Perawat yang berada di sisi Robby membuka jalan untuk Rio agar bisa berada di samping sang ayah.
"Rio, tubuhku sudah tak lagi seperti kemarin,"
"Semua penyesalan yang keluar dari mulutku mungkin sudah tak lagi berguna, tetapi ada satu hal yang harus kau ketahui," sambung Robby terbata-bata.
"Maafkan aku ayah jika selama ini telah membuatmu seperti ini,"
"Aku yakin jika kau akan baik-baik saja," ucap Rio kemudian meminta semuanya untuk kembali melakukan pekerjaannya, kemudian Rio beranjak keluar ruangan.
Rio kembali menemui Anna kemudian memberikan dekapan hangat agar sang ibu bisa lebih tenang menghadapi semuanya. Dia berjanji akan merubah sikapnya terhadap Robby jika masih di berikan kesempatan.
"Ibu harap kamu mengerti apa yang sedang dia lakukan terhadapmu nak!"
"Karena selama ini, pengorbanan ayahmu sudah terlalu besar untuk kalian berdua," kata Anna menatap kedua putranya.
Rio mengangukkan kepalanya, sementara Laudya
Reynold terkesiap saat terlihat Andini sedang berdiri di depan pintu bersama dengan seorang pelayan di klub. Dia memasang wajah ketus karena Andini tidak menuruti permintaannya, padahal sebelumnya dia sudah memberi uang untuk mengganti denda yang di kenakan oleh Lucy."Maaf Kay, aku tinggal sebentar," kata Lucy langsung beranjak keluar menemui Andini.Kedua mata Kayla tak lepas menatap pintu yang ada di hadapannya, seolah ada rasa penasaran yang sedang berkecamuk dalam pikirannya. Sesaat kemudian Lucy pun masuk lagi ke dalam, lalu duduk kembali di samping Kayla."Siapa wanita itu?" tanya Kayla penasaran."Oh...dia Andini, anak buahku yang baru saja bekerja di tempat ini," jawab Lucy sambil menelan salivanya."Kenapa kau tak ajak dia kemari?" tanya Kayla kembali menatap Lucy.Lucy hanya tersenyum kemudian mengalihkan pembicaraan agar Kayla tidak terus membicarakan mengenai Andini.***"Mas aku tidak melihatmu bersama Reyno
Kedua mata Rio tak lepas memperhatikan wajah Kayla, dia mencoba untuk membaca apa yang tersirat di hati dan wajahnya. Perlahan Rio mendekat ke sisinya kemudian bertanya, "jika aku mengenalnya, apa yang ingin kau sampaikan kepada dia?"Kayla hanya tersenyum lalu menjawab, "ah syukurlah, kalau begitu kapan kau bisa kenalkan aku dengannya?"Bak pohon tua tiba-tiba roboh, hati Rio menjadi semakin tak karuan karena Kayla meminta dipertemukan dengan wanita yang dia sembunyikan di bagian lain hatinya."Maaf Kay, menurutku sebaiknya kau jelaskan dulu kepada Rio agar dia tak salah paham," sela Lucy mencoba untuk menenengkan Rio diam-diam."Astaga!""Aku lupa," ucap Kayla kemudian menepuk dahinya, lalu diamenjelaskan jika dirinya akan merintis agency baru bersama dengan Lucy dan juga Andrew."Sayang! bukankah kau sudah berjanji akan membantuku di perusahaan ini?" tanya Rio mulai sedikit lega karena ternyata apa yang dia pikirka
Rio hanya menaikkan sudut mulutnya, perlahan menggilir kedua bola matanya mendelik ke arah Andini."Apakah kamu mendengar kata perpisahan dari mulutku?" tanya Rio kemudian menuangkan minuman untuknya.Andini sudah tak mampu lagi berkata-kata, meskipun ini bukan pertemuan terakhirnya. Dia merasa jika hari-hari ke depan akan menjadi lebih berat karena tak bebas lagi berkomunikasi dengannya."Minumlah dulu, agar kamu lebih tenang," ucap Rio menggeser gelas ke hadapan Andini.Tanpa ragu Andini pun langsung menghabiskan cognac yang di tuangkan Rio, kemudian dia menuangkannya kembali."Percuma saja kamu minum sebanyak itu, karena lusa nanti Kayla akan menemuimu," papar Rio, hatinya mulai berkecamuk karena takut Andini tidak mau menemuinya."Apa maksudmu?" tanya Kayla sesaat setelah meneguk minuman keduanya."Kemarin Kayla melihatmu, dan dia ingin menjadikanmu sebagai model pertama di agency miliknya," jawab Rio menatap Andini penuh dengan k
