Aisha hanya mengizinkan Aurora yang duduk di depan, menemaninya menyetir. Sedangkan San di jok belakang. Juga, hanya sang anak perempuan yang diajak bicara, sementara anak lelaki diabaikannya. Kenapa begini? Namun anak-anak itu belumlah peka, sehingga tidak terlalu memahami sikap Aisha ini.
Di rumah.
Rupanya, sudah datang Zivara, sambil membawakan menu makanan dari restoran. Ia terlihat menemani Rosana mengobrol. "Zi ke sini mau ketemu San, Oma. Dia pasti kepingin ikut maman-nya ke Paris. Tapi gak dibolehin."
"Iya, Zi. Kamu bener. San minta ikut, tapi gak diajak sama Lana." Rosana membenarkan. "Soalnya kan anak-anak ini harus sekolah."
"Nah, makanya itu, Oma. Zi ke sini," kata Zi. "Biar anaknya gak terlalu kecewa."
Tidak lama kemudian, Aisha dan anak-anak datang.
San sangat senang melihat tantenya datang. "Tante!" Ia menghambur, menghampiri tantenya.
Zivara juga senang melihat San yang makin sehat dan ceria
Pesawat mendarat di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis pada Hujan gerimis seolah menyambut kedatangan Syahlana kembali di kota pusat mode dunia ini.Sesampainya di lobi bandara, Syahlana segera memeriksa jam. Beda enam jam antara Jakarta dan Paris. Ia coba menghitung-hitung waktu."Kamu ngapain, Sayang?" tanya Adrian."Aku mau telepon anak-anak," jawab Syahlana."Nanti aja. Setelah hilang capek kita, baru telepon mereka," saran Adrian. "Lagian jam segini, di Jakarta udah malam. Mungkin mereka juga udah tidur.""Iya juga, sih." Syahlana rasa, Adrian ada benarnya. Entah kenapa, tiba-tiba Syahlana kepikiran San. Semoga saja sang anak lelaki tidak berbuat nakal dan menimbulkan masalah. "Ya udah. Ayo, kita ke apartemen aku dulu."Mereka pun berjalan menuju keluar dari bandara ini, dan Syahlana memanggil sebuah taksi. Sang sopir membantu Adrian memasukkan tas koper mereka ke bagasi."Emmenez-nous à la défense," k
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila aka impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata/secara nyata. Gerak pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak. Sedangkan untuk tumbuhan, gerak yang dilakukan tidak akan terlihat oleh kasat mata karena terjadi di dalam suatu organ atau sel tumbuhan. Dengan demikian tidak dapat disamakan arti gerak pada seluruh makhluk hidup. Gerak pada tumbuhan juga melibatkan alat gerak, tetapi alat gerak yang digunakan tergantung dari impuls atau rangsangan yang mengenai sel/jaringan/organ tumbuhan tersebut. Pembahasan gerak pada tumbuhan akan lebih rinci pada bab selanjutnya di semester yang
Entah apa yang dipikirkan oleh Aisha selama ini. Ia pernah melakukan kesalahan. Sudah diberi kesempatan, bahkan telah berhasil mendapatkan kasih sayang mertua yang selama bertahun-tahun ini didambakan. Namun seolah semua itu tidak pernah ada. Semakin hari, ia semakin bersikap pilih kasih terhadap San dan Aurora. Baginya, hanya Aurora-lah anaknya, sedangkan San? Seperti kuman yang tersesat di dalam kebersihan usaha yang Aisha lakukan selama ini.Pagi ini.Ketika mengantarkan anak-anak ke sekolah. Beberapa meter setelah meninggalkan rumah, Aisha menepikan mobilnya. "San, ingatkan apa yang Maman Syahlana bilang?""Ingat, Ma," jawab San. "San tidak boleh merepotkan orang lain.""Ya udah, sekarang kamu keluar dari mobil. Dari sini, terserah gimana caranya kamu bisa sampai ke sekolah, Mama Aisha gak peduli. Tapi, keberadaan kamu di mobil ini, sangat merepotkan. Kamu terlalu diam nyebelin, berisik juga gak enak didenger."Aurora terkejut. "M
