Kenzo segera mengalihkan atensinya dari ponsel pada pintu masuk cafe yang berbunyi, menandakan seseorang masuk. Menunggu dengan bosan sekaligus tidak nyaman karena membiarkan Bitna bersama Jin, sambil hanya memainkan ponselnya yang membosankan. Selalu memastikan seseorang yang masuk lewat bel yang terdengar ketika pintu masuk dibuka. Kali ini harapannya terkabul, Bitna yang masuk membuat ekspresi wajah Kenzo tak dapat dipungkiri begitu senang. Bahkan mengalahkan rasa cemasnya sendiri karena takut Bitna akan marah padanya sebab ia sudah melanggar janji mereka. “Apa pembicaraan kalian lancar?” tanya Kenzo setelah Bitna duduk di sampingnya. “Begitulah …” jawab Bitna tanpa mengatakan informasi lebih lainnya yang membuat Kenzo kecewa. Namun, Kenzo tidak menanyakannya lebih dalam. “Bukankah kita sudah berjanji sebelumnya, Ken?” Pertanyaan yang akhirnya ia takutkan terdengar. “Maaf,” ucap Kenzo pelan. “Kalau kamu tidak bersikap seperti ini, aku dan Jin bisa berbicara di sini dengan
“Ini sudah berapa lama?” tanya Yohan cukup terkejut dengan kedatangan Bitna di tengah-tengah acara hang out mereka berdua yang santai di balkon apartemen Bitna dan Dalmi. Beberapa hari berlalu sejak Bitna pulang ke apartemen. Setiap Yohan datang, Bitna sama sekali tidak keluar kamarnya. Bahkan saat mereka bertemu beberapa kali di lokasi pemotretan atau syuting iklan, Bitna terlihat tidak terlalu bersemangat meski di lapangan ia tetap begitu profesional. Sejak hari itu juga, Jin berhenti mengirim pesan pada Yohan untuk menanyakan segala hal tentang Bitna. Yohan dan Dalmi berasumsi jika Bitna sudah menyelesaikan permasalahan Jin yang mengganggunya. Namun, sejak hari itu juga, Bitna pulang dengan ekspresi muram yang bertahan cukup lama hingga sekarang. Keduanya sudah menduga jika Kenzo kemungkinan menjadi penyebabnya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat topik tersebut. Apalagi setiap Bitna dan Kenzo bertemu selama ini, Bitna berusaha keras menutupi isi hatinya. “Ya, beg
“Kita bicarakan semuanya baik-baik dan aku jelaskan semuanya termasuk Vanessa. Kamu turun dari sana.” “Aku gak mau dengar penjelasan kamu tentang perselingkuhan kamu dan Vanessa. Yang aku mau sekarang cuman cerai dari kamu!” “Kalau kita cerai, lalu bagaimana dengan anak kita?” "A-apa? Apa maksudmu anak?" “Ken-kenzo!” Bitna membuka kedua matanya dengan cepat bersamaan dengan napasnya yang terengah-engah. Ia melirik ke sekitarnya yang cukup gelap, tapi masih bisa melihat jika tempat ia berada masihlah kamarnya. Bitna mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk setelah napasnya lebih tenang, lantas menyeka keringat yang entah sejak kapan sudah membanjiri dahi dan pelipisnya padahal pendingin ruangan dibiarkan menyala. Menghembuskan napas panjang, Bitna meraih gelas di atas nakas dan meminum isinya. Klik! Bunyi sakelar yang ia tekan guna menyalakan lampu di kamarnya. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Bitna memutuskan untuk beranjak dari kasurnya dan man
“Sayang, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat?” Kenzo segera menghampiri Bitna yang berjarak beberapa meter di depannya, terlihat cukup pucat dan lesu. “Bitna …” panggil Dalmi dari belakang, mengalihkan atensi Bitna untuk menoleh padanya. Dalmi melihat Bitna, kemudian Kenzo, dan keberadaan Yohan di belakangnya. Menangkap apa yang terjadi Dalmi lantas berkata, “Sepertinya kamu belum memberitahu Yohan. Aku juga lupa mengatakan padanya untuk tidak memberitahu Tuan Kenzo.” “Tidak apa-apa,” jawab Bitna. “Kamu yakin tidak apa-apa?” tanya Dalmi sekali lagi karena merasa tidak yakin. Bitna mengangguk dan Dalmi menatap sekali lagi pada Kenzo, seolah mengatakan lewat tatapan matanya untuk tidak menyakiti Bitna. Yohan yang sejak tadi hanya mendengarkan dan memperhatikan pembicaraan, cukup bingung maksud dari perkataan mereka berdua. Namun, ia tidak bertanya atau ikut campur sebelum ia meninggalkan Bitna dan Kenzo untuk bertanya lebih banyak pada Dalmi. Apa yang tidak boleh ia kat