"Wow wow wow....ada apa ini nona manis?" tanya Reynold terkejut karena di semprot oleh Andini."Andini!""Jaga sikapmu!" tegur Lucy karena dia tak menghargai tamunya.Andini langsung meninggalkan keduanya dengan langkah kesal, dia langsung melempar tasnya ke dalam loker saat dia sampai di ruang ganti."Dasar bodoh!""Wanita mana lagi yang akan kamu tiduri malam ini huh!" kesal Andini sambil menatap foto Rio yang terpajang di balik pintu lokernya."Andini!" terdengar suara Lucy dari balik pintu, dia langsung menutup loker tersebut dengan kencang karena tak mau ketahuan olehnya, karena diam-diam telah menyimpan foto Rio.Lucy meminta Andini untuk segera memakai pakaian kerja, karena sudah ada tamu yang menunggunya di ruang VIP. Dengan wajah murung, dia segera berganti pakaian dan tak ingin melewatkan kesempatan untuk memainkan drama romantis kepada pria hidung belang.Setelah selesai, dia langsung di bawa oleh Lucy menuju r
Hingar bingar musik di malam itu begitu menggelegar, memekak di telinga. Para wanita berpakaian seksi tengah bergoyang berpasangan sambil memegang minuman di tangan kanannya. Liuk tubuh seksi wanita berusia 21 tahun itu tengah menggoda mata seorang pria yang ada di hadapannya."Ayolah Rio, bawa saja dia ke atas," bisik Reynold "Kau gila Rey! malam ini aku harus pulang," timpal RioPria 40 tahun itu hanya menggelengkan kepala mendengar celotehan sahabatnya, yang terus menggoda agar dia mau membawa wanita yang ada di hadapannya itu ke kamar hotel."Apakah kau tidak melihat sesuatu yang indah dalam diriku?" goda wanita yang ada di hadapan Rio sembari mendekatkan wajahnya."Siapa yang tidak suka dengan keindahan wajah yang kau miliki, Andini!" bisik Rio. Lalu dia meraih tubuhnya sambil mengikuti irama musik yang mengiringi.Andini terlihat sangat menikmati malam itu, kebersamaanya dengan Rio selalu saja membuat Andini lupa diri bahkan hingga tak sadarkan diri. Tubuh kecil nya itu selalu
Pagi hari terdengar suara dering menusuk telinga Andini hingga dia terbangun seketika, lalu dia segera mengambil ponsel yang ada di seberangnya."Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku lagi Andini!" pria di balik telepon itu langsung membentaknya.Andini terdiam seketika, tak mampu berkata apa-apa lagi selain meneteskan air mata dengan kepala tertunduk."Hey Syam! kalau kau punya nyali, datanglah kemari, daripada kau membatasi kekasihmu seperti itu!" tak di sangka Rio langsung mengambil telepon genggam milik Andini, lalu balas memaki pria tersebut."Bangsat kau Rio!" pekik Syam, "kau pikir kau siapa huh!" dia menantangnya."Ah kau ini memang tolol!" ejek Rio sambil tertawa."Seharusnya kau sadar, Andini itu siapa!" ".....," tak ada balasan apapun dari Syam, tak lama dia pun menutup teleponnya.Rio memberikan ponsel itu kembali kepadanya, kemudian memberikan sentuhan kecil ke atas kepalanya. Dia sadar bahwa wanita yang sedang bersamanya itu adalah pemain cinta, namun hatinya selalu saja men