Laura sudah tidak marah pada Adrian yang menyerobot taksinya. Malah, ia terkesan dengan cara Syahlana yang memintakan maaf sekali lagi, juga menjenguk ayahnya, Ghufron Aefar. Laura menceritakan, bahwa mereka adalah keluarga keturunan Indonesia-Perancis-Jerman. "Mendiang Mama saya berdarah Perancis-Jawa. Mama saya Jerman-Sunda. Sejak tahun 1998, kami sudah tinggal di Paris ini." Ternyata ibunya juga sudah meninggal. "Sudah setahunan ini, Papa saya menderita penyakit kanker jantung, stadium dua. Ini sudah ke sekian kalinya, Papa kumat lagi sakitnya. Beruntung, Papa punya asuransi kesehatan. Tapi gak semuanya ter-cover. Aku dan adikku harus bekerja untuk mencari biaya buat pengobatan Papa." Laura meneteskan air mata. "Seharusnya Papa sudah mulai dioperasi. Tapi, biaya tambahannya..."Syahlana prihatin. Teringat kembali, bagaimana papanya sendiri meninggal dunia saat itu. Ia memegang tangan Laura. "Kamu harus tabah. Tuhan gak akan menutup mata atas kesulitan yang dialami hamba-Ny
Syahlana menelepon ke Jakarta, ke ipad-nya San. Ia memperhitungkan waktu, seharusnya di Jakarta saat ini masih pukul tujuh malam. Tapi tidak juga diterima."Apa dia lagi belajar ya, Mas?" Syahlana meminta pendapat Adrian. Sore itu, mereka masih di toko pastri."Coba telepon ke handphone-nya Aisha," saran Adrian."Eh, iya. Coba deh." Syahlana pun melakukan yang Adrian sarankan.Setelah terdengar beberapa kali nada sambung, barulah panggilan tersebut dijawab."Lana!" jawab Aisha."Iya, Sha. Ini aku. Em, gimana kabar orang-orang di rumah?" tanya Syahlana mengawali dengan basa-basi."Semuanya baik, kok. Kesehatan Mama semakin membaik. Sudah mulai mengurangi pakai kursi roda. Anak-anak juga tambah aktif. San itu, wah, gak bisa diam. Sama dengan Aurora. Main terus." Aisha menceritakan semua dengan antusias. "Kamu sama Mas Ian di sana gimana? Trus, temen kamu yang kecelakaan itu bagaimana?""Aku sama Mas Adrian baik-baik aja," jawab S
Sudah hampir dua bulan menjalani pengobatan dan perawatan di salah satu rumah sakit terbaik di Paris, kondisi Ilham berangsur membaik. Dokter Goffrei juga heran, karena proses penyembuhan Ilham bisa dibilang cukup cepat. Operasi yang dijalani juga sudah dilalui dengan baik. Saat ini harus menjalani pemulihan. Cara bicaranya juga sudah lebih lancar.Hari itu, Syahlana ingin menemani Adrian jalan-jalan ke Menara Eiffel. Jadi, tidak bisa menjenguk Ilham. Maka, sebagai gantinya, ia mengutus Laura. Saat ini, ayah Laura sudah keluar dari rumah sakit, dan menjalani rawat jalan di rumah.Laura membawakan buah yang mudah dikupas seperti jeruk dan dan pisang untuk Ilham. Ini pertama kalinya, Laura menjenguk Ilham sendirian. Karena Abiel dan Dior punya kesibukan masing-masing.Gadis itu mengetuk pintu kamar rawat Ilham. Sampai terdengar jawaban dari dalam, "S’il vous plaît, entrez! (Silakan masuk!)"Laura pun membuka pintu. "Bonsoir. (Selam
Sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi. David memberi tahu Zivara, tentang apa yang terjadi pada San. Membuat gadis itu terkejut setengah mati. "Kamu jangan bercanda! ini sama sekali gak lucu!" Zivara mulai kesal. "Aku gak bercanda, Beb." David menegaskan. Raut wajahnya yang sedemikian serius, masa dikira bercanda? "Trus gimana sekarang?" Zivara terlihat sangat khawatir. "Aku akan lapor ke polisi," kata David. "Gak bisa," tanggap Zivara. "Laporan anak hilang, setidaknya tunggu 2x24 jam baru diproses." "Trus kita mesti gimana?" tanya David. "Coba kamu cerita lagi, gimana bisa San harus jalan kaki ke sekolah? Aku ingin dengar cerita itu sedetail-detailnya." Zivara sudah menabung amarahnya sejak tadi. David pun menceritakan semua itu. Mendengar nama Aisha terlibat dalam hal ini, Zivara cukup kesal. "Udah aku duga. Dia itu perempuan jahat! Hatinya busuk. Hanya terlalu pandai bersandiwara di depan semua orang! Dia kira
Kapal laut besandar di pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur. Di antara kerumunan para penumpang yang turun, tampak Salman menggendong San, dan berjalan di belakang Komang. Mereka keluar dari kapal, menuju pelataran parkir. Beberapa orang sudah menawarkan untuk menumpang mobil mereka, yang disebut taksi antar kota."Samarinda, Samarinda!!""Bontang! Bontang!""Sangatta! Berau!"Semua menawarkan, tapi tidak satu pun yang diterima oleh Komang. Ia malah berjalan ke luar pelabuhan. Melihat ke sekeliling, seperti tidak menemukan yang dicarinya. Ia lantas mulai menelepon. "Eh, kami sudah sampai di Semayang ini. Ke mana kau?" Ia berbicara dengan dialek Betawi campur Banjar. Banjar adalah nama salah satu suku yang mendiami daerah Kalimantan Selatan. Namun menyebar hingga di Kalimantan Timur juga ada orang-orang suku ini.Sebuah mobil berhenti di depan Komang. Kemudian, si sopir menurunkan kaca jendela. Terlihatlah siapa dia. "Ayo,
Beberapa bulan kemudian Syahlana melahirkan seorang bayi perempuan. Ia dan Adrian pun sepakat menamai bayi baru mereka Rosana Aisha Ramadan. Sebagai bentuk sayang dan rasa terima kasih kepada kedua wanita yang telah menghadap Sang Kuasa terlebih dulu. Pagi itu, Syahlana menggendong bayinya yang berusia satu bulan, di balkon. Berjemur matahari pagi, menuai vitamin dari kehangatannya. Lalu San masuk ke dalam kamar. Anak itu sudah mengenakan seragam sekolah pramukanya. Membuat Syahlana lantas ingat, ini sudah akhir pekan. "Maman, hari ini waktunya San dan Rara terima raport semester pertama," kata San. "Nanti Maman atau Pere yang ambil?" Syahlana tersenyum. "Pere yang ambil ya, San. Soalnya ini, Maman gak bisa tinggalin adek Ocha." San tampak manyun. "Nanti itu, kan San tampil baca puisi. Maman dan Pere datang, ya?" Astaga, Syahlana hampir lupa, kalau San menganggap hari ini sangatlah penting
Bagaikan mendengar guntur terbesar dalam sejarah hidupnya. Adrian menolak keinginan Syahlana. "Aku pernah mengalami situasi seperti ini, dan tidak, Sayang. Tidak lagi. Apalagi, sekarang ini, seluruh perasaanku hanya buat kamu. Aku gak sanggup membaginya.""Mas, coba pakai hati nurani kamu. Aisha itu sebatang kara. Dia tidak punya orang tua, saudara, apalagi anak. Suami yang dia cintai meninggalkannya. Betapa hidupnya sangat menyedihkan sekarang ini." Syahlana ingin Adrian rujuk dengan Aisha. Menikahi kembali wanita itu. "Aku tahu, di dalam lubuk hati kamu yang paling dalam, perasaan kamu pada Aisha masih ada.""Gak ada, Sayang! Aku hanya mencintai kamu. Semenjak apa yang sudah diperbuat Aisha pada keluarga ini, perasaanku sama dia luntur begitu saja. Lenyap. Sudah gak ada lagi." Adrian bersikukuh menolak."Mas, tolong kamu pertimbangkan baik-baik. Pikirkan dengan matang. Tetapi, kalau memang pada akhirnya keputusan kamu tetap sama, aku akan berhenti memohon. Han
