Gara-gara Berita TelevisiZemi memilih berlibur di Amsterdam untuk beberapa waktu, meninggalkan nenek dan ibunya. Dia pergi ke apartemen Ayah dan kakaknya, serta memilih menjadi benalu bagi mereka. Dia terlalu di manjakan Renata sejak kecil hingga tidak memiliki ketrampilan berbisnis dan, hanya bisa menikmati royalti dari saham perusahaan yang menjadi bagian dirinya saja.Sekarang perusahaan yang dipercayakan padanya pun dia abaikan dan diserahkan pada Ajer, orang kepercayaan itu untuk di urusnya, otomatis orang itu menjadi CEO sebagai pengganti Zemi.Sudah satu bulan lebih, Zemi tinggal di apartemen ayah dan kakaknya itu. Ada kakak ipar perempuan yang mengurus semuanya, hingga Zemi tampak sedikit lebih gemuk. Dia tidak memiliki tekanan apa pun di sana dan tidak ada nenek yang berteriak padanya.“Kenapa aku tidak sejak lama saja tinggal jauh dari nenek. Oh iya, Nenek tidak pernah mengizinkan aku pergi dari rumah!”Kemarin, saat kematian Syakela, semua orang beranggapan dia sangat
Api UnggunZemi membawa semangat baru untuk menemui Wuri dengan permohonan maaf sekaligus permohonan agar wanita itu mau menjadi kekasihnya. Dia tidak mengabari Ibu dan neneknya karena dia tidak ingin kedua orang tuanya itu ikut campur lagi masalah pribadinya. Di dalam pesawat, dia merasakan waktu berjalan begitu lama hingga dia tidak sabar dan terlihat gelisah setelah beberapa jam berlalu. Padahal tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Memang perjalanan tidak sebentar tapi, pesawat juga membutuhkan waktu untuk mengarungi jarak tempuhnya.Sesampainya di Bandara, dia memanggil taxi untuk bisa sampai di Kota Adat Doulonga. Sesampainya di sana, dia mencari hotel atau tempat apa saja yang bisa dia gunakan untuk menginap dan yang, dia temukan hanyalah sebuah motel kecil, dengan fasilitas yang minim dan juga pemandangan yang tidak terlalu bagus karena terletak di sisi jalan besar. Zemi mengistirahatkan sejenak badannya lalu, membersihkan diri seharian mengadakan perjalanan dari kota
Kau Sangat KakuSeorang wanita menepuk pundak Zemi tiba, dan pria itu menoleh, dia tersenyum pada wanita itu dan berkata, “Apa itu harus?”“Ya! Kau tidak menghormati adat kami kalau tidak menari, sejak kau datang, kau belum menari!”“Apa kau melihatnya?”“Ya, aku yang bertanggung jawab di sini, jadi, kau harus menari!”Tidak hanya Zemi yang di minta menari karena belum menyumbangkan tarian untuk leluhur mereka. Dengan terpaksa akhirnya pria itu menuju tengah lpangan dan menari sebisanya. Dia kaku karena tidak pandai menari, tentu saja bukan hanya dia satu-satunya pria yang tak pandai melakukannya.Wuri melihat hal itu dan wanita yang juga tengah menari itu tertawa. Rambutnya di ikat satu di belakang kepala ikut bergoyang. Kulitnya yang eksotis menjadi sangat ingsah karena sinar dari api unggun yang membumbung tinggi.Melihat Wuri tertawa, dia senang karena membuat gadis itu bahagia, tidak masalah dia tidak bisa menari. Wuri mendekatinya dengan gerakan indah meliuk liuk, dan Zemi sema
Dia Hanya TemanZemi memeluknya lagi, dan ini membuat Wuri kehabisan untuk akal menjauh, dia bahkan merasakan rindu setengah mati selama lebih dari satu bulan ini, sejak ciuman mereka di tempat bencana.“Maafkan aku waktu itu membiarkanmu pergi, aku terlalu kacau waktu itu!”“Ya, aku mengerti, karena Syakela, kan?” kata Wuri sambil melepaskan pelukannya.Zemi ingin menjawab jika dia begitu bukan karena Syakela, melainkan karena dirinya sendiri yang tidak ingin membuat Wuri celaka. Dia tidak ingin bila gadis itu kelak tiada dan pria itu akan membiarkan Wuri bahagia dengan siapa pun yang akan hidup bersamanya.Pada saat mereka masih saling bertatapan, muncul seorang anak remaja menegur mereka dan mendekat.“Nona Lawu, tahukah kau Nowusu sudah di bangun menjadi tempat yang indah untuk berdua?” kata anak remaja itu. Bagi adat mereka, Nowusu adalah sebuah tempat suci yang digunakan untuk memberikan persembahan, di sana ada tempat yang biasa digunakan untuk tempat duduk orang yang m
