Halo, teman-teman pembaca Cinta Dalam Skandal. Waktu sudah cukup lama berlalu dan Cinta Dalam Skandal sudah setengah jalan untuk mencapai epilog! Banyak-banyak terima kasih Author ucapkan, meskipun novel ini masih cukup sepi. Walau begitu, Author yakin kalau notes ini di masa depan akan banyak yang membacanya. Mohon maaf jika banyak kesalahan yang sangat sering Author lakukan. Author tidak meminta dimaklumi, tapi ingin meminta kalian untuk memprotes jika ada kesalahan. Ini sambutan pertama kali Author pada para pembaca sekalian, untuk ke depannya, mari kita berhubungan baik! Salam hangat dari RibyNabe P.s. Cinta Dalam Skandal akan up lagi besok! Sedang mencoba untuk konsisten di tengah kegiatan yang supeer ini, haha
Kenzo membereskan semua peralatan kerjanya di atas meja, usai jam menunjukkan pukul 5 sore. Tak lupa menyimpan dan memilah-milah, file-file mana saja yang cukup penting untuk diserahkan pada sekretarisnya. Melihat jadwal dan mengecek sekali lagi email, sebelum akhirnya mematikan komputer setelah memastikan semua pekerjaan aman. Netranya menatap sekilas pada jam di pergelangan tangannya, kemudian kembali melanjutkan kegiatan. Seharusnya beberapa menit lagi sekretarisnya itu masuk ke dalam untuk mengambil pekerjaan. Tepat selang dua menit, seseorang yang ia tunggu mengetuk pintu ruangannya. “Masuk!” Tanpa mengalihkan atensi, Kenzo mengambil dokumen-dokumen yang sudah ia rapikan, bersama kertas notes instruksi dan tambahan, dan menyerahkannya pada sang sekretaris. Barulah ia mendongak pada sekretarisnya untuk berbicara sebentar dengannya. Ekspresi wajah Kenzo yang tanpa ekspresi, menunjukkan sedikit kedutan keterkejutan saat melihat Nadine. Sekretarisnya yang cukup kaku, kelihatan berb
Ariana mengendarai mobilnya menuju ke sebuah bangunan gedung yang tidak terlalu tinggi. Dari luar, penampakan gedung tersebut seperti gedung mall biasa, tapi jika telah masuk ke dalam, orang-orang akan mengetahuinya. Bahwa ini adalah tempat orang-orang berkantong tebal, menghabiskan uang mereka. Terlebih jika hobinya memang adalah bermain golf. Selain menyediakan lapangan golf yang luas nan super lengkap, gedung ini juga terdapat restoran mewah yang biasa disinggahi mereka yang telah selesai bermain golf. Tidak hanya itu, banyak ruangan-ruangan tempat kumpul para pecinta golf dan ruangan khusus untuk para membernya. Tempat ini adalah salah satu bisnis milik perusahaan ayahnya yang kini dipegang oleh Kenzo. Di masa lalu, dirinya dan sang ayah, lebih banyak menghabiskan waktu di sini. Bersama dengan Kenzo dan ayahnya yang masih ada. Begitu banyak kenangan yang indah di masa-masa saat mereka remaja beranjak dewasa. Tanpa adanya beban pikiran berat yang mengganggu. Siapa yang menyangka ji
Ariana bersiap di posisinya untuk memukul bola yang bisa hanya tinggal satu pukulan lagi menuju lubang. Karena telah lama ia sejak terakhir kali bermain golf, tubuhnya sedikit kaku. Ia memfokuskan konsentrasi penuh pada permainan, meski awalnya hanya untuk bersenang-senang, menerima tawaran dari Daris. Tampaknya, jiwa kompetitif dalam dirinya berkobar sekarang. Wajar saja jika olahraga favoritnya ini sudah lama tidak Ariana sentuh bertahun-tahun. Ariana memukul bola dengan tongkatnya memakai perasaan penuh, sehingga bola berhasil masuk. Suara tepuk tangan langsung terdengar dari Daris dan orang-orang yang ia bawa. “Bravo! Untuk ukuran seseorang yang belum pernah bermain golf, kamu cukup pandai, Nona Bitna.” Ariana tertawa mendengar pujian tersebut sambil memberikan tongkat golfnya pada seorang caddy sembari melepaskan sarung tangan yang ia gunakan. “Anda terlalu memuji saya, Om. Kebetulan saya pernah bermain di drama korea yang menunjukkan adegan bermain golf. Sehingga saya mau tida
