“Papamu … tadi saat Uncle pergi, papamu sedang berusaha mencari mamamu, tapi tadi papamu sepertinya sudah tahu di mana keberadaan mamamu,” jelas Sagar. Hatinya terasa sesak karena tidak bisa mengatakan yang sesungguhnya. “Sekarang, kita siap-siap untuk pergi ke papamu, yuk!”Sagar bangkit dan meminta salah satu pengawalnya untuk membawa Justin ke mobilnya. Diam-diam, Sagar dan Jason menatap Justin dari kejauhan.“Tuan Sagar, maaf jika saya seperti sedang ikut campur, tapi … Anda tadi sepertinya berbohong tentang ibu Justin, ya?” tebak Jason.Sagar menunduk dan menghela napas panjang. “Iya. Aku tidak bisa mengatakan fakta kalau ibunya sudah meninggal dunia.”Jason mengepalkan tangannya. Ia tidak menyangka jika ibu Justin ternyata sudah tidak bernyawa. Anak itu selalu bertanya di mana keberadaan ibunya. Jika ia mendengar tentang kematian itu, Justin pasti akan sangat sedih.“Saya turut berduka cita mendengarnya,” lirih Jason.Sagar mengangguk. Ia mengambil ponselnya dan pamit untuk mene
‘Tidak, mana mungkin itu Bella,’ pikir Sagar menentang hatinya. Ia pun memalingkan wajah dari Jason dan wanita yang mulai menghilang setelah berbelok ke lorong lain.Sagar memerintahkan bawahannya untuk menjaga Justin sementara ia pergi menenangkan pikirannya. Ia pun lanjut melangkah berkeliling rumah sakit.***Jason meletakkan secangkir cokelat hangat pada Bella yang duduk di kursi. Mereka berdua kini sudah berada di ruang kerja Jason yang tampak rapi dan terlihat profesional layaknya seorang dokter berpengalaman. Ini bukan pertama kali Bella ke sini dan setiap ia ke sini, Bella selalu merasa nyaman dan aman, sama seperti kepribadian Jason.“Mungkin aku bisa mencarikan kantong darah untuk Gabriel di bank darah yang ada di tempat lain,” usul Jason. Ia meminum cokelat hangat yang ia buat untuk dirinya sendiri. “Aku tidak menyangka Gabriel akan memiliki golongan darah yang langka. Hanya sedikit di dunia.”Bella menunduk. “Iya, sepertinya bawaan dari keluarga ayahnya,” timpal Bella.“Ta
“Golongan darah Anda AB rhesus negatif?” tanya Jason tidak percaya.Sagar mengangguk. Ia mengeluarkan kartu tanda penduduknya dan menunjukkannya pada Jason. “Anda bisa lihat sendiri di sana.”Jason masih memandang kartu tanda penduduk Sagar dengan tatapan tidak percaya. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sagar, kolom golongan darahnya sesuai dengan yang Jason cari. “Apa … apa Anda mau mendonorkan darah Anda? Jika iya, maka kami akan sangat berterima kasih,” pinta Jason penuh harap. “Sebenarnya, ada satu anak bayi yang menderita DBD dan kondisinya sangat buruk sampai membutuhkan transfusi darah. Namun, kami belum bisa menemukan pendonor yang tepat.”“Aku sama sekali tidak mempermasalahkannya. Mungkin ini bisa jadi timbal balik karena Dokter Jason mau menjadi dokter pribadi Justin untuk operasinya,” ucap Sagar dengan senang hati.“Terima kasih! Terima kasih banyak, Tuan Sagar!” ucap Jason berkali-kali. Ia merasa senang dan bahagia. Meski ia bukan keluarga dari yang membutuhkan, teta
“Uncle?” Anak itu menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Tangannya melambai pada pria itu. “Uncle!”Naura mencoba menoleh dan melihat siapa yang dipanggil oleh anak di kursi roda itu, tetapi banyaknya orang yang mondar-mandir di depannya membuat Naura cukup kesulitan untuk mencari siapa sosok paman dari anak itu.“Naura!” Di saat yang sama, Bu Zalwa memanggil Naura. Wanita itu segera bangkit dan mencari ibunya. Bu Zalwa ternyata sudah berjalan mendekatinya. “Ayo kembali ke kamar, Dokter sudah datang untuk mengecek Gabriel!”Naura mengangguk dan bersiap untuk pergi. Ia menoleh pada anak kecil yang ternyata juga sedang menatapnya. “Tante pergi dulu, ya! Semoga cepat sembuh,” ucap Naura pada anak itu.Anak itu mengangguk mantap. “Iya, adik kecil juga, ya! Kalau ketemu, nanti main bareng aku lagi, ya!”Naura tersenyum mendengar ucapan polos itu. Ia kembali dan melambaikan tangannya pada anak itu tanpa sempat berkenalan dan bertukar nama dengannya.Di saat Naura sudah pergi, paman da
Mata wanita itu terbuka dengan perlahan. Bersamaan dengan kesadarannya yang mulai pulih, rasa sakit menyambar ke seluruh tubuhnya. Laura mengerang dan menggeliat di atas ranjang. Ia tidak pernah merasakan rasa sakit sampai seperti itu sebelumnya. Tulangnya terasa remuk, sendinya nyeri. Laura seperti dipukul oleh orang-orang berbadan besar. Belum lagi kepalanya yang terasa sangat pusing dan membuat pandangannya berputar.“Apa … apa yang terjadi?” gumam Laura sembari memegangi kepalanya.Laura mencoba mengingat-ingat apa yang ia lakukan terakhir kali. Wanita itu ingat jika ia berada di klub malam dan menghabiskan uangnya untuk membeli banyak minuman alkohol. Lalu, datang seorang pria yang memberikannya minuman.Setelah itu … badannya tiba-tiba terasa panas. Efek alkohol membuat kesadarannya berada di ambang batas.Laura membelalak. Ia melihat ke sekelilingnya. Pagi sudah datang dan ia terbangun di atas ranjang asing. Yang lebih buruknya lagi, Laura tersadar jika ia sudah telanjang bulat
Sagar dan Bella serempak menoleh pada asal suara yang menginterupsi keduanya. Sosok pria lain yang mengenakan jas putih khas dokter berdiri di sana.“Bella?” Jason menatap Bella dengan mata melebar. Ia juga hampir tidak percaya saat melihat siapa pria yang ada di dekat Bella.Bella mengerjap. Ia mengambil kesempatan ini untuk mendorong Sagar menjauh. Dengan kekuatan terbesar yang ia miliki, Bella berhasil membuat Sagar mundur beberapa langkah.“Do-dokter Jason? Apa … yang Anda lakukan di sini?” tanya Bella dengan gagap.Karena tidak sengaja menemukan kedua orang yang sepertinya sedang cekcok, rasa canggung menghampirinya—menghampiri mereka bertiga. “Ah, itu … aku sedang mengecek pasien VVIP. Entah kenapa aku tidak sengaja lewat sini, padahal biasanya tidak. Maaf, sepertinya aku–”“Apa Anda mengenal Bella, Dokter Jason?” Pertanyaan Sagar membuat Bella dan Jason sama-sama menoleh ke arahnya.“Em … ya, seperti yang Anda lihat Tuan Sagar. Dia salah satu pekerja di sini dan aku mengenalnya
“Kamu bertemu dengan mantan suami kamu? Lalu, bagaimana? Apa kamu tidak apa-apa?” tanya Bu Zalwa perhatian. “Dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh kan sama kamu?”Bella tersenyum atas perhatian Bu Zalwa padanya. “Aku baik-baik saja, kok, Bu. Hanya sedikit terkejut saja.”“Bella, seperti yang Ibu katakan tadi. Kalau kamu mau cerita, ceritakan saja pada Ibu, ya,” ucap Bu Zalwa sekali lagi. Ia tidak mau Bella menanggung semuanya sendiri.Bella mengambil napas panjang. Mungkin memang inilah saat yang tepat baginya untuk membuka diri dan menceritakan semua kejadian di masa lalunya.“Begini, Bu … sebenarnya dulu aku dan dia dijodohkan oleh kakek suamiku. Kami menikah bukan atas dasar cinta. Aku pun menerimanya karena keluarga mereka sangat berjasa dalam membantuku bertahan hidup. Kupikir, rasa cinta perlahan-lahan bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu, tetapi sepertinya aku kurang sabar. Kami mesra hanya di depan keluarganya saja dan status pernikahan pun hanya diketahui oleh keluar
"Aku memang tidak melihatnya secara langsung Bibi, tapi ...," ucapan Sagar tertahan, “Tapi, aku yakin, kalau orang suruhanku tidak akan salah memberikan informasi!"Hana dan Zoku menelan ludah payah mendengar perkataan Sagar. Keduanya saling menatap satu sama lain, seolah berbicara dari mata ke mata. "Kalau begitu, berarti anak itu adalah anakmu, Sagar?" tanya Kakek Zoku pura-pura terkejut.Zoku tidak ingin jika Sagar sampai tahu kalau ternyata selama ini diam-diam ia mengirimkan orang untuk mencari keberadaan Bella dan menyelidiki tentang kehidupannya.Sagar menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Kakek. Aku …," wajah Sagar terlihat bimbang, "A-aku tidak begitu yakin ...."Sagar mengembuskan napasnya kasar. Ia bingung harus mengatakan apa pada Kakek Zoku dan Bibi Hana soal anak itu. Di satu sisi, ia yakin kalau anak itu adalah anaknya, tapi di sisi lain dia juga ragu karena tidak bisa mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Semuanya masih terlihat samar-samar bagi Sagar."Kenapa bisa
Bella tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya. Ia bahkan sampai mencubit pipinya sendiri agar ia percaya jika apa yang ada di depannya adalah kenyataan, bukan bagian dari bunga tidurnya.“Kak Sagar benar sudah sadar?” tanya Bella. Ia benar-benar tidak percaya meski sudah mencubit pipinya sendiri.Sagar yang ada di hadapan Bella terkekeh. Ia menyentuh pipi Bella dan menarik wajahnya untuk mendekat. Kecupan singkat di bibir Bella membuatnya bisa merasakan kehangatan dari bibir Sagar.“Apa masih belum percaya?” goda Sagar.“Kak Sagar,” panggil Bella sekali lagi. Kini dengan suara bergetar karena menahan tangis.Sagar tersenyum lembut. “Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu. Waktu awal menikah, aku ingat kamu memanggilku seperti itu. Oh, tunggu dulu … kalau tidak salah, ketika kamu kecil, kamu juga memanggilku begitu.”Mata Bella melebar. “Kak Sagar ingat?”“Tentu saja. Aku punya ingatan yang baik.” Sagar kembali tertawa saat melihat wajah Bella yang mendadak memerah.Bel
“Iya, Gabriel. Papamu masih istirahat. Doakan dia cepat sembuh, ya?” ucap Bella dengan suara bergetar. Ia bangkit dan membawa Gabriel menuju Sagar. Ia mendudukkan Gabriel di sisi sang Papa.Dengan polosnya, Gabriel merangkak mendekati wajah Sagar dan menepuk-nepuk pipinya pelan. Tingkahnya itu mau tidak mau membuat Bella menarik senyum.“Bilang pada Papa untuk cepat bangun, ya? Bilang kalau Gabriel mau bermain lagi dengan Papa,” bisik Bella di telinga Gabriel.Seolah mengerti, Gabriel kini menggeser tangannya untuk menyentuh dada Sagar. Ia menggoyangkan tubuh Sagar dengan kekuatannya yang sangat lemah itu. Sesekali Gabriel memanggil ‘papa’ dengan mulut kecilnya. Ia seperti ingin membangunkan Sagar. Entah lelah karena Sagar tidak kunjung bangun atau apa, Gabriel tampak cemberut. Ia memilih untuk membenamkan wajahnya di dada Sagar dan diam di situ.“Gabriel mau tidur dengan Papa, ya?” ucap Bella dengan sedikit menahan tawa.Sebenarnya, Bella ingin meletakkan Gabriel di sisi Sagar tetap
