“Tunggu sebentar, biar kupanggilkan yang lainnya! Bertahanlah dulu!” seru Dokter Jason berusaha menenangkan anak kecil yang terjebak dalam reruntuhan itu.Dokter Jason pun berlari meninggalkan tempat itu untuk mencari bantuan dari orang-orang ahli. Ia tidak bisa jika harus mengangkat reruntuhan itu sendirian. “Tolong! Tolong aku!” teriak Dokter Jason saat melihat tim pencari yang sedang lewat. Napasnya terburu-buru karena lelah berlari. “Ada seseorang yang terjebak di reruntuhan!”Beberapa orang yang melihat itu pun langsung meminta Dokter Jason untuk menunjukkan jalan. Pria itu membawanya ke anak kecil yang malang itu. Suara lirih lagi-lagi terdengar dari sana. Orang-orang bergegas bersama-sama mencoba untuk membongkar kerangka bangunan yang sudah hancur tersebut demi bisa mengeluarkan korban.Akan tetapi, karena banyak benda-benda besar dan berat yang tertumpuk di sana, mereka memutuskan untuk menggunakan alat berat agar lebih mudah dan lebih cepat.“Nak, tunggu sebentar, ya! Kami
Tak terasa, akhirnya ambulans yang membawa Jason dan anak kecil itu pun sampai di tempat pengungsian. Beberapa tim medis yang ditugaskan untuk berjaga segera membantu Dokter Jason untuk membawa anak itu ke tenda kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.Mereka memperbaiki infus anak itu, memberikan tambahan darah karena ternyata anak itu juga hampir kehabisan darah. Berkat pertolongan pertama dari Dokter Jason, luka pada anak itu bisa diselamatkan, terutama di bagian kaki kanan anak itu yang memang patah. Jika Dokter Jason tidak melakukan pertolongan pertama, entah bagaimana parahnya nasib anak itu sekarang.Beberapa perawat dan dokter, termasuk Dokter Jason berfokus pada anak itu. Mereka berupaya keras demi menyelamatkan nyawa malaikat kecil itu. Hingga akhirnya tak terasa satu jam pun berlalu begitu saja. Pertolongan yang sudah mereka usahakan akhirnya membuahkan hasil dan anak itu sudah melewati masa kritisnya.Dokter Jason akhirnya bisa bernapas lega. Ia menyandarkan
Berita menggemparkan tiba-tiba saja tersebar ke seluruh wilayah. Sejak pagi, acara televisi yang membahas tentang artis dan gosip-gosip panas terus menayangkan berita yang sama. Tak hanya itu, berita itu pun menjadi bahan pembicaraan di berbagai macam jejaring sosial media.Semua orang yang berkumpul rata-rata pasti membicarakan hal itu. Bagaimana tidak? Laura Guan, artis papan atas yang baru saja naik daun itu, diberitakan tengah menjalin kasih dengan seorang direktur salah satu perusahaan yang bergerak di industri hiburan. Yang lebih parah lagi, ternyata direktur itu sudah memilik seorang istri.Foto-foto bukti perselingkuhan dan chat mesra tersebar di mana-mana. Semua orang langsung paham jika Laura yang dipuja-puja itu ternyata seorang pelakor. Padahal sebelumnya, ia dianggap sebagai artis yang baik dan punya nama bagus.Akan tetapi, begitu berita ini tersebar, hancur sudah gambaran itu pada diri Laura.“Arrghh! Kenapa sih beritanya bisa sampai tersebar?!”Prang! Brak!Laura mengg
Akhir-akhir ini, cuaca sering mendung, bahkan setiap hari hujan tidak pernah absen untuk turun. Penyakit yang paling sering muncul dalam musim-musim seperti ini salah satunya adalah demam berdarah. Sudah lebih seratus pasien yang baru saja masuk terjangkit penyakit tersebut, belum lagi pasien-pasien dengan penyakit lain yang datang berobat. Karena hal itulah, rumah sakit tampak lebih sibuk dari biasanya. Meski lelah, tetapi mereka tetap berusaha maksimal untuk melayani para pasien, serta berharap agar mereka cepat membaik.Bella yang berada di rumah sakit pun harus bekerja ekstra bersama dengan tiga orang rekannya yang lain. Karena jumlah pasien yang membludak, Bella pun tidak bisa pulang sesuai dengan jam pulang biasanya.'Gabriel, maafkan Mama karena tidak bisa segera pulang,' batin Bella dengan hati yang sendu.***“Gabrielll!! Tante pulaanngg!!”Naura yang baru saja kembali dari dinasnya itu melepaskan koper yang baru saja ia geret. Ia juga melepaskan sepatunya sembarangan. Tanga
Sagar bangkit dari tidurnya. “Hah? Memangnya apa yang terjadi dengan mereka, Leon?”“Sagar …,” suara sepupu Sagar, Leon, terdengar bergetar, “... mereka berdua sedang berlibur, lalu … lalu aku dengar jika di kota itu terjadi gempa dan tsunami. Aku berusaha untuk menghubungi mereka, tapi … tapi … aku sama sekali tidak mendapatkan jawaban!”Sagar terdiam mendengar cerita Leon kepadanya. Ia ingat keponakannya yang masih kecil itu baru saja masuk sekolah dasar tahun ini. Lalu, sekarang ia justru mendengar jika anak itu beserta ibunya menghilang.“Apa … apa kamu bisa membantuku, Sagar? Aku sudah putus asa mencari mereka. Aku sangat takut kehilangan mereka berdua.”Sagar mencengkeram ponselnya. Meski ia tidak bisa melihat wajah Leon, ia bisa tahu seberapa besar rasa takut yang dirasakan oleh Leon. Ia juga bisa menyadari seberapa besar rasa cinta Leon pada anak dan istrinya itu.“Tunggu … apa mereka termasuk korban gempa dan tsunami beberapa hari yang lalu itu?” tanya Sagar saat ia menyadari
Hampir selama 30 menit lamanya mereka mencoba untuk menangani pasien wanita tanpa nama itu. Sudah berbagai cara mereka upayakan. Namun sayangnya, nyawa wanita itu tidak bisa terselamatkan.Kekesalan dan rasa sedih penuh duka menyelimuti para petugas kesehatan. Lagi-lagi mereka tidak bisa menyelamatkan satu nyawa korban bencana alam karena kurangnya alat kesehatan dan obat-obatan lain.“Permisi ....”Seseorang datang memasuki ruang perawatan darurat itu. Seorang perawat segera mendatangi petugas SAR tersebut.“Ada yang bisa saya bantu?” tanya perawat itu.Petugas itu menyodorkan sebuah kartu identitas. “Ini ada kartu identitas milik salah satu korban yang saya bawa ke sini kemarin sore. Saya lupa tidak segera memberikannya dan terbawa dengan saya sampai ke tempat kerja. Apa kalian bisa memberikan ini kepadanya?”Perawat itu mengamati kartu nama yang sudah ada di tangannya itu. Wajahnya tampak asing dan familiar di saat yang sama. Ia mencoba untuk mengingat-ingat pasien wanita mana saja
Satu orang pengawal Leon mencoba untuk membawa Leon ke tempat yang lebih aman dan menenangkannya.Sagar tahu jika Leon sangat mencintai istrinya. Tidak heran ia jadi seperti orang gila ketika mendengar kematian istrinya. Dunia Leon pasti sudah hancur sekarang ini. Air matanya tidak berhenti mengalir hingga membuat kelopak matanya bengkak dan memerah. “Bagaimana dengan Justin, apa sudah ditemukan?” tanya Sagar pada salah satu pengawal Leon.Pengawal itu menggeleng. “Kami masih mencari keberadaannya, tapi kami dengar daerah hotel tempat Tuan Muda dan Nyonya tinggal sudah dibersihkan dari reruntuhan, semoga Tuan Muda selamat.”Sagar mengangguk kecil. Ia kembali menatap ke arah Leon. Ia menghela napas panjang dan berat. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana perasaan Leon saat ini.'Jika aku jadi Leon ....'Batin Sagar melayang jauh. Bayangan tentang Bella, istrinya—setidaknya saat ini karena ia belum mengurus perceraian mereka, terjebak dalam reruntuhan itu. Akan semakin buruk jika ternyata