Rio langsung memutar kepalanya ke arah kanan, kemudian mengambil teh hangat yang ada di hadapannya. Dia mempersilakan Laudya untuk duduk di sampingnya, lalu kembali menghisap rokok yang hampir saja di buang olehnya."Kak, aku harus bicara sesuatu soal dia," ungkap Laudya, kedua bola matanya sambil mengawasi pintu rumah, seolah ada rahasia besar yang ingin dia katakan kepada Rio.Laudya adalah putri bungsu dari keluarga Robby Dinata, berusia 19 tahun dan memiliki prestasi segudang. Namun sayangnya, saat usaha ayahnya di terpa badai kebangkrutan, dia harus meninggalkan semua cita-cita serta impiannya. Kini dia bekerja di sebuah minimarket kecil yang berada di dekat rumahnya, karena Laudya harus menemani Anna merawat Robby."Apalagi yang ingin kamu sampaikan kepadaku Lodi?" tanya Rio acuh, seolah dia sudah tau apa yang akan dia bicarakan."Dia dekat dengan Rival terberatmu, sebaiknya kakak segera jauhi dia sebelum apa yang sedang kakak rencanakan berakhir di tahun ini," jawab Laudya mena
"Singkirkan omong kosongmu Ran-du!" tantang Rio mengangkat stick golf yang ada di tangannya."Rupanya kau lupa dengan masa lalu di antara kita huh?" dengan santai Randu membalas."Tidak akan ada tempat bagi pengkhianat sepertimu bajingan!" bentak Rio, langkahnya terhenti oleh Reynold yang sudah terlebih dahulu menghajar dua security yang berada di sampingnya.Beberapa anak buah Randu berusaha untuk membantu kedua orang yang sudah tak berdaya di tangan Rey, namun langkahnya pun di hentikan oleh Randu. Dia tahu jika Reynold bukan orang yang bisa di hentikan, dan hanya akan memperkeruh suasana di tempat ini."Kau rela datang demi wanita kotor seperti dia?" tanya Randu membuka kacamata hitam yang menempel di wajahnya."Serahkan dia sekarang atau...," ancam Rio, "atau kau akan membuat dirimu malu di hadapan semua orang?" timpal Randu."Kau masih saja seperti dulu Rio, tak mampu membedakan mana yang baik untukmu," sesal Randu, teringat masa lalunya, ketika dia sedang membangun Wordcount Co
"Wow wow wow....ada apa ini nona manis?" tanya Reynold terkejut karena di semprot oleh Andini."Andini!""Jaga sikapmu!" tegur Lucy karena dia tak menghargai tamunya.Andini langsung meninggalkan keduanya dengan langkah kesal, dia langsung melempar tasnya ke dalam loker saat dia sampai di ruang ganti."Dasar bodoh!""Wanita mana lagi yang akan kamu tiduri malam ini huh!" kesal Andini sambil menatap foto Rio yang terpajang di balik pintu lokernya."Andini!" terdengar suara Lucy dari balik pintu, dia langsung menutup loker tersebut dengan kencang karena tak mau ketahuan olehnya, karena diam-diam telah menyimpan foto Rio.Lucy meminta Andini untuk segera memakai pakaian kerja, karena sudah ada tamu yang menunggunya di ruang VIP. Dengan wajah murung, dia segera berganti pakaian dan tak ingin melewatkan kesempatan untuk memainkan drama romantis kepada pria hidung belang.Setelah selesai, dia langsung di bawa oleh Lucy menuju r
Rio hanya menaikkan sudut mulutnya, perlahan menggilir kedua bola matanya mendelik ke arah Andini."Apakah kamu mendengar kata perpisahan dari mulutku?" tanya Rio kemudian menuangkan minuman untuknya.Andini sudah tak mampu lagi berkata-kata, meskipun ini bukan pertemuan terakhirnya. Dia merasa jika hari-hari ke depan akan menjadi lebih berat karena tak bebas lagi berkomunikasi dengannya."Minumlah dulu, agar kamu lebih tenang," ucap Rio menggeser gelas ke hadapan Andini.Tanpa ragu Andini pun langsung menghabiskan cognac yang di tuangkan Rio, kemudian dia menuangkannya kembali."Percuma saja kamu minum sebanyak itu, karena lusa nanti Kayla akan menemuimu," papar Rio, hatinya mulai berkecamuk karena takut Andini tidak mau menemuinya."Apa maksudmu?" tanya Kayla sesaat setelah meneguk minuman keduanya."Kemarin Kayla melihatmu, dan dia ingin menjadikanmu sebagai model pertama di agency miliknya," jawab Rio menatap Andini penuh dengan k
Kedua mata Rio tak lepas memperhatikan wajah Kayla, dia mencoba untuk membaca apa yang tersirat di hati dan wajahnya. Perlahan Rio mendekat ke sisinya kemudian bertanya, "jika aku mengenalnya, apa yang ingin kau sampaikan kepada dia?"Kayla hanya tersenyum lalu menjawab, "ah syukurlah, kalau begitu kapan kau bisa kenalkan aku dengannya?"Bak pohon tua tiba-tiba roboh, hati Rio menjadi semakin tak karuan karena Kayla meminta dipertemukan dengan wanita yang dia sembunyikan di bagian lain hatinya."Maaf Kay, menurutku sebaiknya kau jelaskan dulu kepada Rio agar dia tak salah paham," sela Lucy mencoba untuk menenengkan Rio diam-diam."Astaga!""Aku lupa," ucap Kayla kemudian menepuk dahinya, lalu diamenjelaskan jika dirinya akan merintis agency baru bersama dengan Lucy dan juga Andrew."Sayang! bukankah kau sudah berjanji akan membantuku di perusahaan ini?" tanya Rio mulai sedikit lega karena ternyata apa yang dia pikirka
Reynold terkesiap saat terlihat Andini sedang berdiri di depan pintu bersama dengan seorang pelayan di klub. Dia memasang wajah ketus karena Andini tidak menuruti permintaannya, padahal sebelumnya dia sudah memberi uang untuk mengganti denda yang di kenakan oleh Lucy."Maaf Kay, aku tinggal sebentar," kata Lucy langsung beranjak keluar menemui Andini.Kedua mata Kayla tak lepas menatap pintu yang ada di hadapannya, seolah ada rasa penasaran yang sedang berkecamuk dalam pikirannya. Sesaat kemudian Lucy pun masuk lagi ke dalam, lalu duduk kembali di samping Kayla."Siapa wanita itu?" tanya Kayla penasaran."Oh...dia Andini, anak buahku yang baru saja bekerja di tempat ini," jawab Lucy sambil menelan salivanya."Kenapa kau tak ajak dia kemari?" tanya Kayla kembali menatap Lucy.Lucy hanya tersenyum kemudian mengalihkan pembicaraan agar Kayla tidak terus membicarakan mengenai Andini.***"Mas aku tidak melihatmu bersama Reyno
Perawat yang berada di sisi Robby membuka jalan untuk Rio agar bisa berada di samping sang ayah."Rio, tubuhku sudah tak lagi seperti kemarin,""Semua penyesalan yang keluar dari mulutku mungkin sudah tak lagi berguna, tetapi ada satu hal yang harus kau ketahui," sambung Robby terbata-bata."Maafkan aku ayah jika selama ini telah membuatmu seperti ini,""Aku yakin jika kau akan baik-baik saja," ucap Rio kemudian meminta semuanya untuk kembali melakukan pekerjaannya, kemudian Rio beranjak keluar ruangan.Rio kembali menemui Anna kemudian memberikan dekapan hangat agar sang ibu bisa lebih tenang menghadapi semuanya. Dia berjanji akan merubah sikapnya terhadap Robby jika masih di berikan kesempatan."Ibu harap kamu mengerti apa yang sedang dia lakukan terhadapmu nak!""Karena selama ini, pengorbanan ayahmu sudah terlalu besar untuk kalian berdua," kata Anna menatap kedua putranya.Rio mengangukkan kepalanya, sementara Laudya
Dua jam berlalu, keduanya belum di ijinkan masuk ke dalam ruang ICU karena dokter dan juga perawat masih melakukan obeservasi. Terdengar suara langkah menggema di lorong yang terbilang sangat jarang sekali orang yang berlalu-lalang.Wajah penuh duka di serta tangisan kecil terlihat jelas ketika Laudya sedang mendekat kepada Rio dan juga Anna."Ayah bagaimana bu?" tanya Laudya sambil mengatur nafas.Dia segera bergerak menuju sebuah kaca kecil yang berada tepat di depan pintu ruang ICU, kedua matanya menyapu sekeliling untuk mencari keberadaan Robby. Laudya melihat ada beberapa orang sedang mengelilingi pria tua yang sedang berbaring di atas kasur."Maafkan aku ayah," dia meratapi kesalahannya, karena telah berani membentak Robby tadi malam.Tak lama berselang, salah satu dokter yang berada di samping Robby kemudian mendekat ke arah pintu masuk. membuat Laudya harus segera berpindah dari tempatnya karena dia menghalangi jalannya."Ibu A
Rio bergegas menuju ke dalam mobil setelah Kayla menghilang dari pandangannya, dia langsung menginjak pedal gas dalam-dalam untuk segera menemui Reynold. Sesampainya di sana, dia langsung berlari ke dalam lift kemudian langsung membuka pintu ruangan sahabat karibnya."Sial! dimana dia!" gumam Rio karena dia tidak menemukan Reynold di dalam ruangan."Kathy!""Kathy dimana kau!"Dia berteriak tanpa menghiraukan para pegawainya yang sedang bekerja, wajah tampan itu kini berubah menjadi menyeramkan. Beberapa karyawan yang ingin meminta tandatangannya segera mengurungkan niat setelah melihat perangai sang pemimpin nampak tak sedap di pandang.Rio mengambil ponsel yang ada di dalam saku jas nya itu, kemudian mencoba menelepon Reynold namun dia tak kunjung mendapat jawaban."Maaf tuan, aku sedang di toilet," ucap Kathy menghadang langkah Rio dengan nafas tersengal-sengal sambil merapikan roknya."Kemana si brengsek itu?" tanya Ri
Terdengar suara Robby di telinga Anna sedang memanggil kedua putranya, dia segera melangkah ke sisinya sambil menitikkan air mata."Anna!" dia melirik ke arah istrinya dengan kantung oksigen menutupi mulut dan juga hidungnya."Mas...," Anna tak mampu menahan lagi air mata yang membendung di kelopak matanya.Rio hanya menatap keduanya dari depan tempat tidur, hatinya tak merasakan apapun ketika melihat sang ayah sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik. Dia melihat Robby sedang membisikkan sesuatu kepada Anna.Air mata sang ibunda berderai semakin kencang, seolah dia sedang mendapatkan sebuah pesan yang sangat mengiris hatinya."Rio kemari nak," kata Anna memanggil putra sulungnya untuk duduk di samping Robby.Anna membukakan kantung oksigen yang melingkar di wajahnya, agar Robby dapat berbicara dengan jelas kepada Rio.Keduanya hanya saling beradu pandang tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka,
Robby menaikkan sudut mulutnya, menyeringai lalu memutar roda untuk menghadapkan wajahnya ke arah Rio."Aku ingin Laudya kembali ke rumah malam ini juga," pinta Robby melemparkan tatapan sinis ke arah putranya itu."Apa kau yakin tidak akan menyakitinya lagi jika dia pulang kembali ke sana huh?" tanya Rio kesal karena Robby tidak menunjukkan sikap yang ramah ketika meminta putri bungsunya itu pulang."Seharusnya aku yang berkata seperti itu Rio," timpal Robby."Selama ini kau saja tega menelantarkan kami,""Bukankah itu lebih menyakitkan?" lanjutnya dengan wajah perang.Rio hanya menggelengkan kepala, dia hanya bisa diam mendengar ocehan Robby yang sudah ngelantur dan mendramatisir semuanya. Dia tak ingin perdebatan ini di dengar oleh Kayla dan juga Anna, karena keduanya selalu terbebani ketika Rio kembali bermusuhan dengan ayah kandungnya itu."Cukup ayah!" terdengar suara Laudya dari balik pintu menghentikan ocehan Robby terhadap Rio."Aku sudah muak dengan sikapmu yang selalu ingin