Kenzo terbangun dari tidurnya sebab lagi-lagi mendengar rintihan lirih dan gerakan-gerakan kecil yang cukup sering. Itu semua berasal dari tidak lain adalah wanita yang ada di dalam pelukannya. Rasa khawatir langsung menyergap pria itu, begitu ia bangun dan mendapati Bitna yang sekali lagi tidur dengan gelisah seperti ini. Mimpi buruk yang dikatakan oleh wanita itu tempo hari, kembali datang. Segera Kenzo menekan saklar dan dalam sekejap kamar dibanjiri cahaya lampu. “Sayang, Bitna …” Kenzo memanggilnya sembari menepuk-nepuk pipinya lembut, berusaha membangunkannya. Mimpi buruk apa yang membuat wanita itu begitu terlihat gelisah dan ketakutan di dalam tidurnya. Bahkan hingga mengeluarkan keringat dingin di setiap bagian wajahnya. Pakaian tidur berbahan satin tipis yang dikenakan oleh Bitna juga tampak cukup kuyup akibat keringat di tubuhnya. Setelah usaha Kenzo membangunkan Bitna dengan lembut, meski sedikit memaksanya dengan kasar sebab rasa kalut dan khawatirnya, Bitna akhirnya
Seharian penuh kemarin Bitna menghabiskan waktunya di rumah Kenzo. Tidak cukup bosan saat pagi hari ia masih melihat bagaimana pria itu bersiap-siap ke kantor. Menyenangkan melihat bagaimana transformasinya dari seorang pria rumahan yang imut, menjadi seorang bos besar yang dihormati dan dikagumi oleh banyak orang. Wibawa dan karismanya terpancar secara alami begitu ia mengenakan jas lengkap beserta sepatu pantofel hitam yang mengkilap, tidak lupa jam tangan mahal merek ternama terpasang di pergelangan tangan kirinya. Begitu berbanding terbalik saat disandingkan dengan Bitna yang pada waktu itu masih bergelung di bawah selimutnya. Meski telah berpakaian rapi, pria itu tanpa ragu menaiki ranjang kembali demi mendapatkan satu ciuman Bitna. Padahal ia sudah mengatakan tidak mau ketika Kenzo memintanya sebelum pergi ke kantor. Katanya, bibir manis dirinya adalah penyemangat terbaik bagi pria itu sekaligus pengisi daya energi kehidupannya. Siapapun yang mendengar hal tersebut pasti akan m
“Bitna udah mulai dapat ingatan masa lalu dengan mimpinya karena trigger perasaan dia yang sama seperti sebelum dia menghilang dulu tentang kesalahpahaman kita berdua.” Suara Kenzo terdengar jelas tidak senang atas apa yang ia katakan, tangannya mengepal kuat di atas mejanya. Dengan ragu dan nada yang rendah, Vanessa memperkirakan jawaban yang sesuai atas suasana hati pria itu sekarang. “Itu… bagus, kan? Semakin cepat dia ingat kembali dengan sendirinya.” Entah apa yang dipikirkan oleh Kenzo. Setelah Vanessa menimpali perkataannya, tidak ada komentar yang keluar dari mulut pria tersebut. Saat melihat sekilas bagaimana ekspresinya, di dahinya terdapat beberapa guratan kerutan menandakan jika pria itu tengah berpikir. Melihat tangan yang masih mengepal di atas meja, Vanessa tidak berani untuk bertanya. Tidak, ini tidak bagus. Kenzo masih saja berpikir jika ingatan Bitna yang kembali dalam waktu dekat ini belumlah tepat. Pikirannya menjadi rumit dan berantakan saat yang ia perkiraka
Kenzo berlari ke basement menuju mobilnya yang terparkir. Tidak berpikir lagi, ia menginjak pedal gas untuk mencari keberadaan Bitna yang ia kira masih berjalan di sekitaran kantornya. Dengan wajah cemas dan panik, netranya mencoba lebih teliti menelusuri setiap trotoar jalan. Setelah beberapa kali ia memutari lingkungan kantornya, hasil pencarian tetap nihil. Kenzo mengambil ponselnya dan menelpon nomor wanita itu. Tentu saja harapannya akan diangkat cukup kecil, mengingat alasan dari kepergian dia adalah karena kesalahpahaman lagi pada dirinya. Beberapa kali ia menelponnya, tapi beberapa kali juga hanya suara operator yang menjawab panggilannya. Tidak hilang harapan, Kenzo menelpon nomor lain di ponselnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih sekitar 15 menit yang lalu ia menerima kabar tunangannya yang ke kantor, tapi tidak menemuinya. Sampai sekarang mungkin cukup waktu sampai ia sampai kembali ke apartemen. Begitu mendengar suara jawaban dari seberang
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln