Share

32. Alwi Sadar

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 13:49:14

Alfa sedang menderas Alqur'an di samping ranjang sang adik. Tiba-tiba rintihan pelan terdengar. Alfa kaget dan langsung menutup mushaf kecil yang sedang ia baca kemudian dia berdiri. Dia dekati sang adik.

"Masya Allah. Wi! Alwi, kamu dengar Mas?"

Suara erangan terdengar. Alfa mengucap syukur. Dia bahkan bersujud di lantai. Rasa haru bercampur tangis mencuat di diri Alfa. Dia segera menghapus air matanya, tak mau sampai orang tahu kalau dia menangis. Apalagi Alwi, bisa bibully tujuh turunan nanti.

"Wi! Kamu dengar suaraku?" Alfa kembali memanggil nama sang adik.

Suara erang kesakitan kembali terdengar sebagai respon. Alfa kembali mengucap syukur. Lalu dia segera menekan tombol emergency. Tak berselang lama seorang perawat datang dan lima belas menit dari kedatangan perawat, dokter jaga pun datang diikuti satu perawat lagi. Alfa sendiri segera menelepon Bunyai Latifah, mengabarkan jika Alwi sudah siuman. Beliau sedang makan siang bersama Jauza.

Ucapan hamdallah Alfa lantunkan lagi begit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Bai_Nara
@ayun retno hehhehe gak janji
goodnovel comment avatar
Ayun Retno
hahahaha iya jangan dibikin ruwet lha Thor jadi gregetan ini ...
goodnovel comment avatar
Bai_Nara
lah kan emang mau mak bikin ruwet ini cwrita biar bikin yg baca gereget wkwkkwkq
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Gadis tak Bernasab   33. Saran Kyai Baihaki

    Ruang tamu rumah Kyai Baihaki masih memancarkan aura panas. Maklum, sejak beberapa jam yang lalu terjadi perdebatan sengit antara Bunyai Latifah dengan sang kakak. Kyai Baihaki masih mencoba memberi masukan sambil meredam amarahnya, tapi sang adik terlalu egois. Demi egonya dia tak mau mendengar nasehat sang kakak.“Terus maumu apa?” tanya Kyai Baihaki.“Ya mauku, Alwi sembuh, Mas.”“Terus?”“Pokoknya aku gak mau dia sama Galuh. Titik. Anakku terlalu berharga buat gadis miskin dan tanpa nasab gak jelas itu,” sinisnya.“Latifah!” bentak Kyai Baihaki.“Aku ngomong bener kok. Kalau nasabnya gak jadi masalah, Galuh udah nikah sejak dulu, gak jomblo kayak sekarang. Bahkan, kalau nasabnya gak jadi masalah, Mas Baihaki pasti nyuruh Alfa nikahin dia kan? Tapi gak. Alfa milih si Shadiqah yang orang tuanya jelas. Mas juga gak ngelarang. Terus kenapa aku juga gak boleh milih Jauza buat anakku? Yang udah jelas nasabnya dibanding Galuh?”Bunyai Latifah tak menyetujui usul sang kakak untuk menikahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Cinta Gadis tak Bernasab   34. Gak Mau Ngalah Lagi

    Galuh menekan dadanya. Rasanya sakit sekali. Niat hati ingin menemui sang ibu angkat karena harus membahas sesuatu. Ternyata dia malah mendengarkan banyak hal yang membuat hatinya sakit. Galuh sebetulnya tidak ingin mencuri dengar. Tapi, sejak dia mendengar namanya disebut terus, mau tak mau dia jadi penasaran dan menguping semua pembicaraan.'Ya Allah sakit,' batin Galuh. Tanpa sadar dia memukul dadanya. 'Kenapa ya Allah? Kenapa aku harus selalu menanggung masalah karena nasabku. Sebenarnya aku siapa? Apakah tidak ada tempat yang bisa menerimaku dengan baik? Bagaimana bisa Abah memberi saran agar aku menikahi Gus Alwi? Bukankah beliau tahu, bagaimana adiknya memeperlakukanku selama ini?'Tak tahan dengan rasa sakit yang dia alami. Galuh segera pergi dari kediaman Kyai Baihaki sebelum ada yang sadar akan keberadaannya. Sayang, baru juga berbalik, Galuh menabrak seseorang."Aduh!" Galuh tanpa sadar memekik. Dia segera menutup mulut dan menoleh ke arah ruang tamu. Tapi, tak ada perger

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Cinta Gadis tak Bernasab   35. Tapi Saya Gak Cinta

    Shadiqah menatap calon suaminya dengan kekesalan yang sudah memuncak."Mas sama Galuh tadi ngapain? Kenapa deket banget gitu?" semburnya. Dia cemburu karena Alfa tak pernah sedekat itu dengan dirinya. Apalagi sampai pegangan tangan."Cuma ngomong, Sha.""Ngomong kenapa sambil pegangan tangan?""Aku gak pegangan cuma nyekal lengan dia. Itu pun ada kain yang menghalangi.""Aku gak suka Mas. Lagian kamu gak usah ngurusi dia lagi. Cuma anak ha-!""Shadi!" teriak Alfa membuat Shadiqah terdiam. Pasalnya baru kali ini Shadiqah dibentak sama Alfa."Jaga ucapanmu!"Alfa memelototinya dengan tatapan tajam. Shadiqah meneguk ludahnya kasar. Dia mengumpati dirinya karena hampir saja keceplosan."Oke aku minta maaf. Tapi Mas! Mas jangan bela Galuh doang dong. Lihat ini!" Shadiqah memperlihatkan pergelangan tangannya."Aku disakitin Galuh, loh. Lihat ini tanganku." Dia mengadu.Alfa melirik ke arah tangan Shadiqah."Gak ada yang aneh pada tanganmu, Shadi. Dan tolong kamu tunggu di sini. Aku harus ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Cinta Gadis tak Bernasab   36. Lepas Kendali

    "Tapi saya gak cinta!"Kalimat itu bagai petir di siang bolong. Alwi shock. Meski sudah terbiasa ditolak oleh Galuh tapi tidak pernah di depan banyak orang seperti sekarang. Jadi Alwi bingung mau ngomong apa.Sementara itu, Alfa terlihat menghembuskan napas, wajahnya yang tadi terlihat tegang, sudah mulai mengendur. Hanan bahkan sampai ingin tertawa melihatnya tapi dia tahan. Tak elok di saat suasana lagi genting dia malah menertawakan Alfa."Saya gak cinta sama njenengan Gus Alwi. Bagaimana saya bisa menerima njenengan?"Alwi masih diam. Lalu setelah rasa shock-nya sedikit berkurang, Alwi mampu berbicara."Cinta datang karena terbiasa, Galuh." Akhirnya setelah lama diam, Alwi mampu membalas ucapan Galuh."Begitu, ya," ucap Galuh tak yakin."Kamu tahu kehidupan pondok. Banyak orang yang awalnya dijodohkan. Pakdhe, Budhe, dan yang lain juga. Mereka gak masalah dan langgeng kok hubungannya."Galuh tak menjawab. Dia hanya menatap Alwi dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan."Kita bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Cinta Gadis tak Bernasab   37. Gak Napsu

    Suasana di ruang rawat Alwi masih penuh dengan aura suram. Alfa, Galuh, Alwi bahkan Bu Nyai Khomsah, sama-sama menangis. Kyai Baihaki terlihat lesu. Hanan melirik semua orang bergantian. Dia jadi ikutan sedih. Sementara Bu Nyai Latifah masih terlihat kembang kempis dadanya. Rupanya amarahnya masih bercokol di diri. Tak ada yang berbicara, semua sibuk dengan perasan masing-masing. "Hiks hiks hiks. Aku minta maaf, Luh. Maaf," ucap Alwi setelah keheningan terjadi begitu lama."Tapi demi Allah, Luh. Aku benar-benar mencintaimu. Hanya kamu, dan gak akan ada yang lain."Galuh tak membalas pernyataan Alwi. Dia sibuk menghentikan tangisnya. "Kalau, aku minta kesempatan apa boleh? Aku akan berusaha untuk sembuh. Aku akan bekerja dengan giat. Dan jika aku merasa sudah pantas, aku akan kembali melamarmu."Alwi menatap Galuh dengan sorot penuh permohonan. Galuh lagi-lagi hanya diam. Bu Nyai Latifah yang egois kembali mengeluarkan kata-kata super pedas untuk Galuh.“Ngelamar apa? Gak ada! Umi ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Cinta Gadis tak Bernasab   38. Pergilah, Nduk!

    Malam sudah larut, di ruang rawat Bu Nyai Khomsah hanya ada Galuh dan sang ibu. Alfa dan Kyai Baihaki kembali ke rumah dikarenakan ada santri yang menelepon. Mengatakan kalau Shadiqah katanya sedang sakit. Mau tak mau Alfa harus balik. Tapi demi terjaga dari fitnah, Kyai Baihaki terpaksa ikut pulang. Jadilah hanya Galuh yang menunggu. Sebab, Bu Nyai Khomsah tak ingin ditemani santri lain. Beliau hanya ingin ada Galuh di sampingnya.Galuh dengan penuh perhatian menjaga sang ibu. Meski sesekali harus direcoki oleh Hanan yang tiba-tiba mengetuk pintu gara-gara Alwi yang menyuruhnya."Saya baik, Gus Hanan. Njenengan masuk saja. Istirahat. Sudah jam sepuluh. Tidur.""Tapi Alwi nyruruh aku buat nengokin kamu. Kalau aku gak ke sini, dia tantrum.""Bilang saya sudah tidur.""Dia gak percaya.""Bilang saya akan marah kalau dia gangguin saya terus.""Gak bakalan mempan," desahnya.Galuh tersenyum. Dia tak mengatakan apa pun hingga Hanan memilih keluar dan balik ke ruangan Alwi. Alwi yang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Cinta Gadis tak Bernasab   39. Bintang Kejora, Mas.

    Galuh menatap kamar rawat Alwi. Cukup lama hingga dia meyakinkan diri kalau ini yang terbaik. Galuh mengetuk pintu dan mengucap salam. Tak berselang lama suara dari dalam meyakinkan Galuh kalau Alwi tidak tidur. Dengan pelan Galuh membuka pintu, tampaklah Alwi yang sedang duduk menyandar di ranjang. Alwi antara kaget dan bahagia melihat Galuh."Galuh! Kamu ke sini? Ada apa?" tanyanya antusias.Sayang Galuh tak menjawab. Tatapan Galuh justru sedang mengedar ke seluruh ruangan hingga tatapan Galuh tertuju ke arah sofa. Di sana, tampak Hanan yang tertidur dengan posisi serabutan. Mana orangnya mendengkur keras lagi. Galuh yakin, andai dia yang berada di kamar ini, dia tidak akan bisa tidur dengan dengkuran super keras Hanan.'Gus Alfa perasaan ngoroknya gak sekenceng itu,' batinnya. Lalu tanpa sadar dia tersenyum.Alwi tak suka melihat Galuh tersenyum untuk Hanan."Kamu kenapa senyumin Hanan, Luh! Orang ngorok juga!" ketus Alwi.Galuh melirik ke arah Alwi lalu kembali melirik ke arah Han

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Cinta Gadis tak Bernasab   40. Salah Sendiri, Ketus Sama Aku

    Shadiqah sama sekali tak bersuara. Hampir delapan jam perjalanan dengan setiap satu jam sekali berhenti untuk beristirahat, tapi putri dari Munajat ini jarang bersuara. Arkan tidak memaksa Shadiqah bersuara. Buat apa? Shadiqah kan memang begitu kalau lagi ngambek. Tapi senyum tak pernah lepas dari bibirnya, menyadari kalau hubungan Shadiqah dan Alfa sedang di ujung tanduk. Berarti hanya tinggal menunggu momen saja. Dan Arkan tidak akan tinggal diam. Kali ini, dia tidak akan melepas Shadiqah.“Mau berhenti lagi, gak?”"Gak, lanjut aja."“Baiklah.”Arkan meneruskan perjalanan yang hanya butuh beberapa jam lagi untuk sampai. Akhirnya mobil Arkan tepat sampai di halaman rumah Shadiqah menjelang subuh. Sang ibu menyambut kepulangannya. Dia bertanya tentang keadaan sang putri. Sayang, Shadiqah tak mau menjawab malah memilih masuk ke kamarnya, dia malas menjelaskan masalahnya. Sang ibu tentu saja kaget mendapati sang putri terlihat kesal. Dia pun menatap Arkan dengan tatapan bertanya.“Shadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • Cinta Gadis tak Bernasab   121. Obat Migren