“Papamu … tadi saat Uncle pergi, papamu sedang berusaha mencari mamamu, tapi tadi papamu sepertinya sudah tahu di mana keberadaan mamamu,” jelas Sagar. Hatinya terasa sesak karena tidak bisa mengatakan yang sesungguhnya. “Sekarang, kita siap-siap untuk pergi ke papamu, yuk!”Sagar bangkit dan meminta salah satu pengawalnya untuk membawa Justin ke mobilnya. Diam-diam, Sagar dan Jason menatap Justin dari kejauhan.“Tuan Sagar, maaf jika saya seperti sedang ikut campur, tapi … Anda tadi sepertinya berbohong tentang ibu Justin, ya?” tebak Jason.Sagar menunduk dan menghela napas panjang. “Iya. Aku tidak bisa mengatakan fakta kalau ibunya sudah meninggal dunia.”Jason mengepalkan tangannya. Ia tidak menyangka jika ibu Justin ternyata sudah tidak bernyawa. Anak itu selalu bertanya di mana keberadaan ibunya. Jika ia mendengar tentang kematian itu, Justin pasti akan sangat sedih.“Saya turut berduka cita mendengarnya,” lirih Jason.Sagar mengangguk. Ia mengambil ponselnya dan pamit untuk mene
Bella tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya. Ia bahkan sampai mencubit pipinya sendiri agar ia percaya jika apa yang ada di depannya adalah kenyataan, bukan bagian dari bunga tidurnya.“Kak Sagar benar sudah sadar?” tanya Bella. Ia benar-benar tidak percaya meski sudah mencubit pipinya sendiri.Sagar yang ada di hadapan Bella terkekeh. Ia menyentuh pipi Bella dan menarik wajahnya untuk mendekat. Kecupan singkat di bibir Bella membuatnya bisa merasakan kehangatan dari bibir Sagar.“Apa masih belum percaya?” goda Sagar.“Kak Sagar,” panggil Bella sekali lagi. Kini dengan suara bergetar karena menahan tangis.Sagar tersenyum lembut. “Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu. Waktu awal menikah, aku ingat kamu memanggilku seperti itu. Oh, tunggu dulu … kalau tidak salah, ketika kamu kecil, kamu juga memanggilku begitu.”Mata Bella melebar. “Kak Sagar ingat?”“Tentu saja. Aku punya ingatan yang baik.” Sagar kembali tertawa saat melihat wajah Bella yang mendadak memerah.Bel
“Iya, Gabriel. Papamu masih istirahat. Doakan dia cepat sembuh, ya?” ucap Bella dengan suara bergetar. Ia bangkit dan membawa Gabriel menuju Sagar. Ia mendudukkan Gabriel di sisi sang Papa.Dengan polosnya, Gabriel merangkak mendekati wajah Sagar dan menepuk-nepuk pipinya pelan. Tingkahnya itu mau tidak mau membuat Bella menarik senyum.“Bilang pada Papa untuk cepat bangun, ya? Bilang kalau Gabriel mau bermain lagi dengan Papa,” bisik Bella di telinga Gabriel.Seolah mengerti, Gabriel kini menggeser tangannya untuk menyentuh dada Sagar. Ia menggoyangkan tubuh Sagar dengan kekuatannya yang sangat lemah itu. Sesekali Gabriel memanggil ‘papa’ dengan mulut kecilnya. Ia seperti ingin membangunkan Sagar. Entah lelah karena Sagar tidak kunjung bangun atau apa, Gabriel tampak cemberut. Ia memilih untuk membenamkan wajahnya di dada Sagar dan diam di situ.“Gabriel mau tidur dengan Papa, ya?” ucap Bella dengan sedikit menahan tawa.Sebenarnya, Bella ingin meletakkan Gabriel di sisi Sagar tetap