Bryan melompat dari tempat duduknya ketika mendengar bahaya menghampiri Sagar. “Tuan Sagar tertembak? Bagaimana bisa?”Sebenarnya, ini bukan kali pertama Sagar tertembak. Dulu, saat melawan musuh-musuhnya, beberapa kali Sagar terkena tembakan. Beruntungnya, Sagar masih selamat hingga saat ini.“Iya, Tuan Sagar tertembak oleh Stefany. Wanita gila itu awalnya ingin menembak Nyonya Bella, tetapi Tuan Sagar dengan cepat melindungi Nyonya Bella. Jadinya, Tuan Sagarlah yang tertembak,” jelas William.Bryan menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala. “Sudah kuduga kalau wanita itu memang sama gilanya dengan Laura! Untung sekali dia sudah ditangkap. Biarkan dia mendekam dalam penjara bersama si jalang itu!”William yang mendengar omelan Bryan hanya bisa tertawa kaku. William tahu jika Bryan sangat membenci wanita-wanita yang mendekati Sagar. Kebanyakan dari mereka adalah penjilat yang hanya mengincar harta maupun fisik Sagar. Namun, entah mengapa Bella punya aura yang berbeda, jadi merek
Mata Bella terpejam erat. Padahal ia hanya ingin menggapai Sagar dan merasa aman di sisinya. Namun, suara tembakan yang mengarah kepadanya, serta teriakan Sagar yang memanggil dirinya, membuat Bella meringkuk ketakutan. Ia sudah siap merasakan rasa sakit dari tembakan itu.Akan tetapi, setelah beberapa detik setelah tembakan terdengar, Bella tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Yang ia rasakan justru rasa hangat dari pelukan yang tidak asing baginya.“Kak … Sagar?” Bella mendongak. Wajah Sagar berada tepat di hadapannya. Melihat itu, Bella segera menyadari satu hal. Wajah Sagar terlihat pucat, suara erangan kecil terdengar dari mulutnya, dan keringat dingin membasahi dahinya.“Kak Sagar?!” Bella berusaha memanggil nama Sagar sekali lagi. “Ughh,” erangan kesakitan Sagar lebih keras dari sebelumnya. Mata Bella memindai tubuh Sagar. Ia pun melihat tangan Sagar berusaha menekan salah satu bagian tubuhnya. Ada cairan merah segar yang keluar melalui celah-celah jarinya. Ternyata, pelu
“A … apa? Tidak!” Bella mencoba untuk memberontak, ia memalingkan wajahnya agar bisa menjauh dari ujung pistol. Namun, Stefany tidak tinggal diam. Ia mencengkeram erat wajah Bella hingga membuat kulit wanita itu terluka karena ujung kuku-kukunya yang tajam.“Jangan memberontak, bodoh! Biarkan saja takdirmu ini berlalu!” Stefany tertawa sangat keras. Dia menyukai apa yang sedang ia lakukan saat ini.Sementara itu, Bella gemetar ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak ada di dunia ini. Ia tidak memikirkan rasa sakit yang mungkin ia terima setelah mendapatkan tembakan di kepalanya. Yang ada dalam pikirannya saat ini dipenuhi oleh Gabriel, anaknya.‘Tidak … tidak … kalau aku mati … kalau aku mati … bagaimana dengan Gabriel?’ batin Bella berkelut. Bella tidak bisa membayangkan bagaimana Gabriel tumbuh besar seorang diri. Ia tahu rasa tidak enaknya saat tidak punya seorang ibu di sisinya. Tidak akan ada pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan lagi di dunia ini.‘Bag
"Nona Stefany beberapa hari yang lalu memberi rumah di salah satu perumahan terpencil yang ada di kaki pegunungan, tidak jauh dari kota tempat Tuan Sagar tinggal saat ini. Kemungkinan besar dia membeli rumah itu agar bisa menyembunyikan Nyonya Bella di sana," jelas Bryan. "Akan segera saya kirimkan alamatnya."Tak lama setelah Bryan memutuskan hubungan teleponnya dengan Sagar, Bryan pun mengirimkan alamat beserta titik koordinat yang menjadi tempat kemungkinan Bella disembunyikan. Sagar segera membukanya. Meski Bryan mengatakan jika tempat itu cukup terpencil dan jauh dari pemukiman warga, tetapi rumah itu terlihat cukup mewah layaknya villa pribadi.Belum selesai menganalisa temuannya, lagi-lagi ponsel Sagar berdering. Pria itu segera mengangkatnya setelah melihat nama William tertera di sana."Tuan Sagar, saya sudah menemukan lokasi di mana Nyonya Bella dibawa pergi," jelas William. Sagar mendengarkan dalam diamnya. "Mobil yang membawa Nyonya Bella pergi ke sebuah daerah kaki gunun
“Apa maksudmu?!” Bella berteriak tidak terima dengan pernyataan Stefany. “Kau mau membunuhku dan anakku?”Stefany menyeringai sangat lebar dan kembali menarik-narik rambut Bella. Wajah Bella memucat saat mendengar ucapan Stefany barusan. Ia tidak bisa membayangkan dirinya hidup tanpa Gabriel, malaikat kecil yang membawa kebahagiaan pada dirinya.“Iya, akan kubunuh Kau dan anak sialan itu! Tidak akan kubiarkan kalian hidup! Hanya akulah yang boleh memiliki Sagar. Tikus pengganggu sudah seharusnya untuk dimusnahkan!”Stefany menatap orang-orang berbadan besar yang dari tadi memperhatikan di belakangnya. “Awasi wanita ini! Besok pagi, aku akan kembali dengan membawa berita baik untuk didengarkan. Bella, kau mau melihat anakmu, kan? Akan kubawakan besok padamu dalam keadaan tidak bernyawa.” Stefany tertawa terbahak-bahak selayaknya iblis jahat. Ia lalu pergi dari tempat itu dan meninggalkan Bella sendirian. Ia berbicara pada pengawalnya untuk tidak mempedulikan Bella meski dia meminta u
Napas Sagar tertahan setelah mendengar ucapan dari Bu Zalwa yang mengatakan bahwa Bella sudah pulang sejak tadi sore. Sagar mencoba berpikir positif, tetapi ia tetap tidak bisa melakukannya.“Baiklah, terima kasih banyak atas infonya, Bu Zalwa. Sayangnya, sepertinya saya tidak bisa datang malam ini. Bella sampai sekarang belum pulang juga, maka dari itu saya menelpon Bu Zalwa. Semisal Bu Zalwa tahu keberadaan Bella, tolong segera hubungi saya, ya. Sekarang saya mau mencari Bella dulu.”Setelah itu, panggilan pun dimatikan oleh Sagar. Sagar tidak langsung meletakkan ponselnya. Ia beralih menelpon orang lain. Kini, ia menelpon bawahannya, William.Tak butuh waktu lama bagi William untuk mengangkat telepon dari Sagar."Iya, Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya William. Ia merasa heran karena ia baru saja kembali dari apartemen Sagar beberapa saat yang lalu, tetapi kini atasannya itu sudah kembali menelponnya.“William, gawat! Sepertinya terjadi sesuatu pada Bella. Sampai sekarang d
Berita akan terbakarnya salah satu pabrik kerja sama perusahaan Sagar juga sampai di telinga Bella. Berkat itu pula ia jadi terus memikirkan hal itu selama ia bekerja di rumah sakit.‘Sagar pasti masih sangat sibuk sekarang,’ batin Bella sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor telepon Sagar dengan foto profil pria itu. ‘Pasti susah mengurus perusahaan dari tempat yang jauh.’‘Karena aku dan Gabriel, Sagar jadi kesusahan seperti ini. Jika bukan karena aku, mungkin Sagar sudah bisa langsung mengurus perusahaannya tanpa menyerahkan masalah ini pada bawahnnya,’ batin Bella dengan perasaan bersalah.Setelah Sagar mendapatkan telepon dari Bryan tadi, Sagar langsung cepat-cepat menghabiskan makanannya. Ia pun mulai bekerja dengan melihat semua berkas yang dikirimkan Zoy. Sagar juga terlihat berbincang serius dengannya dan mendiskusikan banyak hal. Bella yang melihat betapa sibuknya Sagar tidak berani mendekati pria itu, bahkan untuk berpamitan ke tempat kerja.Beruntungnya, Sa