    Alfa sampai di rumah menjelang jam empat. Dia terlihat kelelahan karena baru saja menyelesaikan segudang pekerjaan dimulai dari meninjau lokasi kebun durian miliknya, mengecek usaha miliknya, memberi materi kewirausahaan di salah satu sekolah pertanian yang ada di Purwokerto hingga menemui salah satu rekan kerjanya guna membahas kontrak kerja sama yang baru."Assalamualaikum," ucap Alfa ketika memasuki rumah."Wa'alaikumsalam.""Abah!"Alfa yang awalnya merasa lelah langsung semangat gara-gara mendengar suara sang putri. Dia pun mencari keberadaan putrinya yang ternyata sedang duduk menonton TV ditemani Zahra."Fay.""Abah."Alfa langsung merentangkan kedua tangan sementara Fairuz berlari ke arahnya. Alfa membopong putri cantiknya dan diciuminya kedua pipi Fairuz dengan gemas. Membuat Fairuz tertawa karena kegelian."Geli, Abah.""Masa sih? Gak geli ah.""Geli."Bukannya melepaskan sang putri, Alfa terus mencandai sang putri hingga kemudian dia sadar akan keberadaan Zahra."Mbak Zahra

  • Cinta Gadis tak Bernasab   120. Balik Ke Rumah

    "Ami Syakib gimana kabarnya, Ba?""Udah lebih baik. Udah ikhlas dia. Amira selalu ada di sampingnya. Jadi motivator terbaik buat ami kamu. Ditambah sudah ada Rafatar. Jadi proses penyembuhannya lebih gampang."Satu Minggu setelah kematian Habiba, Galuh dan Fairuz masih berada di Andalusia. Alfa sendiri sudah kembali ke Kebumen, tiga hari setelah kematian Habiba. Sebab ada banyak urusan pekerjaan dan pondok yang harus dia lakukan.Meski Galuh juga ingin ikut balik, tapi di sisi lain dia juga masih ingin bermanja-manja dengan kedua orang tuanya. Menyebabkan Alfa yang mengalah dan membiarkan Galuh tetap berada di Tegal sampai rasa rindu sng istri pada kedua orang tuanya terobati.Karena Galuh di Tegal, Fairuz jadi ikutan ngintilin uminya. Membuat Alfa sedikit uring-uringan tapi mau bagaimana lagi dia gak bisa egois. Dia paham Galuh pasti masih ingin banyak waktu bersama kedua orang tuanya. Dan Fairuz yang baru merasakan punya ibu, juga begitu. Alfa deh yang harus berbesar hati membiarkan

  • Cinta Gadis tak Bernasab   119. Memaafkan

    Syakib dan yang lain masih dalam kondisi terguncang. Alfa yang berada di balik kemudi mobil Syafiq bahkan sampai mencengkeram kemudi."Tidak. Tidak Habiba."Syakib segera membuka pintu belakang, sebelah kiri. Dia berlari menuju ke kerumunan. Dia bahkan mendorong beberapa orang untuk sampai ke sosok yang tergeletak tak berdaya di aspal."Ya Allah, Bibah. Bibah. Tidak. Tidak Bibah!"Syakib terduduk di dekat Habiba. Dia hendak meraih tubuhnya namun dihalangi oleh beberapa orang dengan alasan, Habiba harus dicek oleh tenaga medis dulu."Aku harus membawanya. Bawa dia ke rumah sakit.""Ini kan pintu keluar rumah sakit. Tunggu petugas medis dulu.""Kita harus angkat dia. Harus bawa dia." Syakib berontak hendak membawa Habiba."Dokter. Panggil dokter!" teriak Syakib.Dia terus memberontak. Ingin mendekat ke arah Habiba. Beruntung Syafiq dan Faris sudah mendekat. Mereka pun ikut menahan Syakib."Tenanglah. Itu petugasnya sudah datang," pinta Faris. Dia menahan sambil merangkul sepupunya karen

  • Cinta Gadis tak Bernasab   118. Tabur Tunai

    Habiba duduk terpekur di dalam sel lapas yang baru dia tempati selama dua puluh menit yang lalu. Sejak dia dibawa ke lapas, belum ada satu pun yang menjenguknya. Habiba beberapa kali tertawa sendiri, menangis lalu berteriak. Aksinya sangat mengganggu napi lain terutama teman satu selnya.Bahkan beberapa menit yang lalu, dia baru saja mendapatkan beberapa pukulan dari salah satu teman selnya yang merasa terganggu dengan suara teriakan atau tangisan Habiba. Melihat kondisi Habiba yang bisa saja menjadi bulan-bulanan warga sel lain, dia pun akhirnya ditempatkan dalam sel sendirian.Namun, pilihan ini pun juga ada minusnya. Habiba makin menjadi. Dia makin sering menangis keras dan berteriak. Meski sangat mengganggu, setidaknya Habiba aman karena berada di selnya sendirian."Kak Umar. Kamu di mana? Kak Umar. Kak Umar tolong Bibah. Kak Syakib. Kamu ke mana Kak Syakib? Bantu aku. Keluarkan aku dari sini. Aku kan istri kamu. Hahaha. Kamu kan cinta mati sama aku. Hahaha.""Aba, Umi. Hei, kalia

  • Cinta Gadis tak Bernasab   117. Gagal

    "Mati?" lirih Faris."Iya. Mati. Hiks hiks hiks."Habiba mencoba melepaskan diri. Tapi tak berhasil. Dia bahkan kini terduduk, dengan menahan rasa sakitnya. Sorot matanya menampilkan aura kemarahan dan dendam."Kamu ingin Kak Umar Mati?" tanya Syafiq tak percaya."Iya!" jawab Habiba dengan lantang. "Dasar kurang ajar!" hardik Syafiq."Apa kamu gak takut masuk penjara, hah?" sambung Syafiq."Aku tak peduli. Tak peduli. Hidupku sudah hancur. Aku tak punya apa pun yang bisa aku jadikan semangat untuk hidup!" teriak Habiba."Makanya lebih baik dia mati. Hahaha.""Edan! Gila kamu.""Iya aku gila. Gila. Dulu Kak Umar segalanya bagiku. Dia adalah tujuan hidupku. Aku bertahun-tahun menunggu dia. Menunggu dia berpaling padaku. Menatapku. Menerima hadirku. Tapi apa? Apa, hah?! Aku gak pernah dia lirik. Sampai kulitku keriput, rambutku putih. Dia gak pernah melirikku. Padahal demi Kak Umar. Demi kamu, Kak. Aku ngelakuin apa pun. Demi bisa dapat perhatian dan cintamu, Kak Umar. Bahkan kejahatan

  • Cinta Gadis tak Bernasab   116. Kegilaan Habiba

    Anjani dan dua menantu Abu Hasan sedang sibuk di dapur. Sesekali mereka bercerita dan tertawa. Mereka tampak akrab karena secara umur mereka sepantaran."Habis ini, aku berharap kehidupan kita semua lebih baik lagi," celetuk Ulfa.Kedua iparnya menoleh pada Ulfa."Ya dengan tidak adanya Bibah, aku harap keluarga kita jadi lebih baik. Masalahnya kan sejak dulu, yang jadi biang masalah ya dia," sambung Ulfa.“Kadang aku gak ngerti sama pola pikir dia. Udah ada Syakib yang baik, yang cinta sama dia. Masih juga ngejar Kak Umar. Andai Aba Hasan gak ada janji sama orang tua Bibah, pasti deh tuh orang bakalan didepak sama Aba dari dulu. Gak perlu nunggu berpuluh tahun sampai Bibah sendiri yang minta cerai. Hah!" ucap Ulfa menggebu-gebu."Untung aja ada kamu, Mira. Dan untung aja Kak Umar setia orangnya. Aku gak bisa bayangin kalau Syakib masih bucin atau Kak Umar nerima dia. Lihat aja kelakuannya. Udah tua, bukannya jadi pribadi lebih baik, lebih bijak tapi ya begitu deh.”Baik Amira dan Anj