Bryan melompat dari tempat duduknya ketika mendengar bahaya menghampiri Sagar. “Tuan Sagar tertembak? Bagaimana bisa?”Sebenarnya, ini bukan kali pertama Sagar tertembak. Dulu, saat melawan musuh-musuhnya, beberapa kali Sagar terkena tembakan. Beruntungnya, Sagar masih selamat hingga saat ini.“Iya, Tuan Sagar tertembak oleh Stefany. Wanita gila itu awalnya ingin menembak Nyonya Bella, tetapi Tuan Sagar dengan cepat melindungi Nyonya Bella. Jadinya, Tuan Sagarlah yang tertembak,” jelas William.Bryan menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala. “Sudah kuduga kalau wanita itu memang sama gilanya dengan Laura! Untung sekali dia sudah ditangkap. Biarkan dia mendekam dalam penjara bersama si jalang itu!”William yang mendengar omelan Bryan hanya bisa tertawa kaku. William tahu jika Bryan sangat membenci wanita-wanita yang mendekati Sagar. Kebanyakan dari mereka adalah penjilat yang hanya mengincar harta maupun fisik Sagar. Namun, entah mengapa Bella punya aura yang berbeda, jadi merek
Mata Bella terpejam erat. Padahal ia hanya ingin menggapai Sagar dan merasa aman di sisinya. Namun, suara tembakan yang mengarah kepadanya, serta teriakan Sagar yang memanggil dirinya, membuat Bella meringkuk ketakutan. Ia sudah siap merasakan rasa sakit dari tembakan itu.Akan tetapi, setelah beberapa detik setelah tembakan terdengar, Bella tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Yang ia rasakan justru rasa hangat dari pelukan yang tidak asing baginya.“Kak … Sagar?” Bella mendongak. Wajah Sagar berada tepat di hadapannya. Melihat itu, Bella segera menyadari satu hal. Wajah Sagar terlihat pucat, suara erangan kecil terdengar dari mulutnya, dan keringat dingin membasahi dahinya.“Kak Sagar?!” Bella berusaha memanggil nama Sagar sekali lagi. “Ughh,” erangan kesakitan Sagar lebih keras dari sebelumnya. Mata Bella memindai tubuh Sagar. Ia pun melihat tangan Sagar berusaha menekan salah satu bagian tubuhnya. Ada cairan merah segar yang keluar melalui celah-celah jarinya. Ternyata, pelu
“A … apa? Tidak!” Bella mencoba untuk memberontak, ia memalingkan wajahnya agar bisa menjauh dari ujung pistol. Namun, Stefany tidak tinggal diam. Ia mencengkeram erat wajah Bella hingga membuat kulit wanita itu terluka karena ujung kuku-kukunya yang tajam.“Jangan memberontak, bodoh! Biarkan saja takdirmu ini berlalu!” Stefany tertawa sangat keras. Dia menyukai apa yang sedang ia lakukan saat ini.Sementara itu, Bella gemetar ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak ada di dunia ini. Ia tidak memikirkan rasa sakit yang mungkin ia terima setelah mendapatkan tembakan di kepalanya. Yang ada dalam pikirannya saat ini dipenuhi oleh Gabriel, anaknya.‘Tidak … tidak … kalau aku mati … kalau aku mati … bagaimana dengan Gabriel?’ batin Bella berkelut. Bella tidak bisa membayangkan bagaimana Gabriel tumbuh besar seorang diri. Ia tahu rasa tidak enaknya saat tidak punya seorang ibu di sisinya. Tidak akan ada pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan lagi di dunia ini.‘Bag
"Nona Stefany beberapa hari yang lalu memberi rumah di salah satu perumahan terpencil yang ada di kaki pegunungan, tidak jauh dari kota tempat Tuan Sagar tinggal saat ini. Kemungkinan besar dia membeli rumah itu agar bisa menyembunyikan Nyonya Bella di sana," jelas Bryan. "Akan segera saya kirimkan alamatnya."Tak lama setelah Bryan memutuskan hubungan teleponnya dengan Sagar, Bryan pun mengirimkan alamat beserta titik koordinat yang menjadi tempat kemungkinan Bella disembunyikan. Sagar segera membukanya. Meski Bryan mengatakan jika tempat itu cukup terpencil dan jauh dari pemukiman warga, tetapi rumah itu terlihat cukup mewah layaknya villa pribadi.Belum selesai menganalisa temuannya, lagi-lagi ponsel Sagar berdering. Pria itu segera mengangkatnya setelah melihat nama William tertera di sana."Tuan Sagar, saya sudah menemukan lokasi di mana Nyonya Bella dibawa pergi," jelas William. Sagar mendengarkan dalam diamnya. "Mobil yang membawa Nyonya Bella pergi ke sebuah daerah kaki gunun