Dikira KekasihZemi tidak bisa memaksa walaupun dia sangat ingin tetap bersama karena dia tahu posisi dan kedudukan Wuri hingga harus menjaga diri dengan baik. Dua orang itu berjalan menuju rumah Wuri karena gadis itu meminta Zemi untuk singgah dan kebetulan dia pun ingin tahu kediaman gadis idamannya. Mereka masih mengobrol tentang motel yang ditempati Zemi saat kepala suku datang menghampiri. Pria itu sudah sehat kembali setelah sakit lebih dari sepekan awal bulan lalu, Wuri pun datang menjenguknya selama dua hari saat itu.Pria itu mendengar jika Wuri sedang berduaan dengan seorang pria pendatang dan dia memeluk gadis itu, inilah laporan yang membuatnya senang sekaligus was-was. Biar bagaimanapun juga, gadis itu adalah titipan dari sahabatnya, untuk di jaga sebaik-baiknya apabila sampai tua dia tidak menemukan jodohnya. Dia tidak ingin ada hal buruk terjadi padanya.“Ah! Ketua, kenapa kemari, ini sudah malam!” kata Wuri dalam bahasa daerahnya setelah memberi penghormatan khas
Bersiap Menerima KenyataanSetelah lama menunggu, Zemi tidak lagi mendapatkan jawaban meskipun pesan itu terbaca. Tanpa sepengetahuan pria itu, Wuri menangis dengan wajah ditutup bantal agar tidak terdengar oleh para pelayan rumah dan pekerja lain, yang masih belum tidur dan tinggal di rumah itu. Mereka yang mengisi rumah saat dirinya tidak ada. Gadis itu tidak siap jika harus kehilangan Zemi, ini adalah ke sekian kalinya dia merasakan jatuh cinta, tapi, untuk ke sekian kalinya pula dia harus patah hati. Namun, mau tidak mau harus siap kehilangan lagi. Akhirnya wanita itu tertidur setelah lelah mendingan hati yang sesak karena rindu. Kalau saja Zemi tidak berjasa begitu besar padanya maka, dia akan mudah melepaskan rasa. Keesokan harinya Zemi datang terlalu pagi, hingga saat dia muncul di rumah itu, pintunya pun belum di buka, bahkan Wuri belum bangun karena baru tertidur setelah menjelang pagi. Pria itu memakai celana jeans hitam dan hoodie abu-abunya. “Apa kau menunggu Nona Law
Bagaimana Kalau Aku?“Setelah aku mengajakmu ke sana, baru aku akan mengajak Jubi jalan-jalan untuk menghibur hati,” kata Wuri. “Apa sekarang kau sedih?” “Ya kalau aku ini ingin hiburan atau aku sedih, Juni lah yang menghiburku!” “Apa kau akan tidur dengannya, sampai dia membuatmu bahagia?” “Ya! Aku sering tidur di perutnya. Kita akan bermain dan dia akan menggendongku, aku bisa bermain dengan belalainya. Itu menyenangkan!” “Oh!” Zemi mengangguk. Mereka kembali ke rumah, Zemi dipersilakan untuk masuk dan duduk sambil menunggu Wuri membawa persembahan. Pria itu melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi pernak pernik kerajinan khas adat dan sukunya termasuk beberapa hiasan khas dari berbagai negara, ada juga foto-foto ayah Wuri dalam berbagai aktivitas. Ada juga foto ibunya, foto gadis itu saat masih kecil dan juga beberapa gelang kehormatan yang berjajar di dinding, yang artinya sudah banyak kemampuan dasar yang dimiliki Wuri serta keluarganya menurut adat. Wuri keluar dengan
Sebuah Tanda Yang SamaSesampainya di rumah Wuri, Zemi meminta gadis itu untuk menunjukkan di mana kamarnya.Tentu saja Wuri enggan tapi, Zemi berkata, “ Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, dan sebelum orang lain tahu, aku ingin kau yang lebih dahulu tahu!”“Apa itu, katakan saja padaku!” Wuri masih tidak mengerti dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Zemidean.Zemi melihat ke sekeliling dan dia tidak menemukan orang lain selain mereka.“Ke mana semua pelayanmu?” tanya Zemi.“Mereka bekerja di kebun, dan baru akan pulang sore nanti.”“Baiklah kalau begitu, tidak masalah aku membuka bajuku di sini!”“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?”“Wuri, aku punya tanda yang sama seperti di tubuhmu!”“Bagaimana kau tahu, apakah itu sama atau tidak?”Zemi hendak membuka Hoodienya di ruang tamu, saat Wuri mencegah dan menarik tengan pria itu ke kamarnya. Pandangan mata Zemi berputar ke sekeliling kamar yang rapi dan menyebarkan aroma bunga anggrek bercampur asap dupa. Tidak ada perabot