Sidang putusan atas kasus yang menjerat Aisha digelar. Kasus yang menyeretnya berhadapan dengan hukum, antara lain adalah penculikan terhadap anak usia enam tahun Muhammad Hassan Ramadan, juga pembeli arsenik ilegal, dan pembunuhan berencana terhadap ibu mertuanya, Rosana Ramadan.Syahlana dan Adrian hadir dalam persidangan itu.Aisha mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Kepalanya terus tertunduk. Ia didampingi oleh seorang pengacara yang disediakan oleh lembaga hukum. Berita acaranya dibacakan hakim dan rekan-rekannya secara bergantian."Semua bukti telah diperiksa dan valid. Sedangkan saksi telah memberikan kesaksiannya. Kesemuanya itu telah membuktikan dengan akurat, bahwa terdakwa melakukan semuanya dengan sengaja. Oleh karena itu, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kami menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk terdakwa," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU).Hakim membaca kembali garis besar dalam berita acara. Be
Rumah Keluarga SudiroDi sana sudah ada Zivara, David, Gala, Lia, dan Juki, beserta beberapa guru sekolah dari TK Bunda Pertiwi, seperti Bu Zoya dan Bu Tia. Mereka sedang bersiap, hendak menyambut kepulangan San. Hari itu, David memasak menu yang spesial untuk sang jagoan cilik."Mereka udah sampai mana, Beb?" tanya David."Kak Lana tadi ngabarin, mereka sudah di jalan tol," jawab Zivara, yang sedang memeriksa ulang dekorasi di ruang tamu, bersama Zoya dan Tia.Lia dan Gala menata makanan di meja makan, dibantu Sumi. Sedangkan Juki ditugaskan mengupas kelapa, karena San sangat suka air kelapa muda.Zoya memasang balon-balon di dinding, dengan diikatkan pada sebuah kawat. Tia memasang gambar-gambar di dinding. Ada tokoh Captain America kesukaan San, juga Snow White kesukaan Aurora."Saya kangen lihat Rara dan San main bareng di sekolah," ungkap Tia."Ya. Aku juga," sambut Zoya. "Rasanya suda
Setahun lalu, ketika prosesi Mammanu'-manu', yaitu ketika calon mempelai laki-laki akan mendatangi orang tua mempelai perempuan dan meminta izin untuk mempersunting gadis pujaannya. Dan ketika momen ini juga dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panaidan mahar, jika memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki.Kedua orang tua Jannah yang merupakan orang asli Jawa Timur, kurang paham dengan adat mereka. Maka, mereka meminta Pak RT yang juga keturunan Bugis, mewakili keluarga ini untuk mendampingi mereka menjalani prosesi tersebut. Acaranya cukup meriah. Dihadiri banyak tetangga mereka, kala itu.Pada acara ini pula, selain menentukan uang panai, kedua mempelai juga menjalani proses pertunangan. Nah, untuk pertunangannya ini, Ibunya Jannah meminta adat Jawa. Namun, karena terbatasnya pengetahuan orang Bugis mengenai lamaran atau pertunangan adat Jawa ini, maka dilaksanakan secara informal.Kala itu, Naing menyatakan