“Apa maksudmu?!” Bella berteriak tidak terima dengan pernyataan Stefany. “Kau mau membunuhku dan anakku?”Stefany menyeringai sangat lebar dan kembali menarik-narik rambut Bella. Wajah Bella memucat saat mendengar ucapan Stefany barusan. Ia tidak bisa membayangkan dirinya hidup tanpa Gabriel, malaikat kecil yang membawa kebahagiaan pada dirinya.“Iya, akan kubunuh Kau dan anak sialan itu! Tidak akan kubiarkan kalian hidup! Hanya akulah yang boleh memiliki Sagar. Tikus pengganggu sudah seharusnya untuk dimusnahkan!”Stefany menatap orang-orang berbadan besar yang dari tadi memperhatikan di belakangnya. “Awasi wanita ini! Besok pagi, aku akan kembali dengan membawa berita baik untuk didengarkan. Bella, kau mau melihat anakmu, kan? Akan kubawakan besok padamu dalam keadaan tidak bernyawa.” Stefany tertawa terbahak-bahak selayaknya iblis jahat. Ia lalu pergi dari tempat itu dan meninggalkan Bella sendirian. Ia berbicara pada pengawalnya untuk tidak mempedulikan Bella meski dia meminta u
Napas Sagar tertahan setelah mendengar ucapan dari Bu Zalwa yang mengatakan bahwa Bella sudah pulang sejak tadi sore. Sagar mencoba berpikir positif, tetapi ia tetap tidak bisa melakukannya.“Baiklah, terima kasih banyak atas infonya, Bu Zalwa. Sayangnya, sepertinya saya tidak bisa datang malam ini. Bella sampai sekarang belum pulang juga, maka dari itu saya menelpon Bu Zalwa. Semisal Bu Zalwa tahu keberadaan Bella, tolong segera hubungi saya, ya. Sekarang saya mau mencari Bella dulu.”Setelah itu, panggilan pun dimatikan oleh Sagar. Sagar tidak langsung meletakkan ponselnya. Ia beralih menelpon orang lain. Kini, ia menelpon bawahannya, William.Tak butuh waktu lama bagi William untuk mengangkat telepon dari Sagar."Iya, Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya William. Ia merasa heran karena ia baru saja kembali dari apartemen Sagar beberapa saat yang lalu, tetapi kini atasannya itu sudah kembali menelponnya.“William, gawat! Sepertinya terjadi sesuatu pada Bella. Sampai sekarang d
Berita akan terbakarnya salah satu pabrik kerja sama perusahaan Sagar juga sampai di telinga Bella. Berkat itu pula ia jadi terus memikirkan hal itu selama ia bekerja di rumah sakit.‘Sagar pasti masih sangat sibuk sekarang,’ batin Bella sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor telepon Sagar dengan foto profil pria itu. ‘Pasti susah mengurus perusahaan dari tempat yang jauh.’‘Karena aku dan Gabriel, Sagar jadi kesusahan seperti ini. Jika bukan karena aku, mungkin Sagar sudah bisa langsung mengurus perusahaannya tanpa menyerahkan masalah ini pada bawahnnya,’ batin Bella dengan perasaan bersalah.Setelah Sagar mendapatkan telepon dari Bryan tadi, Sagar langsung cepat-cepat menghabiskan makanannya. Ia pun mulai bekerja dengan melihat semua berkas yang dikirimkan Zoy. Sagar juga terlihat berbincang serius dengannya dan mendiskusikan banyak hal. Bella yang melihat betapa sibuknya Sagar tidak berani mendekati pria itu, bahkan untuk berpamitan ke tempat kerja.Beruntungnya, Sa