  • Cinta Gadis tak Bernasab   115. Hanya Orang Luar

    "Dasar wanita bodoh. Keturunan najis. Cih! Kamu selain bodoh punya kelebihan apa hah? Kamu pakai pelet apa sih, sampai Umar anakku kesengsem sama kamu. Kenapa dia gak mau sama Bibah yang sempurna? Eh eh eh, malah nangis. Bisanya cuma nangis, dasar tolol! Sana kamu ke kamar saja. Sepet mataku lihat kamu. Jangan pernah nongol di sini. Perkumpulan ini hanya untuk keluarga Al Hilabi, sama orang-orang terhormat seperti Bibah. Orang miskin kayak kamu gak pantes di sini. Gak pantes jadi istrinya Umar. Gak pantes jadi mantuku!" ucap Umi Lutfiyah sambil menatap Anjani jijik dan penuh kebencian.Bayangan demi bayangan kian berlarian dalam ingatan Habiba. Habiba seakan ditarik paksa dari kisah lampau. Kisah dimana dia dulu dipuja, dibela dan bisa sombong. Kini dia malah tersiakan, tak dilirik, tak diinginkan.Habiba sedikit terhuyung. Bayang-bayang masa silam masih begitu kentara dalam pikirannya. Dulu dia selalu dibela oleh Umi Lutfiyah dan menyebabkan keluarga Al Hilabi juga mendukungnya. Tapi

  • Cinta Gadis tak Bernasab   114. Tidak Ada Yang Membela

    “Cerai?” ucap Syakib. Meski dia sudah sadar kalau suatu hari nanti Habiba akan meminta cerai darinya, namun ketika mendengar langsung, terasa ada tusukan pisau yang menembus ke jantungnya. Syakib rupanya belum siap mendengar ajakan cerai Habiba. Hal ini terbukti, tanpa aba-aba air matanya turun. Yara dan Amira sendiri terlalu shock, keduanya belum mampu merespon ucapan Habiba. “Cerai?” ulang Syakib. “Ya cerai. Aku sudah tidak tahan menikah denganmu. Bahkan aku merasa kalau selama ini aku sudah banyak melewatkan masa mudaku cuma buat status gak penting ini. Sekarang … aku mau bahagia. Aku mau meraih masa depanku dan itu bukan kamu!” teriak Habiba. Syakib diam. Dia terlalu shock mendengar kata ‘cerai’ dari mulut Habiba. Namun, beberapa saat kemudian, Syakib bisa mengendalikan diri. Yara dan Amira juga. Tapi keduanya memilih tak mengatakan apapun. Tak mau ikut campur. Amira memilih untuk melihat saja, apa yang akan suaminya putuskan. “Jadi, akhirnya hanya sampai di sini saja,”

  • Cinta Gadis tak Bernasab   113. Ayo Kita Cerai

    Habiba tersenyum penuh kemenangan menatap Faris yang hanya bisa terdiam. Hari ini, dia datang ke Andalusia bersama dua orang polisi dengan tujuan untuk menangkap Anjani. Habiba memberikan beberapa bukti seperti hasil visum dan foto dirinya yang terluka. Dia juga membawa tiga orang saksi yang merupakan santri Andalusia yang bisa dia suap agar bisa memberikan keterangan terjadinya pemukulan yang dia terima dari Anjani. Dalam hati, Habiba yakin kalau rencananya saat ini akan berhasil.“Kami memberi kesempatan Anda untuk menyiapkan pengacara, tapi sebelumnya, kami harus membawa Nyonya Anjani ke kantor polisi,” ucap salah satu polisi.Faris menghela napas dia menatap sedih pada Anjani. Dia pun membawa tangan Anjani pada genggaman jemari tangannya.“Kamu ikut dulu ya? Galuh yang akan temani kamu ke sana sama Alfa. Mas akan hubungi salah satu pengacara kenalan Mas. Semoga dia bisa bantu buat bebasin kamu. Kamu jangan khawatir ya Sayang. Mas akan lakukan apapun untuk menyelamatkan kamu.”Anja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status