Lagi, Aisha harus merasakan dinginnya di balik jeruji besi. Akibat perbuatannya yang tidak termaafkan. Sendirian, duduk di sudut ruangan. Menunggu keputusan hukum. Seberapa lama hendak mendekam di tempat ini.Kenangan lama kembali menari di ingatannya. Ketika dahulu Adrian masih hanya jadi suaminya seorang. Setiap hari mengucapkan kata cinta. Lebih jauh lagi, Aisha teringat saat dulu pertama kali kenal Adrian, lalu saling jatuh cinta, dan memutuskan pacaran, pada akhirnya menikah.Saat itu, Aisha masih tinggal di Bandung, di sebuah panti asuhan Mentari Bunda. Sebagai salah satu orang dewasa yang tinggal di panti asuhan sejak kecil, dan belum pernah diadopsi, Aisha memutuskan mengabdi di tempat itu. Nah, yayasan yang menaungi Mentari Bunda, adalah perusahaan keluarga Sudiro.Suatu hari, di panti asuhan sedang diadakan sebuah acara untuk memperigati 17 Agustus-an. Semua anak hingga yang remaja, bahkan yang dewasa mengikuti lomba. Balap
Cuaca di desa Marukangan sore ini tidak panas, juga tidak dingin. Terasa hangat. Banyak anak-anak bermain di lapangan, depan rumah Herlin. Wanita pemilik warung ayam lalapan itu duduk di emperan warungnya. Melihat anak-anak bermain layangan. Menarik ulur senar layangan. Ada juga yang berlarian mengejar layangannya yang putus.Kemudian, Herlin melihat, di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu, ada San yang baru berhasil menaikkan layangannya ke udara. Dia begitu terampil menarik ulur layangannya yang berwarna merah. Ia tidak sendirian. Ada Faisal dan teman-teman lainnya.Semenjak Komang ditangkap, Jannah tidak lagi khawatir, dan bisa membiarkan San bebas main keluar rumah bersama anak-anak lainnya."San!" Herlin memanggilnya.Melihat Herlin, San jadi ingat, pertama kali datang ke tempat ini, terbangun di rumahnya. Anak itu sepertinya merasa takut dan trauma. Ia memilih pindah tempat bermain di dekat rumah Jannah, tempatnya tinggal sekarang.
Marukangan, Sandaran, Kutai Timur, Kalimantan TimurSejak Komang ditangkap malam itu, Jannah tidak lantas membawa anak-anak kembali ke Marukangan. Untuk meringankan beban trauma pada mereka, Jannah memutuskan untuk membiarkan keduanya menikmati liburan di pantai ini. Bermain dan bersenang-senang.Tidak hanya bermain di pantai, Andi Fachri juga mengajak mereka bertandang ke rumah-rumah saudara di sekitar sana, guna menghibur mereka, terutama San. Anak itu dipertemukan dan dikenalkan dengan anak-anak lain yang rata-rata seumuran, dan membiarkan mereka bermain bersama.Hingga suatu malam, mereka bertandang ke sebuah rumah milik sepupunya Andi Fachri. Di rumah itu, jaringan telepon lumayan bagus. Jannah menerima pesan masuk pada handponenya yang bukan android. Dari Naing. Dalam pesannya itu, ia memberikan nomor handphone yang bisa menghubungkannya dengan orang di Jakarta, polisi yang menangani pencarian San, namanya Yahya. Jannah pun t
Malam tiba. Mereka semua menginap di rumah pamannya Naing yang juga seorang Andi. Sepertinya anak-anak sudah capek bermain, sehingga mereka bisa tidur lebih cepat setelah makan malam. Jannah membantu Mamak Zainab dan putrinya Fira menyiapkan kopi dan teh untuk disuguhkan pada para pria yang sedang mengobrol di ruang tamu. "Memang, si Komang itu kapan coba mau tobatnya?" umpat Andi Fachri, pamannya Naing. "Memisahkan seorang anak dari orang tuanya, itu dosa besar. Apalagi menculik. Dia selalu kalau datang ke Marukangan, hanya untuk menghapus jejak kejahatannya." Lintang ikut kesal. "Kalau saya yang jadi orang tua anak itu, sudah saya parang kali itu Komang!" Lalu keluarlah Jannah, beserta Mamak Zainab dan Fira. Jannah menyajikan minuman. Memindahkan cangkir-cangkir dari nampan ke meja. Sedangkan Fira menyuguhkan gorengan singkong, juga secobek sambal gami sebagai cocolan. Sambal gami merupakan salah satu makanan khas masyarakat d