Hari ini, Ariana menghabiskan waktunya di rumah, tanpa ada rencana apapun pergi keluar. Sejak setelah Kenzo pergi bekerja, ia telah mengurung diri di ruang kerja sang tunangan, dimana tempat buku-buku tersimpan. Kali ini lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang baca. Bukan sekedar mengisi waktu luang, tapi di masa lalu maupun sekarang, hobinya adalah membaca. Karena itulah Kenzo mengisi penuh ruangan ini dengan buku. Bisa dikatakan jika ruang kerja Kenzo adalah perpustakaan pribadinya juga. Di masa lalu, saat ia telah memutuskan untuk menyerahkan seluruh perusahaan pada Kenzo, dan mengabdi sebagai istri Kenzo, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku. Saat itulah juga, Ariana masih belum menemukan sesuatu yang dirinya inginkan. Ariana bisa menghabiskan waktu berjam-jam tenggelam dalam dunianya. Jika tidak ada Kenzo, ia mungkin tidak akan makan seharian penuh. Karena itulah, ketika ia mengutarakan niatnya pada Kenzo, pria itu meminta pembantu mereka untuk mengingatkan diriny
Ariana tengah mengaplikasikan produk skincare perawatan malamnya, saat Kenzo telah menunggunya di atas kasur. Sambil memangku laptop dan mengetik cepat di atas keyboardnya. Begitu ia beranjak dari duduknya, Kenzo seakan mengetahuinya. Ia berhenti bekerja dan menutup laptopnya, menyimpannya di atas nakas, lalu menyambut Ariana. “Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku masih ingin membaca buku.” “Tidak, waktu bersamamu adalah yang paling berharga. Bekerja adalah di kantor.” Ariana memutar bola matanya malas sembari mengambil buku di sisi meja nakas. “Lalu kamu tadi melakukan apa?” Kenzo sepertinya memang ingin berbicara pada Ariana, tapi wanita itu mengabaikan dirinya. Ia membuka bukunya dan mulai tenggelam dalam dunia kecil yang telah tercipta. Pria itu menunggu sang tunangan peka pada tatapannya bahwa ia memang ingin melakukan pillow talk dengannya saat ini. “Kalau kamu ingin berbicara, aku akan mendengarkan,” ujar Ariana sembari membalik halaman buku. “Dasar pembohong!” dengus Kenzo yang
Ariana pikir, Kenzo akan membawanya pergi untuk berkencan di suatu tempat. Lebih banyak pria itu membawanya ke sebuah restoran berbintang yang mewah. Tidak tanggung-tanggung menyewa seluruhnya dan menciptakan kesan romantis untuk hanya dinikmati mereka. Atau menonton bioskop, berkencan di cafe sederhana, bahkan berjalan-jalan menikmati pemandangan kota Jakarta di malam hari. Namun, kali ini tunangannya itu meminta dirinya untuk berdandan secantik mungkin, tapi untuk tidak pergi kemana-mana. Kenzo mengatakan bahwa kencan mereka kali ini di rumah. Ia bahkan tidak boleh turun ke meja makan dan dapur, dari saat sore tadi pria itu tengah mempersiapkan acara seorang diri. Meski rasa penasaran begitu menghantui, Ariana masih ingat untuk menghargai kejutan yang diberikan oleh sang tunangan. Dimulai dari pukul 5 sore tadi, Ariana telah bersiap-siap, sesuai dengan request yang diinginkan oleh Kenzo. Ia masih mengenakan kimono mandinya saat masih sibuk berdandan mempercantik wajahnya. Setelah d
"Di masa lalu, ayahmulah yang membunuh ayahku, Aria." Ariana membelalakkan matanya setelah kalimat itu meluncur dari mulut di hadapannya. Ia terkejut bukan main, dan segera melepaskan tangannya yang melingkari leher Kenzo. Napasnya tak beraturan begitu juga dengan langkahnya yang mundur, menjauh dari Kenzo. Netranya tidak fokus sama halnya dengan pikirannya yang segera menyangkal hal tersebut. Ia pikir, ialah yang hendak menghancurkan semua momen romantis ini dengan pernyataan keputusannya. Namun, Kenzo lah orang yang menghancurkan hal tersebut. “Aria, Sayang …” Kenzo baru saja berusaha hendak menggapai lengan Ariana yang hampir oleng, sebelum akhirnya ditepis dengan kasar oleh Ariana. Tatapannya menatap nyalang pada Kenzo dan bibirnya bergetar mengatakan, “Apa yang kamu katakan, Ken?” Baru saja Kenzo hendak melanjutkan perkataannya, Ariana lebih dulu memotongnya, “Omong kosong apa yang kamu katakan itu, Ken? Papa memang tidak merestui kita, tapi dia bukan orang yang tega membunuh
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln