Rio terkejut mendengar apa yang terucap dari mulut Robby, karena seingat dia Randu telah mencuri beberapa blueprint proyek besar miliknya. Karena ulahnya, Rio harus kembali memulainya dari awal, karena semua investor yang di dapat olehnya di bawa lari oleh Randu.
"Aku tau semua permasalahanmu dengannya Rio," kata Robby, "karena dia melakukan semuanya itu untukku," sambungnya.
Rio langsung menyandarkan tubuhnya, memikirkan kembali semuanya namun dia masih belum percaya dengan semua perkataan Robby. Karena dari sejak awal, Robby memang tidak pernah suka jika Rio membangun usahanya sendiri.
Beberapa jam kemudian, nampak seorang wanita berusia 40 tahun datang memasuki ruangan bersama dengan dua orang lainnya.
"Selamat siang tuan Robby," sapa Alinda, wanita yang pernah menjadi sekretarisnya di masa lalu.
"Maaf aku harus merepotkanmu kembali," ucap Robby kemudian mengangguk, memberi kode agar Alinda segera memberikan beberapa berkas yang sudah ada di tan
POV RANDU & REYNOLDMalam itu hujan cukup deras mengguyur kota, Randu berada sendiri di dalam kantor sambil memegangi kepala. Dia tak tahu harus berbuat apa karena surat yang ada di hadapannya kini harus segera di serahkan kepada Rio.Suara dentang dari bell yang ada di pintu mengejutkan dirinya, terlihat Reynold sedang memasuki kantor dengan pakaian kusut dan juga basah."Hujan malam ini cukup besar sekali brother!" kata Reynold sambil mengepak-ngepak tubuhnya.Dia langsung memutar bola matanya menatap Randu karena tidak mendengar jawaban darinya, perlahan Reynold mendekat sisinya."Surat apa itu?" tanya Reynold perlahan mengangkat selembar kertas yang berisikan pasal perjanjian serah terima."Kau gila!""Apa-apaan ini?" pekik Reynold setelah membaca semua isinya."Entahlah Rey, dari sejak tadi aku bingung harus berbuat apa!" jawab Randu meremas kepala dengan kedua tangannya. Kemudian dia menceritakan apa
"Sebaiknya kau urus saja dia,""Biar Kayla menjadi urusanku," jawab Reynold kemudian meninggalkan keduanya.Saat berada di luar kamar, dia segera menghubungi Kayla untuk meminta dirinya segera datang ke Kafe Jonnah yang berada tidak jauh dari rumahnya. Reynold langsung tancap gas untuk segera menuju ke tempat tersebut.Sesampainya di sana, dia sudah melihat Kayla sedang duduk di luar bersama dengan Tuan Jonnah, sang pemilik kafe."Halo Rey!""Apa kabar!" sapa pria berusia 65 tahun itu saat dia mendekat ke arah Kayla.Keduanya saling berpelukan karena sudah cukup lama Reynold tidak mengunjungi tempat itu, terlebih kepergian Kayla ke luar negeri membuat dia enggan untuk datang kemari sendirian."Kemana dia?" tanya Tuan Jonnah menyapu sekelilingnya mencari keberadaan Randu."Kau masih mencari bocah nakal itu?" celetuk Kayla menyela pertanyaan Tuan Jonnah."Dia sedang berada di luar kota tuan, dan sekarang kami telah berpisa
Rio melihat sebuah kertas yang berisikan plan map mega project yang pernah akan di jalankan bersama dengan Mr. Alan. Ternyata Randu menjual semuanya kepada Damien tanpa sepengetahuan Kayla dan juga Reynold karena Mr. Alan hanya ingin berdiskusi masalah ini dengan Rio.POV KAYLA DAN RANDUMalam itu Kayla mendapat telepon pada pukul 3 dini hari, dia segera menemui Randu di depan rumahnya."Maaf Kay, semuanya rencana yang kita susun di tolak mentah-mentah oleh Alan," kata Randu saat Kayla masuk ke dalam mobilnya."Damien tetap ingin menghabisi Rio dan keluarganya, karena Alan tidak ingin kembali bekerjasama dengannya lagi," sambung Randu dengan air muka penuh dengan kegelisahan.Kayla hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, karena tidak ada jalan lain untuk membereskan masalah ini semua, kecuali mengembalikan Mr. Alan ke posisi semula. Tapi dia tahu, jika sang pemilik uang sudah terkesima dengan cara kerja Rio yang cek
Kayla terus saja berbicara hingga dia mendengar suara-suara perdebatan kecil di balik telepon, kemudian dia menekan tombol volume yang ada di bagian kanan, untuk mendengarkan semuanya. Matanya mulai menyipit seolah sedang berusaha mengenali suara di balik ponsel.Lengannya terus menggenggam erat ponsel miliknya sambil menghadapkan pengeras suara ke arah lubang telinga."Lucy!""Kau kah itu?" tanya Kayla setelah beberapa detik kemudian dia mulai mengenali suara tersebut.Hati Reynold mulai tak karuan, dia terus memainkan dasi karena takut ketahuan jika Rio sedang berada di Club Seven Eight bersama dengan Andini."Halo Lucy jawab aku!" Kayla terus memanggil namanya."Halo Kay, maaf jika aku lancang telah berani menjawab panggilan darimu," terdengar jelas suara Lucy di telinga Reynold."Dimana Rio?" tanya Kayla menaikkan nada bicaranya."Ah...ma-maaf Kay, dia tidak sadarkan diri kar
Anna mengunci mulutnya rapat-rapat, dia tak ingin kenangan di masa lalunya itu harus di ungkap kembali kepada putra kesayangannya. Dia hanya menepuk pundak Rio lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang."Ayahmu sudah mulai membaik,""Ibu harap hubungan kalian pun ikut membaik," kata Anna lalu meminta Rio untuk duduk di sampingnya.Pukul 11 malam Robby terlihat berada di atas kursi roda bersama dengan salah seorang petugas medis. Rio langsung menyambutnya kemudian membawa Robby ke ruang rawat terbaik di rumah sakit ini."Darimana saja kau Rio?" tanya Robby saat Rio mendorongnya."Maafkan aku ayah, semalam ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Rio membuat alasan klise kepada Robby.Pagi hari Rio berpamitan kepada kedua orangtuanya, dia berjanji akan kembali setelah project bersama dengan Bosley selesai. Hari itu Rio langsung menemui Andini, kemudian membawanya ke sebuah studio yang berada tidak jauh dari kantornya."
Rio kehilangan kata-kata setelah mendengar semua cerita darinya, ternyata impian yang ia raih selama ini bukan hasil dari jerih payahnya. Dia merasa rendah di hadapan Kayla, karena telah memperjuangkan semuanya untuk Rio."Lalu sekarang dimana Damien?" tanya Rio penasaran dengan pria yang telah menghancurkan semuanya itu."Sayang, aku mohon...,"Kayla mendekat ke samping Rio kemudian memberikan pelukan yang menyatukan luka dan cinta, dia tak ingin Rio membahas masalah ini lagi. Apalagi dia harus berurusan dengan mafia keji yang tidak pernah pandang bulu."Aku hanya ingin mengembalikan harkat kedua orangtuaku Kay," berbisik ke telinga Kayla."Please, dengarkan aku mas,""Jangan buat masalah ini jadi runyam kembali, hanya karena kamu terlalu egois," ucap Kayla menatap Rio dengan penuh harapan."Sebaiknya kau pulang Kay, aku sedang ingin sendiri," Rio mendorong lembut tubuh Kayla, kemudian dia segera keluar dari kamar ini sambil
Hingar bingar musik di malam itu begitu menggelegar, memekak di telinga. Para wanita berpakaian seksi tengah bergoyang berpasangan sambil memegang minuman di tangan kanannya. Liuk tubuh seksi wanita berusia 21 tahun itu tengah menggoda mata seorang pria yang ada di hadapannya."Ayolah Rio, bawa saja dia ke atas," bisik Reynold "Kau gila Rey! malam ini aku harus pulang," timpal RioPria 40 tahun itu hanya menggelengkan kepala mendengar celotehan sahabatnya, yang terus menggoda agar dia mau membawa wanita yang ada di hadapannya itu ke kamar hotel."Apakah kau tidak melihat sesuatu yang indah dalam diriku?" goda wanita yang ada di hadapan Rio sembari mendekatkan wajahnya."Siapa yang tidak suka dengan keindahan wajah yang kau miliki, Andini!" bisik Rio. Lalu dia meraih tubuhnya sambil mengikuti irama musik yang mengiringi.Andini terlihat sangat menikmati malam itu, kebersamaanya dengan Rio selalu saja membuat Andini lupa diri bahkan hingga tak sadarkan diri. Tubuh kecil nya itu selalu
Pagi hari terdengar suara dering menusuk telinga Andini hingga dia terbangun seketika, lalu dia segera mengambil ponsel yang ada di seberangnya."Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku lagi Andini!" pria di balik telepon itu langsung membentaknya.Andini terdiam seketika, tak mampu berkata apa-apa lagi selain meneteskan air mata dengan kepala tertunduk."Hey Syam! kalau kau punya nyali, datanglah kemari, daripada kau membatasi kekasihmu seperti itu!" tak di sangka Rio langsung mengambil telepon genggam milik Andini, lalu balas memaki pria tersebut."Bangsat kau Rio!" pekik Syam, "kau pikir kau siapa huh!" dia menantangnya."Ah kau ini memang tolol!" ejek Rio sambil tertawa."Seharusnya kau sadar, Andini itu siapa!" ".....," tak ada balasan apapun dari Syam, tak lama dia pun menutup teleponnya.Rio memberikan ponsel itu kembali kepadanya, kemudian memberikan sentuhan kecil ke atas kepalanya. Dia sadar bahwa wanita yang sedang bersamanya itu adalah pemain cinta, namun hatinya selalu saja men
Rio kehilangan kata-kata setelah mendengar semua cerita darinya, ternyata impian yang ia raih selama ini bukan hasil dari jerih payahnya. Dia merasa rendah di hadapan Kayla, karena telah memperjuangkan semuanya untuk Rio."Lalu sekarang dimana Damien?" tanya Rio penasaran dengan pria yang telah menghancurkan semuanya itu."Sayang, aku mohon...,"Kayla mendekat ke samping Rio kemudian memberikan pelukan yang menyatukan luka dan cinta, dia tak ingin Rio membahas masalah ini lagi. Apalagi dia harus berurusan dengan mafia keji yang tidak pernah pandang bulu."Aku hanya ingin mengembalikan harkat kedua orangtuaku Kay," berbisik ke telinga Kayla."Please, dengarkan aku mas,""Jangan buat masalah ini jadi runyam kembali, hanya karena kamu terlalu egois," ucap Kayla menatap Rio dengan penuh harapan."Sebaiknya kau pulang Kay, aku sedang ingin sendiri," Rio mendorong lembut tubuh Kayla, kemudian dia segera keluar dari kamar ini sambil
Anna mengunci mulutnya rapat-rapat, dia tak ingin kenangan di masa lalunya itu harus di ungkap kembali kepada putra kesayangannya. Dia hanya menepuk pundak Rio lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang."Ayahmu sudah mulai membaik,""Ibu harap hubungan kalian pun ikut membaik," kata Anna lalu meminta Rio untuk duduk di sampingnya.Pukul 11 malam Robby terlihat berada di atas kursi roda bersama dengan salah seorang petugas medis. Rio langsung menyambutnya kemudian membawa Robby ke ruang rawat terbaik di rumah sakit ini."Darimana saja kau Rio?" tanya Robby saat Rio mendorongnya."Maafkan aku ayah, semalam ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Rio membuat alasan klise kepada Robby.Pagi hari Rio berpamitan kepada kedua orangtuanya, dia berjanji akan kembali setelah project bersama dengan Bosley selesai. Hari itu Rio langsung menemui Andini, kemudian membawanya ke sebuah studio yang berada tidak jauh dari kantornya."
Kayla terus saja berbicara hingga dia mendengar suara-suara perdebatan kecil di balik telepon, kemudian dia menekan tombol volume yang ada di bagian kanan, untuk mendengarkan semuanya. Matanya mulai menyipit seolah sedang berusaha mengenali suara di balik ponsel.Lengannya terus menggenggam erat ponsel miliknya sambil menghadapkan pengeras suara ke arah lubang telinga."Lucy!""Kau kah itu?" tanya Kayla setelah beberapa detik kemudian dia mulai mengenali suara tersebut.Hati Reynold mulai tak karuan, dia terus memainkan dasi karena takut ketahuan jika Rio sedang berada di Club Seven Eight bersama dengan Andini."Halo Lucy jawab aku!" Kayla terus memanggil namanya."Halo Kay, maaf jika aku lancang telah berani menjawab panggilan darimu," terdengar jelas suara Lucy di telinga Reynold."Dimana Rio?" tanya Kayla menaikkan nada bicaranya."Ah...ma-maaf Kay, dia tidak sadarkan diri kar
Rio melihat sebuah kertas yang berisikan plan map mega project yang pernah akan di jalankan bersama dengan Mr. Alan. Ternyata Randu menjual semuanya kepada Damien tanpa sepengetahuan Kayla dan juga Reynold karena Mr. Alan hanya ingin berdiskusi masalah ini dengan Rio.POV KAYLA DAN RANDUMalam itu Kayla mendapat telepon pada pukul 3 dini hari, dia segera menemui Randu di depan rumahnya."Maaf Kay, semuanya rencana yang kita susun di tolak mentah-mentah oleh Alan," kata Randu saat Kayla masuk ke dalam mobilnya."Damien tetap ingin menghabisi Rio dan keluarganya, karena Alan tidak ingin kembali bekerjasama dengannya lagi," sambung Randu dengan air muka penuh dengan kegelisahan.Kayla hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, karena tidak ada jalan lain untuk membereskan masalah ini semua, kecuali mengembalikan Mr. Alan ke posisi semula. Tapi dia tahu, jika sang pemilik uang sudah terkesima dengan cara kerja Rio yang cek
"Sebaiknya kau urus saja dia,""Biar Kayla menjadi urusanku," jawab Reynold kemudian meninggalkan keduanya.Saat berada di luar kamar, dia segera menghubungi Kayla untuk meminta dirinya segera datang ke Kafe Jonnah yang berada tidak jauh dari rumahnya. Reynold langsung tancap gas untuk segera menuju ke tempat tersebut.Sesampainya di sana, dia sudah melihat Kayla sedang duduk di luar bersama dengan Tuan Jonnah, sang pemilik kafe."Halo Rey!""Apa kabar!" sapa pria berusia 65 tahun itu saat dia mendekat ke arah Kayla.Keduanya saling berpelukan karena sudah cukup lama Reynold tidak mengunjungi tempat itu, terlebih kepergian Kayla ke luar negeri membuat dia enggan untuk datang kemari sendirian."Kemana dia?" tanya Tuan Jonnah menyapu sekelilingnya mencari keberadaan Randu."Kau masih mencari bocah nakal itu?" celetuk Kayla menyela pertanyaan Tuan Jonnah."Dia sedang berada di luar kota tuan, dan sekarang kami telah berpisa
POV RANDU & REYNOLDMalam itu hujan cukup deras mengguyur kota, Randu berada sendiri di dalam kantor sambil memegangi kepala. Dia tak tahu harus berbuat apa karena surat yang ada di hadapannya kini harus segera di serahkan kepada Rio.Suara dentang dari bell yang ada di pintu mengejutkan dirinya, terlihat Reynold sedang memasuki kantor dengan pakaian kusut dan juga basah."Hujan malam ini cukup besar sekali brother!" kata Reynold sambil mengepak-ngepak tubuhnya.Dia langsung memutar bola matanya menatap Randu karena tidak mendengar jawaban darinya, perlahan Reynold mendekat sisinya."Surat apa itu?" tanya Reynold perlahan mengangkat selembar kertas yang berisikan pasal perjanjian serah terima."Kau gila!""Apa-apaan ini?" pekik Reynold setelah membaca semua isinya."Entahlah Rey, dari sejak tadi aku bingung harus berbuat apa!" jawab Randu meremas kepala dengan kedua tangannya. Kemudian dia menceritakan apa
Rio terkejut mendengar apa yang terucap dari mulut Robby, karena seingat dia Randu telah mencuri beberapa blueprint proyek besar miliknya. Karena ulahnya, Rio harus kembali memulainya dari awal, karena semua investor yang di dapat olehnya di bawa lari oleh Randu."Aku tau semua permasalahanmu dengannya Rio," kata Robby, "karena dia melakukan semuanya itu untukku," sambungnya.Rio langsung menyandarkan tubuhnya, memikirkan kembali semuanya namun dia masih belum percaya dengan semua perkataan Robby. Karena dari sejak awal, Robby memang tidak pernah suka jika Rio membangun usahanya sendiri.Beberapa jam kemudian, nampak seorang wanita berusia 40 tahun datang memasuki ruangan bersama dengan dua orang lainnya."Selamat siang tuan Robby," sapa Alinda, wanita yang pernah menjadi sekretarisnya di masa lalu."Maaf aku harus merepotkanmu kembali," ucap Robby kemudian mengangguk, memberi kode agar Alinda segera memberikan beberapa berkas yang sudah ada di tan
POV 8 TAHUN LALUPada malam itu Robby masih berada di kantor bersama dengan sekretarisnya yang bernama Alinda, keduanya sedang sibuk untuk mempersiapkan diri untuk melaju pada pentas politik, pemilihan senator di kota ini."Selamat malam Robby!" sapa seorang pria seumuran dengannya memasuki ruangan bersama dengan beberapa orang di belakangnya."Damien!" balas Robby menyapanya dengan kedua mata terbelalak, menatap orang yang memiliki pengaruh kuat di kota ini mendatangi dirinya."Akhirnya kau ikut bermain juga di sini," ucap Damien sambil melihat beberapa berkas yang ada di tangan Alinda."Terima kasih Damien,""Sebenarnya apa tujuan kedatanganmu kemari kawan?" tanya Robby kemudian beranjak dari atas sofa untuk membuatkan minuman hangat.Damien kemudian mengeluarkan sebuah foto dari dalam saku jasnya, kemudian meletakkannya di atas meja. Sesaat kemudian Robby sadar jika ada sesuatu yang telah mengganggu diriny
"Wow wow wow....ada apa ini nona manis?" tanya Reynold terkejut karena di semprot oleh Andini."Andini!""Jaga sikapmu!" tegur Lucy karena dia tak menghargai tamunya.Andini langsung meninggalkan keduanya dengan langkah kesal, dia langsung melempar tasnya ke dalam loker saat dia sampai di ruang ganti."Dasar bodoh!""Wanita mana lagi yang akan kamu tiduri malam ini huh!" kesal Andini sambil menatap foto Rio yang terpajang di balik pintu lokernya."Andini!" terdengar suara Lucy dari balik pintu, dia langsung menutup loker tersebut dengan kencang karena tak mau ketahuan olehnya, karena diam-diam telah menyimpan foto Rio.Lucy meminta Andini untuk segera memakai pakaian kerja, karena sudah ada tamu yang menunggunya di ruang VIP. Dengan wajah murung, dia segera berganti pakaian dan tak ingin melewatkan kesempatan untuk memainkan drama romantis kepada pria hidung belang.Setelah selesai, dia langsung di bawa oleh Lucy menuju r