi, seperti Bu Zoya dan Bu Tia. Mereka sedang bersiap, hendak menyambut kepulangan San. Hari itu, David memasak menu yang spesial untuk sang jagoan cilik."Mereka udah sampai mana, Beb?" tanya David."Kak Lana tadi ngabarin, mereka sudah di jalan tol," jawab Zivara, yang sedang memeriksa ulang dekorasi di ruang tamu, bersama Zoya dan Tia.Lia dan Gala menata makanan di meja makan, dibantu Sumi. Sedangkan Juki ditugaskan mengupas kelapa, karena San sangat suka air kelapa muda.Zoya memasang balon-balon di dinding, dengan diikatkan pada sebuah kawat. Tia memasang gambar-gambar di dinding. Ada tokoh Captain America kesukaan San, juga Snow White kesukaan Aurora."Saya kangen lihat Rara dan San main bareng di sekolah," ungkap Tia."Ya. Aku juga," sambut Zoya. "Rasanya suda
Setahun lalu, ketika prosesi Mammanu'-manu', yaitu ketika calon mempelai laki-laki akan mendatangi orang tua mempelai perempuan dan meminta izin untuk mempersunting gadis pujaannya. Dan ketika momen ini juga dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panaidan mahar, jika memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki.Kedua orang tua Jannah yang merupakan orang asli Jawa Timur, kurang paham dengan adat mereka. Maka, mereka meminta Pak RT yang juga keturunan Bugis, mewakili keluarga ini untuk mendampingi mereka menjalani prosesi tersebut. Acaranya cukup meriah. Dihadiri banyak tetangga mereka, kala itu.Pada acara ini pula, selain menentukan uang panai, kedua mempelai juga menjalani proses pertunangan. Nah, untuk pertunangannya ini, Ibunya Jannah meminta adat Jawa. Namun, karena terbatasnya pengetahuan orang Bugis mengenai lamaran atau pertunangan adat Jawa ini, maka dilaksanakan secara informal.Kala itu, Naing menyatakan
Lagi, Aisha harus merasakan dinginnya di balik jeruji besi. Akibat perbuatannya yang tidak termaafkan. Sendirian, duduk di sudut ruangan. Menunggu keputusan hukum. Seberapa lama hendak mendekam di tempat ini.Kenangan lama kembali menari di ingatannya. Ketika dahulu Adrian masih hanya jadi suaminya seorang. Setiap hari mengucapkan kata cinta. Lebih jauh lagi, Aisha teringat saat dulu pertama kali kenal Adrian, lalu saling jatuh cinta, dan memutuskan pacaran, pada akhirnya menikah.Saat itu, Aisha masih tinggal di Bandung, di sebuah panti asuhan Mentari Bunda. Sebagai salah satu orang dewasa yang tinggal di panti asuhan sejak kecil, dan belum pernah diadopsi, Aisha memutuskan mengabdi di tempat itu. Nah, yayasan yang menaungi Mentari Bunda, adalah perusahaan keluarga Sudiro.Suatu hari, di panti asuhan sedang diadakan sebuah acara untuk memperigati 17 Agustus-an. Semua anak hingga yang remaja, bahkan yang dewasa mengikuti lomba. Balap
Cuaca di desa Marukangan sore ini tidak panas, juga tidak dingin. Terasa hangat. Banyak anak-anak bermain di lapangan, depan rumah Herlin. Wanita pemilik warung ayam lalapan itu duduk di emperan warungnya. Melihat anak-anak bermain layangan. Menarik ulur senar layangan. Ada juga yang berlarian mengejar layangannya yang putus.Kemudian, Herlin melihat, di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu, ada San yang baru berhasil menaikkan layangannya ke udara. Dia begitu terampil menarik ulur layangannya yang berwarna merah. Ia tidak sendirian. Ada Faisal dan teman-teman lainnya.Semenjak Komang ditangkap, Jannah tidak lagi khawatir, dan bisa membiarkan San bebas main keluar rumah bersama anak-anak lainnya."San!" Herlin memanggilnya.Melihat Herlin, San jadi ingat, pertama kali datang ke tempat ini, terbangun di rumahnya. Anak itu sepertinya merasa takut dan trauma. Ia memilih pindah tempat bermain di dekat rumah Jannah, tempatnya tinggal sekarang.
Marukangan, Sandaran, Kutai Timur, Kalimantan TimurSejak Komang ditangkap malam itu, Jannah tidak lantas membawa anak-anak kembali ke Marukangan. Untuk meringankan beban trauma pada mereka, Jannah memutuskan untuk membiarkan keduanya menikmati liburan di pantai ini. Bermain dan bersenang-senang.Tidak hanya bermain di pantai, Andi Fachri juga mengajak mereka bertandang ke rumah-rumah saudara di sekitar sana, guna menghibur mereka, terutama San. Anak itu dipertemukan dan dikenalkan dengan anak-anak lain yang rata-rata seumuran, dan membiarkan mereka bermain bersama.Hingga suatu malam, mereka bertandang ke sebuah rumah milik sepupunya Andi Fachri. Di rumah itu, jaringan telepon lumayan bagus. Jannah menerima pesan masuk pada handponenya yang bukan android. Dari Naing. Dalam pesannya itu, ia memberikan nomor handphone yang bisa menghubungkannya dengan orang di Jakarta, polisi yang menangani pencarian San, namanya Yahya. Jannah pun t
Malam tiba. Mereka semua menginap di rumah pamannya Naing yang juga seorang Andi. Sepertinya anak-anak sudah capek bermain, sehingga mereka bisa tidur lebih cepat setelah makan malam. Jannah membantu Mamak Zainab dan putrinya Fira menyiapkan kopi dan teh untuk disuguhkan pada para pria yang sedang mengobrol di ruang tamu. "Memang, si Komang itu kapan coba mau tobatnya?" umpat Andi Fachri, pamannya Naing. "Memisahkan seorang anak dari orang tuanya, itu dosa besar. Apalagi menculik. Dia selalu kalau datang ke Marukangan, hanya untuk menghapus jejak kejahatannya." Lintang ikut kesal. "Kalau saya yang jadi orang tua anak itu, sudah saya parang kali itu Komang!" Lalu keluarlah Jannah, beserta Mamak Zainab dan Fira. Jannah menyajikan minuman. Memindahkan cangkir-cangkir dari nampan ke meja. Sedangkan Fira menyuguhkan gorengan singkong, juga secobek sambal gami sebagai cocolan. Sambal gami merupakan salah satu makanan khas masyarakat d